Page 44 - Majalah Berita Indonesia Edisi 72
P. 44
44 BERITAINDONESIA, November 2009LenteraLENTERA44tersebut, ruangan berikutnya adalahbarisan rak dimana diletakkan wadahwadah berupa bak plastik tempat bibittanaman yang sudah lebih besardipelihara. Sterilisasi ruangan ini jugaselalu dijaga. Suhu, kelembaban dancahaya di ruangan ini juga selaludikontrol agar cocok dengan tanaman disana. Semua wadah bak plastik tersebutjuga ditutupi terpal plastik tipistransparan untuk menjagakelembabannya. Anggrek hitam yangdikategorikan tanaman langka itumisalnya, dirawat di tempat ini.Khusus mengenai anggrek, tanamanasli dari hutan Kalimantan yang awalnyadiperoleh Al-Zaytun dari sumbanganseorang sahabat, (dosen IPB), ituternyata sudah bertahun-tahun diseiring pertambahan penelitian itu, kiniketerbatasan tempat dan saranamenjadi persoalan baru bagi TPTH yangmenurut Ummi Farida Al-Widad, sudahperlu mendapat perhatian.Selain itu, menurut Ummi Farida AlWidad, persoalan lain dari program iniadalah pencarian bibit yang termasuksusah dan mahal. “Mencari di luar itukadang sungguh susah,” katanya.Sekadar contoh, untuk kaktus yangdianggap cocok di kampus ini, TPTHmasih harus belajar unsur apa yang bisamemadu-madankan. Untuk itu, selamaini Ummi Farida Al-Widad bercita-citamengarahkan tim untuk belajar,misalnya ke Lembang atau ke Bandung.Jadi, sambil memberi kursus, tim inijuga terus belajar.laboratorium ini. Karena tanaman inisusah beradaptasi dengan cuaca di AlZaytun, sehingga harus ditempatkan dilaboratorium ini dengan memanipulasiatau merekayasa ruangan sedemikianrupa sehingga semirip mungkin denganhabitat aslinya.Dari penelitian Al-Zaytun selama ini,ternyata anggrek ini cukup susahberadaptasi dengan alam lain di luarhabitatnya. Setiap bibitnya yang sudahdikembangkan dicoba dibawa keluar,selalu gagal. Anggrek yang sengajadirawat di dalam laoratorium sendirijuga hingga dua tahun belum berbunga.Selama empat tahun di Al-Zaytun,tanaman ini juga belum pernahberbunga.Demikianlah kontinuitas danketeraturan penelitian yang dilakukanAl-Zaytun terhadap tanaman selama ini.Kini, Al-Zaytun diperkirakan telahmelestarikan dan mengembangkantanaman hingga ratusan jenis. Namun,Kursus Pemuliaan Tanaman HiasDemikianlah mengenaipembudidayaan tanaman. Selainmelakukan penelitian danmembudidayakan langsung tersebut,TPTH juga menularkan ilmu yangmereka peroleh kepada pelajar melaluikursus yang disebut dengan KursusPemuliaan Tanaman Hias (KPTH).Tahun 2009 ini sudah merupakanperiode keempat kursus tersebut. Setiaptahun, kursus ini selalu diminati pelajar.Peserta yang mendaftar tahun ini,misalnya, sudah mencapai 115 orang. Itupun masih baru masuk gelombang baru.Dari data peserta beberapa periodeini, peserta kursus ini tidak hanyadiikuti oleh kaum nisa (perempuan),tapi juga oleh rijal. Persentasenyamemang tetap lebih besar nisa, yaknikisaran 60:40. Sementara tim pengajar,pada tahun ajaran ini, ada 12 tutor.Tutor ini adalah alumni P3T (programpendidikan pertanian terpadu) yangSelain melakukanpenelitian danmembudidayakanlangsung, TPTHjuga menularkanilmu yang merekaperoleh kepadapelajar melaluikursus yangdisebut denganKursus PemuliaanTanaman Hias(KPTH).foto-foto: dok. berindoKeterbatasan tempat dan sarana menjadi persoalan baru TPTH. Ibu Nunung, pimpinan laboratorium kultur jaringan di ten