
[SELEBRITI] Didepak dari Dewa 19 rupanya membuka jalan baru bagi kiprahnya sebagai musisi. Dengan talentanya yang luar biasa, Ari Lasso merintis karirnya sebagai solois setelah bangkit dari keterpurukan akibat ketergantungan narkoba.
Ketertarikan pria kelahiran Madiun, 17 Januari 1973 ini pada musik sudah dimulai sejak kecil. Ari kecil yang saat itu masih duduk di bangku SD amat menggemari karya-karya musisi rock luar negeri seperti Queen, Rod Stewart, The Police, Rolling Stones, dan John Denver. Pemilik nama lengkap Ari Bernardus Lasso ini bahkan masih ingat betul lagu pertama yang ia hapal di luar kepala yakni lagu berjudul I Don’t Wanna Talk About It milik rocker legendaris asal Inggris, Rod Stewart.
Sejak saat itu, Ari semakin serius mengasah bakatnya dalam bernyanyi. Impian untuk menjadi seorang penyanyi sukses mulai dirajutnya saat masih berseragam SMP. Menjelang ujian, Ari yang waktu itu tercatat sebagai siswa SMP Negeri 12 Surabaya tekun belajar agar dapat nilai yang bagus dan bisa diterima di SMA 2 Surabaya yang dikenal sebagai sekolah yang memiliki band-band jempolan.
Di sana ia bertemu dengan Wawan Juniarso dan Piyu yang memiliki minat sama di bidang musik. Ketiganya kemudian sepakat membentuk sebuah band yang diberi nama Outsider. Perlahan tapi pasti, reputasi Ari semakin meningkat. Saat naik kelas 2 SMA, Ari diajak bergabung dengan band Los Angeles yang merupakan cikal bakal Boomerang.
Aktivitasnya di band membuat pergaulan Ari semakin luas. Ia mulai berkenalan dengan musisi muda dari band lain salah satunya DownBeat yang digawangi Erwin, Andra, dan Ahmad Dhani. Merasa cocok dengan mereka, Ari mulai berteman dan ngeband bareng. Singkat cerita, Ari hijrah ke DownBeat meski langkahnya itu sempat menimbulkan konflik di band lamanya, Los Angeles.
Sejak itu, Ari disibukkan dengan kegiatan manggungnya bersama DownBeat yang dalam perkembangannya berubah nama menjadi Dewa 19. Sayangnya, karena kurang bisa membagi waktu, sekolahnya berantakan. Nilai Ari jeblok, bahkan ia berada di ranking terakhir di kelasnya.
Meski demikian, ia berhasil diterima di Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga, salah satu universitas bergengsi di Jawa Timur. Selain menjadi penyanyi, Ari memang sempat berambisi untuk menjadi seorang sarjana ekonomi. Tapi karena padatnya jadwal nge-band, ia harus mengubur ambisinya untuk meraih gelar sarjana. Ari tak sempat menyelesaikan kuliahnya karena ia harus berkonsentrasi penuh pada Dewa 19.
Walau pilihannya itu sempat disesalkan kedua orang tuanya, Bartholomeus Bernard Lasso & Srie Noerhida, pada akhirnya Ari dapat membuktikan keputusannya untuk berhenti kuliah bukanlah merupakan akhir dari segalanya. Gagal menyandang sarjana, Ari Lasso justru meraup sukses besar sebagai frontman Dewa 19. Album pertama mereka, yang bertitle Dewa 19 benar-benar memikat pecinta musik tanah air. Kesuksesan album yang melahirkan hits ‘Kangen’ itu dinobatkan sebagai ‘Pendatang Baru Terbaik’ dan ‘Album Terlaris’ versi BASF Award 1993.
Sejak saat itu, bersama rekan-rekannya, Ari Lasso getol mengibarkan nama Dewa 19 sebagai band rock papan atas Indonesia. Hasilnya, hampir setiap album yang dikeluarkan band asal Surabaya itu meledak di pasaran, dengan angka penjualan hingga mencapai ratusan ribu kopi. Terutama album Pandawa Lima yang dirilis tahun 1997. Namun, seperti kata pepatah lama ‘semakin tinggi pohon semakin kencang angin berhembus’, itu pula yang terjadi dalam tubuh Dewa 19. Seiring popularitas yang semakin meroket, konflik internal tak dapat dielakkan hingga pada akhirnya terjadi perpecahan antar personilnya.
Arah hidupnya mulai menunjukkan perubahan ketika ibunda tercintanya, Srie Noerhida, meninggal dunia pada Desember 2000 karena sakit. Ari yang merasa terpukul atas kepergian wanita yang sangat dicintainya itu akhirnya bertekad untuk sembuh dari ketergantungannya pada narkoba. Untuk menyembuhkan ketergantungannya, Ari pun masuk panti rehabilitasi.
Gonjang-ganjing di Dewa 19, bermula dari pemecatan sang drummer, Wong Aksan. Kemudian didepaknya Erwin Prasetya dari posisi bassist. Keadaan pun semakin memburuk saat Ari diketahui semakin ‘akrab’ dengan obat-obatan terlarang. Konon, Ari mulai mengenal barang haram itu pada saat pembuatan album ketiga Dewa 19, Terbaik-Terbaik sekitar tahun 1995. Setelah sekian lama, Ahmad Dhani, sang pendiri band tersebut tak bisa lagi mentolerir kebiasaan buruk sang vokalis. Pasalnya ‘hobi’ Ari itu menghambat pembuatan album Dewa 19 yang berikutnya, Bintang Lima.
