
[DIREKTORI] Dokter spesialis kandungan ini kerap diundang sebagai pembicara di berbagai seminar dan acara televisi membahas tentang kesehatan reproduksi dan pendidikan seks. Meski ditentang habis-habisan oleh kalangan yang tidak setuju dengan kegiatannya, dokter Puskemas Teladan se-Propinsi Lampung pada 1985 ini tetap konsisten di dunianya. Ia membuka klinik yang khusus menangani problema pasangan suami istri, menulis sejumlah buku pendidikan seks dan melayani konsultasi seks di berbagai media.
Boyke Dian Nugraha, anak sulung dari lima bersaudara ini lahir di Bandung, 14 Desember 1956. Ayahnya, Subagio Danusasmita, bekerja sebagai tentara, sedangkan ibundanya, Milly Ratna Dumilah, berprofesi sebagai guru merangkap ibu rumah tangga. “Saya dulu dididik sangat disiplin,” kenang Boyke. “Menurut saya, disiplin itu harus menjadi tolak ukur kesuksesan kita,” lanjutnya. Maklum, sebagai seorang tentara yang berdinas di Lemhannas, sang ayah memang kerap mengajarkan kedisiplinan di dalam keluarga. Sedangkan pendidikan agama dan kasih sayang didapatnya dari ibunda tercinta. Meski begitu, Boyke merasa sangat dekat dengan kedua orang tuanya tersebut. “Saya dekat dengan keduanya,” aku Boyke.
Sosok Boyke semasa kecil dikenal sebagai anak yang mudah bergaul. Sebagai anak sulung, Boyke menyadari bahwa ia memiliki tanggung jawab yang cukup besar dalam membimbing adik-adiknya. Kini keempat adiknya berkarir di dunia yang berbeda dengan yang digeluti Boyke. Ada yang menjadi ekonom, insinyur, psikolog, dan notaris. Perbedaan profesi dalam keluarganya diakui Boyke karena didikan orangtuanya yang tidak memberi batasan untuk menentukan pilihan, mau menjadi apa pun diperbolehkan.
Boyke menjalani pendidikan SD hingga SMP di kota Bandung. Selain supel, ia dikenal sebagai siswa yang cerdas. Hampir di setiap jenjang sekolah yang dijalaninya, ia selalu memegang peringkat atas di kelas. Profesi sang ayah sebagai tentara membuat keluarga Boyke selalu berpindah-pindah tempat, mulai dari Karang Tunggal, Tasik, Garut, Bandung, dan akhirnya pindah ke Jakarta untuk melanjutkan pendidikannya ke tingkat SMA dan perguruan tinggi.
Karena prestasi akademiknya, Boyke mampu diterima di tiga perguruan tinggi negeri ternama, yakni Fakultas Kedokteran UI, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, dan Teknologi Industri ITB. Ia sempat belajar selama beberapa bulan di ITB, akan tetapi di tahun 1976, Boyke memutuskan untuk hijrah ke UI setelah mengetahui bahwa ia diterima di Fakultas Kedokteran UI. Pilihannya memang sangatlah tepat. Sebab Boyke di waktu kecil sudah memiliki cita-cita untuk menjadi seorang dokter terutama setelah mengalami sebuah peristiwa di masa kecil yang masih lekat dalam ingatannya hingga saat ini.
Ketika itu, ibunya yang tengah mengandung adik ketiga Boyke mengalami keguguran. Boyke kecil yang saat itu masih berusia tujuh tahun pun panik, terlebih pada saat kejadian, ayahnya tengah pergi bertugas memadamkan pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia. Pembantu rumah tangga keluarga Boyke bahkan pingsan melihat kondisi ibundanya. Boyke yang sempat mengira ibunya telah meninggal dunia langsung berteriak-teriak membangunkan tetangga. Atas bantuan tetangganya, sang ibu langsung dibawa ke rumah sakit Boromeus. Untuk menyelamatkan nyawa ibunda Boyke, dokter melakukan tindakan kuret. Begitu seorang dokter memberitahu bahwa ibunya siuman, Boyke terperangah. “Saat itu saya melihat seorang dokter seperti malaikat. Dia bisa menghidupkan kembali orang yang sudah mati. Dan sejak saat itu, saya bercita-cita menjadi dokter,” tutur Boyke seperti dikutip dari situs pdat Tempo.
