Page 34 - Majalah Berita Indonesia Edisi 73
P. 34


                                    34 BERITAINDONESIA, Januari 2010 L ENTERA34Lenterailustrasi: dendySyaykh AS Panji GumilangMillah Ibrahim IndSyaykh al-Zaytun A.S. Panji Gumilangmenguraikan tentang Millah Ibrahim sebagai menguraikan tentang Millah Ibrahim sebagaiinduk agama samawi. Ibrahim yang berarti: induk agama samawi. Ibrahim yang berarti:bapak sejumlah besar bangsa, perubahan dari bapak sejumlah besar bangsa, perubahan darinama awal Abram yang berarti “bapak yangdimuliakan”. Hidupnya dijadikan teladan imanterhadap Tuhan oleh lapisan orang-orangmuslim, baik Islam, Yahudi, juga Nasrani. muslim, baik Islam, Yahudi, juga Nasrani.Menurutnya, semuaagama yang benaradalah agama yangmengajarkan sikappasrah kepada Allah. “Karenanyasetiap orang beragama juga seorangmuslim, tetap dituntut untuk terusmengembangkan dalam dirinyakemampuan dan kemauan untuktunduk patuh serta pasrah danberserah diri kepada Tuhan dengansetulus hatinya, hanya dengan itukeagamaan seseorang dapat diterimaoleh Allah,” urai Syaykh al-Zaytun.Islam dalam pengertian seperti ini,jelas Syaykh Panji Gumilang, mestidengan iman, seperti Ibrahim a.s.yang seluruh hidupnya membuktikan,bahwa ia sungguh-sungguh percayakepada Allah dengan iman yangmendalam dan pasrah yangsepenuhnya. “Dan itulah Islam,” tegaspendiri dan pemimpin Al-Zaytunbermoto: Pusat Pendidikan,Pengembangan Budaya Toleransi danPerdamaian, itu.Syaykh mengemukakan, IdulKurban, yang hari ini kita rayakan,dengan melaksanakan shalat dandisusul dengan pemotongan binatangkurban merupakan tuntunan NabiMuhammad S.A.W. yang dirujuk dariajaran Ilahi yang telah dicontohkanoleh nabi Allah Ibrahim a.s. yangdalam Al-Qur’an diistilahkan dengan“millah Ibrahim”.Dalam bagian awal, Syaykh alZaytun mengemukakan respon umatmanusia terhadap ketakwaan kepadaTuhan Y.M.E berefek pada timbulnyaberbagai bentuk dan macam ibadah(peribadatan) dan wujudnya berbagaiagama. Maka, dalam hal ini,menurutnya, menjadi mustahil suatuagama akan menjadi dominan dengantotalitas tunggal dalam menatakehidupan moral maupun sosial.“Namun jika para penganut agamaagama (umat manusia) terusberkemauan merujuk kepada ajaranIlahi, maka agama-agama (umatmanusia) akan dapat masuk dalamlingkaran kebersamaan dalamusahanya mencapai tatanan moralmaupun sosial kehidupan ini.Interdependensi umat manusia,ternyata harus merambah sampai kedalam ranah keberagamaan,” kataSyaykh Panji Gumilang.Hal itu dikemukakan Syaykh PanjiGumilang dalam Khutbah ‘Ied alAdlha 1430 H/2009 M di Kampus AlZaytun, pada tarikh 10 Dzu al-Hijjah1430 H / 27 November 2009 M.Untuk memahami secara utuhKhutbah ‘Ied al-Adlha 1430 H/2009M tersebut, berikut kami sajikan lebihlengkap:PendahuluanPesan takwa kepada Allah S.W.T.dan menjauhi kejahatan, menjadi intiutama khutbah/taushiyah, yangdisampaikan kepada jamaah olehimam/khatib, sebab: Bertakwa kepadaTuhan Y.M.E., itulah pencapaianhikmat, dan menjauhi kejahatan,itulah kematangan akal budi.Hikmat adalah: Kepintaran dankepiawaian mencapai hasil, menyusunrencana yang benar untuk mencapaihasil yang dikehendaki. Tempatkedudukan hikmat adalah hati, pusatkeputusan moral dan intelektual.Karenanya, memperoleh hikmatadalah: Memperoleh pengertian, yangdikumpulkan dari pengetahuantentang berbagai ajaran ilahi danmenerapkannya dalam hidup seharihari, merupakan gabungan antarapengetahuan maupun pengertiandengan ketaatan, yang dipandu olehpenekanan bimbingan dari para nabiAllah.Dari kepercayaan kepada semua itumaka timbullah ungkapan lahiriah/
                                
   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38