Page 22 - Majalah Berita Indonesia Edisi 87
P. 22
22 BERITAINDONESIA, Maret 2013BERITA WAWANCARAZSebetulnya panjang ya. Sebetulnyamulai bagaimana kedekatan itu terbangun. Itu mulai dari Akademi Militer. Waktu itu, saya lebih senior daribeliau. Saya lebih senior satu tahun,ketika saya tingkat tiga Sersan Mayor Taruna, beliau adalah tingkat duaSersan Taruna. Kebetulan kami bergabung dalam satu kesatuan yaituKompi Drumband Canka Lokananta,drum bandnya Akabri. Saya sebagaipelatih, katakanlah seperti itu.Saya melihat, dia ini seorang yangcerdas, mempunyai kepribadian lebihdari yang lain-lainnya. Dan itu jugadibuktikan, waktu beliau di AkademiMiliter, mendapatkan bintang kepribadian terbaik. Dia dapat tiga bintangdi Akademi Militer, yaitu BintangKartika Tambunpusaka, itu artinyayang mempunyai kepribadian yangbagus. Jadi contohlah, yang bagus.Kemudian ada Bintang Kartika AdiTanggap, itu intelektualnya. Ada Kartika Dira Trengginas, yaitu ketangkasan fisiknya. Dia mempunyai bintang kepribadian yang menonjol.Saya melihat dia ini taruna yangbaik, calon perwira yang bagus. Dalam pikiran saya begitu.Di luar pengetahuan saya dan barusaya ketahui, dia juga mempunyai penilaian kepada saya. Baru belakangansaya tahu dari pengantar buku yangdiberikan kepada saya, ternyata waktu di akademi militer, beliau juga melihat saya sosok yang beda dengan yanglain. Tapi bukan dalam arti hebat saya,tapi umumnya dulu waktu di akademi,kebetulan saya waktu di akademik itu,saya masuk istilahnya ada Pokdojid (Kelompok Komando Masjid) yang mengurusi pembinaan rohani, ceramahceramah agama dan sebagainya.Nah ketika itu, saya sebagai senior,umumnya senior satu tingkat di atas,kepada yuniornya itu lebih menonjolkan otoritas. Jadi bagaimana diamenghukum yuniornya sampai ampun-ampunlah, kira-kira begitu ya.Bahkan dengan tindakan fisik yangberlebihanlah. Beliau melihat sayaadalah senior yang selalu memberikan motivasi, persuasi, dan memberikan dorongan-dorongan agar lebih sukses dalam akademik. Jadi iturupanya, jadi saya juga menilai beliau dari berbagai aspek, tapi tanpasaya ekspresikan.Rupanya beliau juga mempunyaipenilaian terhadap saya, tanpa diekspresikan. Baru setelah kita ketemu dimedan pengabdian ini, muncul kesamaan panggilan tugas ini. Jadi itulahkira-kira. Kemudian singkat cerita,kita sama-sama di Bandung sebagaiinstruktur, guru militer. Saya komandan Secaba regular. Beliau waktu itu sebagai komandan pelatihbintara infanteri. Ketemu di sana, jadibanyak persamaan-persamaan itu.Singkat lagi, bertemu lagi di Cilangkap. Sempat beliau menjadi AsospolABRI ketika itu, saya sempat menjadiWasospol walaupun tidak terlalu lama.Kemudian saya menjadi Kasdam Jaya,beliau naik jadi Kasospol (Kaster).Kemudian waktu beliau jadi Kasospol,saya ditarik beliau untuk jadi wakilnya, jadi Asospol di Cilangkap.Sebelum ditarik di Asospol, saya sebagai Kasdam Jaya, dulu pernah duakali diminta beliau untuk mewakilibeliau memberikan ceramah. Pertama, ceramah reformasi TNI/ABRI diUniversitas Indonesia (UI) di Depok.Permintaan ceramah itu mendadak,dimana saya harus memberikan ceramah jam 10, saya diberitahu jam 8.Harusnya beliau yang memberikanceramah. Tapi karena mendadak,beliau ada tugas dari penglima ABRIketika itu, saya diminta tolong mewakili memberikan ceramah reformasiABRI di UI tersebut. Ketika itu, sayasebetulnya, wah mendadak sekali ya,karena waktunya sangat singkat. Tapi singkat cerita saya penuhilah, waktu itu bagaimana penolakan dari mahasiswa melihat ABRI itu dan sebagainya. Saya disambut dengan demo dansebagainya.Kemudian setelah saya memberikan ceramah, saya menyampaikanbagaimana konsep reformasi ABRIdan apa-apa saja yang sudah dilakukan ABRI. Beberapa hal yang signifikan yang telah berubah setelahreformasi itu. Ketika itu saya menantang mahasiswa: Sekarang rekan-rekan mahasiswa, setelah reformasi itu,apa yang berubah yang kalian lakukan? Kalau ABRI sudah jelas, yang tadinya menduduki jabatan-jabatan sipil, kita sudah lepaskan. Tidak bolehlagi, kalau mau menjabat jabatanbupati, walikota, gubernur harus pensiun.Kemudian kita tidak lagi melakukan, peran-peran kekaryaan, misalnya menduduki jabatan di perusahaan-perusahaan dan sebagainya, kitastop. Kita bubarkan Sospol, kekaryaan, jelas yang kita lakukan, kita tidakberpolitik praktis lagi. Kita tidak mauikut-ikut parpol lagi, netralitas dalampemilihan umum, nyata-nyata kitasampaikan kepada mereka (mahasiswa). Akhirnya, sambutan mahasiswaitu berbalik yang tadinya antipatimenjadi simpati. Itulah, ketika sayalaporkan kepada beliau (SBY), beliaumengapresiasi.Yang kedua, ketika diminta beliau,mendadak juga mewakili beliausebagai Kasospol untuk memberikanceramah di HMI, padahal waktu itusaya masih berpangkat Brigjen dengan jabatan Kasdam Jaya. Waktu itupenolakan HMI begitu juga. Tapi setelah saya memberikan ceramah, akhirnya juga cair, berbalik dari penolakanmenjadi dukungan yang sangat baik.Dan ketika saya laporkan kepadabeliau, terkesan sekali. Sehingga ketikaitu saya langsung diminta untukmenjadi Asospol. Ceritanya begitu.Bagaimana agenda politiknya?Oh, kita tidak akan bermain-maindengan politik. Kita betul-betul taathukum, taat azas. Ini profesional.Kemudian mengenai Partai Demokrat?Jangan tanya partai. Tapi mungkinsebagai back of mind, boleh….Tapi kita melihat Pak Sudi akanmenjadi Ketua Umum PartaiDemokrat?Oh tidak. Saya anggota saja tidak,bagaimana jadi ketua.Kan Pak Sudi ‘suhunya’ PartaiDemokrat?Anggota saja tidak! ti-mbiPOLITIK: Taat hukum dan taat azas