Keinginan Boyke menjadi seorang dokter juga terinspirasi dari sebuah serial televisi yang berjudul ‘Dr. Kildare’. “Dr Kildare itu bisa menangani berbagai macam kasus meski dia seorang dokter umum,” ungkap Boyke. Kemampuan seorang Dr Kildare membuat Boyke semakin terdorong untuk menjadi dokter. Keinginan Boyke untuk menjadi dokter juga didukung oleh kedua orang tuanya. Tak heran ketika ia menginjak bangku SD, SMP, ataupun SMA, setiap kali ditanya orang ingin menjadi apa, maka Boyke dengan yakin akan selalu menjawab, menjadi seorang dokter.
Berkat tekadnya yang kuat, Boyke berhasil mewujudkan cita-citanya. Begitu merampungkan kuliahnya sekaligus berhak meraih gelar dokter umum pada 1981, ia menjalani wajib kerja sarjana (sekarang PTT) di Puskesmas Palas, Lampung Selatan. Selain bertugas di Puskesmas, ia sempat mendirikan SMA Pancaputra merangkap sebagai guru kimia dan bahasa Inggris. Saat itu Boyke menemukan fakta yang sangat mencengangkan tatkala mendapati sebagian besar siswi-siswinya hamil lalu dinikahkan. Ia menilai kenyataan tersebut diakibatkan karena kurangnya pengetahuan tentang masalah seksualitas. Dari situlah mulai terbersit keinginannya untuk mendalami ilmu kandungan. Berkat dedikasinya di salah satu provinsi di Pulau Sumatera itu, Boyke mendapat penghargaan sebagai Dokter Puskemas Teladan se-Propinsi Lampung pada tahun 1985.
Pada tahun 1990, Boyke dinyatakan lulus sebagai dokter kandungan. Seperti halnya ketika lulus menjadi dokter umum, Boyke juga wajib menjalani wajib kerja sarjana II sebagai dokter spesialis. Boyke kemudian menjatuhkan pilihannya untuk berpraktek di RSU Masamba, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Di desa terpencil yang letaknya berjarak 600 km dari kota Makassar itu, Boyke melayani kasus-kasus kandungan serta menjadi pengajar bagi para calon bidan desa di SPK Palopo. Kali ini, kasus yang ditemui lebih aneh lagi dengan banyaknya orang yang berselingkuh. Dari situ, ia mulai belajar tentang keharmonisan perkawinan.
Setelah menuntaskan kewajibannya di kota itu, Boyke kembali ke Jakarta. Sekembalinya ke ibukota, ia menjabat sebagai Kepala Humas Rumah Sakit Kanker Dharmais. Kemudian, di tahun 1998, Boyke memiliki ide untuk mendirikan sebuah klinik yang biasa menangani masalah-masalah hubungan suami istri. Terutama dikhususkan bagi mereka yang mengalami gangguan-gangguan keharmonisan.
Boyke memiliki ketertarikan terhadap dunia reproduksi dan kandungan karena banyaknya orang yang kerap bertanya-tanya ke mana mereka harus mengadu, jika mereka mengalami masalah dalam hubungan suami istri. Menurutnya pula, banyak pasangan suami istri yang membutuhkan pertolongan. Boyke pun memutuskan untuk lebih banyak berkonsentrasi di dunia reproduksi dan kandungan. Langkah pertamanya adalah dengan mengikuti berbagai seminar dan kongres singkat mengenai seks dan kesehatan reproduksi di beberapa negara Asia, Amerika, hingga Eropa.
Hingga berdirilah Klinik Pasutri, klinik pertama yang khusus menangani hubungan antar suami istri. Tujuan didirikannya klinik tersebut adalah untuk mengharmoniskan hubungan suami istri. Dengan bekal pengetahuan seputar seksual dan kandungan, ayah tiga anak ini kerap dipercaya sebagai pembicara di berbagai seminar tentang kesehatan reproduksi.
