Tetap Manusia di Tengah Sistem
Tentang menjaga nurani di tengah aturan yang membatasi.
✧ Orbit
Di dunia yang terukur oleh target, manusia mudah lupa bahwa empati tidak pernah bisa dimasukkan ke laporan kinerja.
Sistem butuh hasil, tapi manusia butuh makna. Keduanya hanya seimbang jika nurani tetap di dalam kendali.
Ia bekerja di sebuah sistem besar. Setiap hari penuh angka, tenggat, dan rapat yang mengulang hal sama: produktivitas, efisiensi, hasil. Semua serba cepat, serba diukur. Sampai-sampai lupa bahwa di balik setiap angka ada manusia yang bernapas.
Suatu siang, ia melihat rekan kerjanya menangis diam-diam di ruang kopi. Tak ada yang berhenti untuk menanyakan, semua sibuk mengejar target. Dan di detik itu, ia merasa ada yang retak di dalam dirinya. Kesadaran kecil bahwa ia juga pernah begitu: hadir secara fisik, tapi kosong di dalam.
Hari itu ia tidak melakukan hal besar. Ia hanya duduk di sebelah rekannya itu, tanpa banyak kata. Satu cangkir kopi yang dibagi dua, satu kalimat sederhana: “Kita istirahat sebentar, ya.” Tak ada laporan tentang itu, tapi entah mengapa, ruang kantor terasa lebih manusiawi hari itu.
Ia sadar, sistem tidak selalu salah. Yang keliru adalah ketika manusia di dalamnya berhenti mengingat bahwa mereka bukan mesin. Bahwa nilai manusia tidak diukur dari kecepatan menyelesaikan tugas, melainkan dari cara ia memperlakukan sesama.
Kini, setiap kali tekanan meningkat, ia mengingat hal itu: menjadi manusia lebih penting daripada menjadi sempurna. Karena pada akhirnya, sistem bisa berjalan tanpa kita, tapi dunia akan kehilangan maknanya jika kita berhenti menjadi manusia.
Catatan
Tulisan ini merupakan bagian dari Fraktal Sistem Sunyi: pecahan gagasan yang mengurai pola batin dan praktik kesunyian dalam bentuk pendek dan terfokus. Setiap fraktal memantulkan prinsip inti Sistem Sunyi dalam skala kecil, sebagai cara merawat kesadaran yang bertahap dan terus kembali ke pusat.
Pengutipan sebagian atau keseluruhan isi diperkenankan dengan mencantumkan sumber:
RielNiro – TokohIndonesia.com (Sistem Sunyi)
(Atur Lorielcide / TokohIndonesia.com)



