Jenderal Politisi Strategis
Theo Sjafei
[ENSIKLOPEDI] Mayjen TNI (Purn) Theo Sjafei, lahir di Ujung Pandang (Makassar), 30 Juni 1941 dan meninggal di Jakarta, 29 April 2011. Dia seorang prajurit para komando (Kopassus), infanteri dan intelijen, hingga menjabat Mayor Jenderal dan mengakhiri pengabdian sebagai politisi yang cerdas menyikapi hal-hal strategis.
Suami dari Suismiati (Purnawirawan Kowad) dan ayah dari empat anak (Andi Widjajanto, Wisnu Gautama, Shinta Devanagari dan Rizal Rinaldi) memasuki dunia politik praktis setelah pensiun dari TNI (ABRI) tahun 1995, jabatan utamanya Komandan Sekolah Staf dan Komando 1994-1995 dan Pangdam Kodam IX/Udayana, 1993-1994.
Pada saat itu, sekitar tahun 1995-1996, Theo Sjafei seorang jendral TNI yang berani memelopori para purnawirawan perwira TNIuntuk memilih pengabdian jalur politik di PDI pimpinan Megawati Soekarnoputri. Beberapa jenderal pun, di antaranya Mayjen RK Sembiring Meliala, dan Mayjen Pol Sidarto Danusubroto kemudian bergabung dengan PDI Perjuangan.
Di PDI Perjuangan, Theo Sjafei dua periode menjabat Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Bahkan bukan sekadar Ketua DPP, Theo dikenal sangat dekat dan banyak memberikan input strategis kepada Megawati Soekarnoputri. Maka tak heran jika Megawati saat melayat almarhum Theo Sjafei di Cilangkap, Jakarta Timur, Jumat 29 April 2011 mengatakan “Secara pribadi maupun sebagai Ketua Umum sangat kehilangan.” Megawati mengakui, jasa Theo Sjafei di PDI Perjuangan sangat tinggi.
Sebagai salah satu pimpinan partai, kata Ketua Umum PDI Perjuangan itu, Theo merupakan tokoh yang sangat konsisten. Megawati menuturkan bahwa setelah Theo purnawirawan, dia memilih bergabung ke PDIP untuk pengabdiannya kepada bangsa. Menurut beliau (Theo) PDIP sama ideologinya dengan Negara kita yaitu Pancasila,” tutur Megawati. Maka itulah sebabnya, kata Megawati, banyak purnawirawan TNI yang memilih bergabung ke PDIP dengan dasar kesamaan ideologi.
Tjahjo Kumolo, Sekjen PDI Perjuangan yang mendampingi Megawati ketika itu mengakui bahwa selama aktif di PDI Perjuangan, Theo banyak menyumbangkan konsep dan pemikiran strategis. Bagi Tjahjo, dia (Theo) seorang bapak, guru, komandan dan teman yang baik. “Ketika ada teman yang salah langkah, Theo selalu paling pertama mengingatkan dengan caranya yang tenang,” aku Tjahjo.
Satu hal yang amat melekat di ingatan Tjahjo, yakni saat Theo menjabat Komandan Sekolah Staf dan Komando (1994-1995), dia berani mengundang Megawati Soekarnoputri berbicara di forum pendidikan TNI dengan segala risikonya pada saat itu.
Theo Sjafei memang merupakan sosok prajurit pejuang profesional yang memiliki pengalaman yang mumpuni di bidang infanteri, intelejen, komando teritorial dan Sospol. Dia seorang petarung dan pejuang yang memiliki penguasaan intelijen kuat. Dia seorang jenderal politisi yang irit bicara, konsisten, tenang dan berani serta memiliki strategi untuk mengambil keputusan yang tepat. Dia juga dikenal kritis dan peka kepada pihak yang tertekan dan tertindas.
Theo Sjafei memang merupakan sosok prajurit pejuang profesional yang memiliki pengalaman yang mumpuni di bidang infanteri, intelejen, komando teritorial dan Sospol. Dia seorang petarung dan pejuang yang memiliki penguasaan intelijen kuat. Dia seorang jenderal politisi yang irit bicara, konsisten, tenang dan berani serta memiliki strategi untuk mengambil keputusan yang tepat. Dia juga dikenal kritis dan peka kepada pihak yang tertekan dan tertindas.
