Page 29 - Majalah Berita Indonesia Edisi 74
P. 29
BERITAINDONESIA, 10 Agustus 2006 29BERITA KHASBERITAINDONESIA, Februari 2010 29diperkirakan akan mengalami kerugian,bahkan kebangkrutan, yang kemudianakan berdampak pada pemutusan hubungan kerja (PHK) karena menurunnyaproduksi dalam negeri. Hal itu sekaligusdikhawatirkan akan mengguncang ekonomi nasional.Mengenai ketidaksiapan itu, beberapapengamat sebenarnya sudah memberiaba-aba sejak tahun 2009 lalu bahwa Indonesia sebenarnya belum siap melaksanakan kesepakatan tersebut. Berbagaipihak lainnya juga telah menuntut pemerintah agar menundanya.Aviliani, pengamat ekonomi INDEFmisalnya, pada awal Desember 2009sudah mengatakan, Indonesia belum siapmenghadapi ACFTA pada 1 Januari 2010.Pasalnya, biaya produksi barang-barangyang ada di Indonesia masih sangat tinggi.Indonesia, menurut Aviliani hanya ungguldalam sektor pertanian. Namun yangmenjadi unggulan itu hanyalah barangmentah, bukan barang jadi. Oleh karenaitu, pemerintah menurutnya harus memberikan perlindungan pada sektor pertanian. Sebab, jika sektor pertanian dibebaskan, masyarakat yang hidupnya miskin akan semakin miskin.Ketika itu, dia juga memperkirakan,Indonesia baru lima tahun mendatangsiap menghadapi ACTFA. Itu pun dengancatatan jika pemerintah melakukan efisiensi birokrasi karena hampir 15% costof production itu dari birokrasi. Selain itu,perbaikan infrastruktur juga menurutnyaharus dipercepat. Demikian juga publicpartnership dan tukar guling. “Kalau tidakbegitu, Indonesia tidak akan siap menghadapi ACFTA,” tukasnya.Sementara Ketua Lembaga Penelitiandan Pengabdian Masyarakat Unika Atmajaya Jakarta, A Prasetyantoko (21/1/2010)berpendapat, sebagai dampak ancamanpenerapan ACFTA dan potensi risikopengetatan ekonomi China, risiko sistemik di dalam negeri sebenarnya tengahmerangkak ke permukaan. Yakni, akanada ancaman PHK massal serta pengerutan sektor-sektor industri manufaktur(deindustrialisasi).Lebih lanjut Prasetyantoko mengemukakan, transmisi ancaman sektor keuangan bukanlah satu-satunya risikosistemik yang sedang mengancam Indonesia. Daya saing produk-produk Chinajuga nyaris tak terkalahkan bahkan di levelglobal. Sebaliknya, daya saing sektorproduksi Indonesia begitu rendah. Jadi,kesepakatan dagang ASEAN-China diperkirakan hanya akan memudahkan Chinamenyalurkan produk-produknya.Serikat Pekerja Nasional (SPN) jugamenolak diberlakukannya perdaganganbebas berkaitan dengan kesepakatanACFTA, karena hal itu dinilai berdampaknegatif kepada buruh di Indonesia. Dikatakan, kalau pemerintah pusat memangtidak dapat menolak atau menunda haltersebut maka pemerintah mesti memberikan solusi bila terjadi penutupanperusahaan atau PHK terhadap buruh.Karena, sebelum ACFTA diberlakukansaja, sudah banyak perusahaan yang tutupdan melakukan PHK.Jika melihat daya saing produk dalam negeri sekarang ini, kesepakatan perjanjianACFTA memang merupakan kesepakatanpaling berat bagi Indonesia. Walau tetapdilaksanakan, tapi Menteri PerindustrianMohammad S Hidayat dalam Rapat KerjaGabungan Komisi VI DPR dengan MenkeuSri Mulyani Indrawati, Mendag Mari ElkaPangestu, Menneg BUMN Mustafa Abubakar, dan Menneg Koperasi dan UKMSyarifuddin Hasan, Rabu (20/1) mengatakan, akan menggunakan haknya apabilaterjadi dampak mematikan pada industrinasional. Sebab menurutnya, beberapasektor industri keberatan dengan alasanbelum siap dan meminta pemerintahmeninjau kembali komitmen Indonesiadalam perjanjian itu.Menyadari adanya beberapa permasalahan itu, ditambah tuntutan berbagaipihak, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun, Kamis (21/1) akhirnya berjanjiakan melakukan pembicaraan ulangdengan China. Artinya, Pemerintah Indonesia akan meninjau kembali implementasi Perjanjian ACFTA. Pembicaraanitu untuk memastikan Perjanjian ACFTAtidak berdampak buruk bagi perekonomian nasional. Dengan demikian, sektorsektor industri yang belum siap tersebutbisa terselamatkan dan memiliki waktuuntuk mempersiapkan diri.Tapi SBY juga mengingatkan, Indonesia tidak bisa begitu saja menarik diri dariperjanjian ACFTA. Jika menarik diri, Indonesia akan berhadapan dengan sembilan negara anggota ASEAN lainnya, jugaChina sendiri. Karena itu, dia memastikan, Indonesia akan tetap berusahamenjaga jalinan kerjasama dengan sesama negara ASEAN ataupun antaraASEAN dan mitra-mitra ekonominya. Diamengatakan, Indonesia tidak ingin dianggap tidak menyepakati apa yang telahdirumuskan oleh 10 anggota ASEAN.Kini setelah persetujuan itu diberlakukan, sejumlah keluhan mencuat darisektor industri. Ketua Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo), EddyWidjanarko mengakui kini semakin sulitmendapat kredit bank. Pihak bank memberi banyak tambahan pertanyaan saatanggotanya mengajukan pinjaman setelahpemberitaan ACFTA marak. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo),Sofjan Wanandi bahkan merasa perbankan mencari alasan pesimisme menghadapi ACFTA sebagai dasar keengananmengucurkan kredit.Oleh sebab itu, pemerintah diharapkansudah mulai meneliti dampak dari ACFTAini untuk evaluasi ke depan. Jika dalamperdagangan bebas itu Indonesia merasadirugikan, pemerintah diharapkan bisabersikap lebih bijak. Hal tersebut perluditegaskan karena seperti diketahui Chinabelakangan ini adalah suatu fenomenayang bukan saja dihadapi oleh Indonesia,tetapi juga oleh seluruh dunia, termasukAmerika Serikat (AS), Eropa, dan Jepangyang negaranya dibanjiri produk-produkbuatan China yang super murah.Tapi, jika produk Indonesia memangbisa bersaing, ACFTA perlu dilanjutkankarena memberi peluang besar bagi Indonesia. Karena, Negeri Tirai Bambu itumerupakan pasar yang luar biasa besar,apalagi kemakmuran rakyatnya meningkat terus. Di samping itu, dengan adanyaperdagangan bebas ini, arus penyelundupan barang dari China ke Indonesiajuga secara otomatis akan hilang. MSpasar domestik