Pelestari Sastra Aceh
Teuku Abdullah
[DIREKTORI] Jasa-jasanya mendorong, mengembangkan dan melestarikan naskah-naskah sastra lama Aceh yang hampir punah menempatkannya sebagai orang yang patut dianugrahi bintang Budaya Parama Dharma dari Pemerintah Indonesia (Agustus 2003). Sastrawan kelahiran di Pidie, Aceh, 13 September 1954, ini berhasil mengalihaksarakan (transliterasi) 25 judul hikayat/tambeh/nazam Aceh, dari huruf Arab Melayu ke huruf Latin.
Alih aksara karya putera Teuku Sulaiman ini sangat penting bagi generasi muda mengingat sebagian besar dari mereka tidak lagi dapat membaca huruf Arab Melayu/Aksara Jawi.
Ayah dari Cut Naila Hafni, T.Idham Khalid dan T.Amalul Arifin buah perkawinannya dengan Mardhiah, ini juga telah menterjemahkan beberapa hikayat antara lain: Hikayat Aulia Tujoh, Hikayat Nabi Yusuf, Hikayat Akhbarul Karim, Hikayat Meudeuhak.
Pada tahun 2001 sastrawan yang tinggal di Nangroe Aceh Darussalam ini juga telah mendapat penghargaan sebagai Berprestasi unggulan peraih Kehati Award 2001 kategori “Citra Lestari Kehati” dari Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia. juka