Kemampuan intelijen strategis yang dimiliki Theo, tampaknya membuat Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri sering menugaskannya berkeliling ke seluruh kawasan Indonesia. “Beliau sering ditugaskan Ibu Megawati untuk keliling di seluruh Indonesia,” aku Tjahjo.
Theo menjadi salah seorang politisi senior PDI Perjuangan yang setia. Dia aktif selama 14 tahun, dua periode menjabat sebagai ketua DPP dan menjadi Ketua Tim Sukses Capres Megawati. Dia pendamping setia Megawati memimpin partai. Terpilih menjadi – Anggota DPR-RI F-PDIP dari Dapil Nusa Tenggara Timur 2, 2004-2009. Namun, kemudian Theo mengundurkan diri sebagai anggota DPR untuk memfokuskan tugasnya di partai mendampingi Megawati.
Jejak Karier
Theo Sjafei mengecap pendidikan SD, SMP dan SMA di kota kelahirannya Ujungpandang. Setamat SMA, dia masuk Akademi Militer Nasional AMN (1965). Melanjutkan pendidikan militer KUPALTU, 1966 dan Pelatihan Komando Pasukan Khusus, Resimen Para Komando Angkatan Darat, 1967. Lalu SUSLAPA (1974), Seskoad (1977-1978), Kursus reguler XII (1985/1986) dan Lemhannas (1989).
Dia mengawali karier militernya dengan memilih satuan infanteri Resimen Para Komando Angkatan Darat (Kopassus). Lalu dia menjabat Komandan Batalion Yonif 754 ke Timtim, 1995-1997. Kemudian tahun 1987 menjabat Kepala Staf Divisi Ifanteri Komando Cadangan Strategis AD; Kepala Staf Divisi II Kostrad, 1989, hingga menjabat Panglima Divisi I Kostrad 1990.
Kemudian, dia dipercaya bertugas di komando teritorial sebagai Kasdam II Sriwijaya (1991). Tahun berikutnya, diangkat menjabat Pangkola Kops Ke Jatim (1992-1993), sebelum dipercaya menjabat Pangdam Kodam IX/Udayana (1993-1994). Dia mengakhiri jabatn militernya sebagi Komandan Sekolah Staf dan Komando (1994-1995).
Kemudian, Theo Sjafei dialihkan ke pengabdian politik menjadi Anggota Fraksi ABRI DPR/MPR (1995-1997). Saat itu (Orde Baru) masih menganut dwifungsi ABRI. Saat itu dia aktif sebagai Anggota Komisi I DPR/MPR (1995-1996) dan Anggota Komisi IX DPR/MPR (1996-1997). Setelah reformasi dia menjadi Anggota DPR-RI F-PDIP dari Dapil Nusa Tenggara Timur 2, periode 2004-2009.
Selama pengabdiannya, Theo Sjafei telah menerima beberapa penghargaan, di antaranya: Bintang kartika eka paksi naraya; Satya lencana kesetiaan VIII, XVI dan XXIV; Satya Lencana Penegak; Satya lencana darma; dan Satya lencana dwija sista.
Theo Sjafei meninggal dunia di Jakarta, dini hari pukul 00.40, Jumat 29 April 2011 pada usia 69 tahun. Dia meninggal dunia karena menderita tumor otak sejak Juli 2010. Sempat dirawat di sejumlah rumah sakit dalam dan luar negeri. Tetapi sejak November 2010, dia dirawat di rumah hingga menghembuskan nafas terakhirnya.
Menurut putera sulungnya Andi Widjajanto, sebelum wafat Theo Sjafei selalu berpesan kepadanya agar terus mengurus negara ini. Andi mengenal ayahnya sebagai pribadi yang tidak ragu untuk berpihak pada yang benar. Andi memberi contoh, Theo tidak takut ketika membela Megawati pada masa Orde Baru. Maka, Andi pun berusaaha memenuhi ‘wasiat’ Ayahandanya dengan banyak memberikan pemikiran strategis kepada PDI Perjuangan, khususnya kepada Megawati Soekarnoputri. Penulis: Ch. Robin Simanullang | Bio TokohIndonesia.com