Page 61 - Majalah Berita Indonesia Edisi 77
P. 61
foto: dok.berindo BERITAINDONESIA, Juni 2010 61BERITA BUDAYAEksisdi Era Globalisasiama seperti suku-suku lainnya diIndonesia, suku Batak juga memiliki kekayaan budaya yang takternilai. Ada beberapa unsur budaya Batak yang bisa dijadikan contoh.Dari segi bahasa misalnya, dalam kehidupan dan pergaulan sehari-hari, orangBatak menggunakan beberapa logat,ialah: Logat Karo yang dipakai oleh orangKaro; Logat Pakpak yang dipakai olehPakpak; Logat Simalungun yang dipakaioleh Simalungun; Logat Toba yang dipakai oleh orang Toba, Angkola dan Mandailing.Dari segi pengetahuan, orang Batakmengenal sistem gotong-royong kunodalam hal bercocok tanam. Dalam bahasaKaro aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebutMarsiurupan. Sekelompok orang tetanggaatau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masinganggota secara bergiliran.Sedangkan dari segi nilai kekerabatan,masyarakat Batak utamanya terwujuddalam pelaksanaan adat Dalihan Na Tolu,dimana seseorang harus mencari jodoh diluar marganya, orang-orang dalam satukelompok saling menyebut Sabutuha(bersaudara), untuk kelompok yangmemberi gadis untuk diperistri disebutHula-hula. Kelompok yang menerimagadis disebut Boru.Unsur-unsur budaya Batak termasukyang disebutkan di atas belakangan mulailuntur di kalangan generasi muda Batak.Pengaruh globalisasi dan individualismemenjadi beberapa faktor penyebab rendahnya apreasiasi dan penghargaanterhadap budaya itu. “Rasa bangga terhadap suku pun, sangat berkurang. Sangatmenyedihkan, ada orang Batak yang maluuntuk mencantumkan marganya sebagaibagian dari jati dirinya,” kata RobertKetaren dari Etnis (Puak) Karo, saatdeklarasi Nabaja/Muda-mudi Batak seJabodetabek, di Anjungan Sumatra Utara,TMII, Jakarta 31 Mei 2010. Bahkan lebihironis lagi menurutnya, banyak generasimuda Batak yang tidak tahu lagi silsilahnya, yang sangat penting dalam mempererat tali persaudaraan.Di samping itu, dalam hal bahasa, generasi muda Batak berlomba-lombamenguasai bahasa asing namun mengabaikan bahasa daerahnya. Sehinggatidak sedikit yang meragukan bahasaBatak bisa bertahan lama, karena semakinsedikit yang menguasainya.Leo Nababan Staf Menkokesra yangjuga salah satu Ketua Dewan PembinaNabaja (Naposo Batak Jabodetabek),mengungkapkan kekhawatiran tersebut.“Waktu kawan-kawan ini datang (panitiadeklarasi) ke kantor saya di Menkokesra,mereka berbahasa Indonesia. Saya tantang bahasa Batak, “ katanya. Bagaimanamembuat sebuah organisasi muda-mudiorang Batak, kalau tidak mengerti bahasaBatak, kata Leo mengingatkan. Menurutnya yang lebih lucu lagi, baru 2-3 tahunmerantau di Jakarta, tapi ketika diajakberbahasa Batak, ngotot menggunakanbahasa Indonesia.Sementara itu masalah lain yang perludiwaspadai oleh generasi muda Batakadalah kekerasan yang kini seolah menjadi tren dan terjadi dimana-mana.Seperti kejadian kerusuhan PilkadaSibolga dan Pilkada Humbanghasundutan, Sumatara Utara, belum lama ini.Begitu juga dengan kekerasan brutalmassa yang menimpa keluarga ParisManalu (18/5). Mereka membakar ParisManalu beserta dua anggota keluarganyasampai mati dengan tuduhan Manalumemelihara begu ganjang (jin).Kejadian tersebut menurut Leo Nababan tidak akan terjadi jika tidak memikirkan kepentingan diri sendiri. TradisiBatak dengan konsep “Dalihan Natolu’manat mardongan tubu, somba marhulahula, elek marboru, bisa menjadi panduandalam mengatur pola hubungan dalammasyarakat dan mempererat kebersamaan. Orangtua dalam hal ini menjadiharapan utama dalam menanamkan nilainilai luhur budaya Batak bagi generasipenerus.Untuk itulah, lewat organisasi mudamudi/Naposo Batak Jabodetabek (Nabaja) yang dideklarasikan lima Puak Batakyaitu Batak Toba, Batak Mandailing,Batak Simalungun, Batak Karo dan BatakPakpak, generasi muda Batak bertekaduntuk meningkatkan kekerabatan, memelihara nilai-nilai leluhur adat dan budayadengan keragaman dan potensinya.Gusti Terkelin Surbakti yang jugapengusaha jasa transportasi LorenaKarina berharap, wadah ini bisa bermanfaat, khususnya agar muda-mudi tetapmemelihara persatuan dan kesatuan sertamemelihara budaya dan identitas sebagaiorang Batak di tengah-tengah Kota Jakarta dengan kesibukannya. Sehinggabudaya dan jati diri tetap eksis walaupundi tengah pengaruh globalisasi yangmakin intens. SAN, BIGenerasi muda Batak Jabodetabek (Nabaja) bertekadmengawal dan mempertahankan identitas dan keutuhanbudaya Batak.SPenandatanganan deklarasi Nabaja di TMII, Jakarta (31/05/2010)