Boyke memiliki ketertarikan terhadap dunia reproduksi dan kandungan karena banyaknya orang yang kerap bertanya-tanya ke mana mereka harus mengadu, jika mereka mengalami masalah dalam hubungan suami istri. Menurutnya pula, banyak pasangan suami istri yang membutuhkan pertolongan. Boyke pun memutuskan untuk lebih berkonsentrasi di dunia reproduksi kandungan.
Mantan ketua senat mahasiswa FK UI ini sibuk memberikan ceramah dan diskusi di sekolah dan universitas, serta mengisi acara di televisi. Untuk ceramah saja, bisa 20 kali dalam sebulan. Ceramahnya tentang pendidikan seks, secara jujur dan terbuka, tak melulu menemui jalan lurus tanpa liku. Segelintir pihak yang kontra pada kegiatannya, menganggap bahwa ceramah seks secara terbuka merupakan hal yang sangat vulgar. Akibatnya, istri dan anak-anaknya sering mendapat teror. Mulai dari teror saya punya istri dan anak di Cibubur, sampai saya dibilang sedang membawa wanita di hotel. Namun, keluarga saya sudah kebal terhadap semua teror tersebut,” ujar mantan demonstran Malari 1974 ini.
Sebagai anak seorang prajurit, yang mewarisi keberanian dari sang ayah, ia tidak takut menghadapi cobaan sebesar apapun, termasuk ketika menghadapi sikap sebagian masyarakat yang masih menganggap seks sebagai masalah yang tabu. Terlebih Boyke memiliki moto hidup, “Apa kata orang lain tentang diri saya itu adalah urusan orang lain. Yang penting adalah apa kata saya tentang diri saya sendiri.”
Namun anehnya, di lingkungan pesantren yang dikenal agamis, Boyke justru mengaku tidak menemui kendala berarti ketika menyampaikan ceramahnya soal seks. Menurut pakar seks yang sudah bergelar haji ini, pendidikan agama yang ditanamkan orangtuanya sejak kecil memudahkannya dalam memberikan ceramah-ceramah seks yang berdasarkan agama.
Selain sibuk sebagai pembicara di berbagai seminar dan mengurusi Klinik Pasutri baik yang di Jakarta maupun di Bogor, pria berkacamata itu juga sibuk mengurusi perusahaannya yang diberi nama PT Cahyadi Mulia Nugraha (PT CMM). Perusahaan itu bergerak di bidang yang sama dengan dunia yang digelutinya selama ini yakni kesehatan reproduksi. “Kita memproduksi WISH (singkatan dari Wanita Indonesia Sehat Harmonis), produk pembersih kewanitaan,” jelas dokter yang hobi memelihara bunga anggrek, burung, dan ikan Koi ini.
Di balik profesinya sebagai dokter yang terkesan serius, Boyke rupanya memiliki sisi lain yang mungkin belum banyak diketahui orang. Selain amat menggemari lukisan, ia juga hobi bersenandung. Kegemarannya bernyanyi kemudian mendorong Boyke untuk mendirikan perusahaan rekaman pribadi yang diberi nama DNB Records. Walaupun bukan penyanyi profesional, suaranya bisa dibilang cukup potensial. Meski sempat bernyanyi untuk acara televisi, Boyke menolak bila nantinya ada perusahaan rekaman yang ingin mengajaknya membuat album rekaman. Alasannya, dia tidak mau merekam suaranya untuk dikomersilkan. Namun bila keuntungan dari album yang beredar nantinya akan digunakan untuk amal, maka Boyke tentu saja akan menyetujuinya. Rencananya melalui perusahaan rekaman miliknya tersebut, ia akan memproduksi rekaman lagu-lagu instrumental untuk bayi-bayi yang masih berada dalam kandungan.
Meski waktunya banyak tersita di luar rumah, Boyke tetaplah seorang suami dan kepala keluarga yang selalu menyempatkan waktu bersama keluarga. Biasanya setiap akhir pekan, ia selalu meluangkan waktu misalnya untuk sekadar menemani anaknya berbelanja di mal. Bahkan saya yang memilih model baju dan warnanya untuk anak perempuan saya,” kata Boyke sembari tersenyum lebar.
Pernikahannya dengan adik kelasnya semasa berkuliah di UI, dr Ferry Lasemawati, SpRad yang telah dibina sejak tahun 1985, telah dikaruniai tiga orang putri yang kini beranjak dewasa. Mereka adalah Dhima Paramitha, Dila Puspitha dan Dhitya Prasetya. Kehadiran buah hati menjadikan keluarga Boyke semakin bermakna.
Pengalamannya sebagai dokter yang menangani permasalahan seksual di kalangan remaja memberikan banyak manfaat bagi Boyke dalam hal mendidik anak. Ia mengajarkan pendidikan seks sejak dini, ilmu yang untuk sebagian orang masih dianggap tabu. Karena sudah dibiasakan sejak kecil, tak heran, ketiga anak Boyke selalu terbuka kepada kedua orang tuanya dengan selalu menceritakan segala masalah yang mereka hadapi.
Bahkan si sulung, Dhima, belakangan juga mengikuti jejak orang tuanya menjadi seorang dokter. Padahal tak pernah ada paksaan dari Boyke kepada anak-anaknya agar mereka menjadi dokter. Sedangkan dua adik Dhima lebih tertarik ke dunia bisnis dan astronomi. Seperti orangtuanya yang tak pernah memaksakan kehendak pada anak, Boyke pun mengaku bahwa ia selalu memberikan kebebasan kepada ketiga anaknya.
Selain masih menyempatkan waktu untuk bercengkerama dengan istri dan ketiga putrinya, Boyke juga menulis sejumlah buku yakni Apa yang Ingin Diketahui Remaja tentang Seks, Problema Seks dan Cinta Remaja, Problema Seks dan Organ Intim, Rahasia Pasien Misteri Dokter, dan Misteri Seputar Organ Intim.
Di sisi lain, nama Boyke Dian Nugraha tak hanya populer di dunia kesehatan, tapi juga dunia hiburan. Ia kerap menjadi narasumber sejumlah kasus menyangkut seksualitas yang menimba para selebriti. Karena seringnya tampil di televisi, dokter berpembawaan riang ini pada tahun 2008 mendapat tawaran untuk tampil dalam tiga film layar lebar sekaligus, yakni Basahhh…, Drop Out, dan Cintaku Selamanya. Meski perannya bukan sebagai aktor utama, kiprahnya di dunia akting cukup memberi warna bagi dunia perfilman.
Di usianya yang mencapai setengah abad lebih, Boyke masih terlihat sehat dan bugar. Boyke mengaku enggan pensiun dari berbagai macam kegiatannya. Ia bertekad untuk terus menekuni dunia kesehatan reproduksi dan kandungan yang sudah terlanjur dicintainya. Melalui klinik yang didirikannya, Boyke juga ingin mendedikasikan hidupnya untuk membantu berbagai masalah yang dihadapi pasangan suami istri agar terus hidup harmonis.
Sebagai orang yang sudah cukup berpengalaman mengatasi berbagai keluhan dari para pasiennya, Boyke pun mempunyai tips untuk menjaga hubungan suami istri agar tetap langgeng, yakni menerima kekurangan dan kelebihan dari pasangan. Jangan pernah membanding-bandingkan pasangan dengan orang lain. Setelah memasuki lembaga pernikahan, seorang suami atau istri harus dapat menerima kekurangan dari pasangannya.
Kemudian jalinlah komunikasi yang baik karena komunikasi merupakan suatu hal yang sangat penting agar setiap kemauan dari pasangan dapat diketahui langsung oleh suami atau istrinya. Selain itu, memberikan perhatian kepada pasangan juga dapat menambah erat hubungan meski perhatian itu tidaklah besar. Perhatian dapat diungkapkan pada saat merayakan hari ulang tahun pernikahan, atau bahkan dengan melakukan bulan madu kedua.
Berpegangan kepada komitmen yang telah dibuat dengan tidak menyakiti juga amat berpengaruh pada keharmonisan rumah tangga. Yang terpenting adalah selalu mensyukuri apa yang Tuhan berikan. Harus diingat bahwa kebahagiaan tidak diukur dengan uang. Seorang yang kaya raya belum tentu menandakan ia merasa bahagia. eti | muli, red