Hubungan Ari dan Dhani pun renggang, namun keduanya masih berusaha untuk bersikap profesional hingga album The Best of Dewa 19 yang dirilis di penghujung tahun 1999 selesai digarap. Meski rilis di tengah kisruh, album tersebut disambut hangat masyarakat. Lebih istimewanya lagi, album yang sukses mencetak dua single hits ‘Elang’ dan ‘Persembahan Dari Surga’ itu dilepas ke pasaran tanpa sepotong promosi apapun. Melihat kenyataan itu, pihak label lantas mengeluarkan pernyataan bahwa Dewa 19 tidak bubar hanya divakumkan sementara tanpa batas waktu.
Dalam perkembangannya, Ari Lasso akhirnya dipecat Ahmad Dhani. Sementara itu, Dhani mulai membidani Dewa 19 formasi baru dengan vokalis Once dan telah menyelesaikan album Bintang Lima. Meski posisinya sudah digantikan, Ari Lasso masih dilibatkan dalam album tersebut meski hanya sebagai backing vokal untuk lagu Roman Picisan.
Setelah pemecatan itu, Ari masih asyik dengan ‘hobi’ lamanya, menjadi pecandu. Arah hidupnya mulai menunjukkan perubahan ketika ibunda tercintanya, Srie Noerhida, meninggal dunia pada Desember 2000 karena sakit. Ari yang merasa terpukul atas kepergian wanita yang sangat dicintainya itu akhirnya bertekad untuk sembuh dari ketergantungannya pada narkoba. Untuk menyembuhkan ketergantungannya, Ari pun masuk panti rehabilitasi. Pengalamannya sebagai pecandu membuatnya tersadar bahwa narkoba sama sekali tidak bermanfaat. Pandangan bahwa narkoba dapat meningkatkan kreativitas seorang musisi tak lebih dari omong kosong belaka. Setelah menjalani rehabilitasi, Ari berhasil sembuh, apalagi tekad mulianya itu juga didukung kesetiaan para penggemarnya yang merindukannya untuk kembali berkarya.
Meskipun mengalami berbagai hal buruk akibat ketergantungannya pada barang haram itu, Ari tetap merasa bahwa itu memang proses hidup yang harus dilaluinya untuk menjadi seperti sekarang ini. “Jatuh bangun itu merupakan proses hidup saya yang harus saya lewati. Saya sangat berterima kasih kepada mereka yang telah membantu saya melewati hal-hal buruk itu,” ujar suami Vitta Dessy itu seperti dikutip dari situs kapanlagi.com.
Dengan dorongan moril dari teman-teman musisi lainnya, akhirnya Ari kembali ke panggung tarik suara yang sempat ia tinggalkan. Tahun 1999, lagu duetnya bersama Melly Goeslaw yang berjudul ‘Jika’ meledak di pasaran. Lagu tersebut berhasil menduduki peringkat pertama hampir di seluruh tangga-tangga lagu di Indonesia. Kesuksesan ‘Jika’ semakin menumbuhkan kepercayaan diri dalam diri Ari. Ia semakin terpacu untuk merampungkan album solo perdananya yang telah dipersiapkan sejak tahun 1997. Lewat album itu, ia sekaligus membuktikan bahwa karirnya sebagai penyanyi belum tamat setelah didepak dari Dewa 19. Dengan atau tanpa Dewa 19, Ari Lasso nyatanya masih bisa eksis.
Namun, proses penggarapan album solo perdananya sedikit mengalami hambatan karena permasalahan antara Ari dan produser yang pada akhirnya membuat peredaran album itu tersendat-sendat. Setelah melalui proses yang panjang nan berliku, akhirnya pada 8 Agustus 2001, Ari Lasso kembali menyapa para penggemarnya dengan album solonya yang berjudul ‘Sendiri Dulu’.
Optimisme Ari berbuah manis. Hanya dalam waktu dua minggu, penjualan album solo perdananya menembus angka 100 ribu kopi. Setelah 6 bulan dirilis, ‘Sendiri Dulu’ berhasil terjual hingga 500 ribu kopi. Untuk ukuran seorang solois pria, angka tersebut bisa dibilang cukup fantastis. Sukses besar yang diraihnya, membawa Ari pada obsesinya untuk menjadi penyanyi yang baik, profesional, dan legendaris. Ari juga tak lupa mengucapkan terima kasih pada para musisi yang telah membantunya dalam penggarapan album solonya ini. Mereka antara lain Bebi Romeo, Erwin Dewa, Andra, Bimo, Bongky, Anto Hoed, Denny Chasmala, Andi Rianto, dll.
Berbekal kesuksesan yang diraih dalam album solo pertamanya, Ari Lasso kembali mengeluarkan album keduanya yang diberi judul ‘Keseimbangan’ pada 15 Februari 2003. Sama seperti album sebelumnya, tema yang diangkat pada album keduanya masih seputar cinta dan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Namun, ada yang sedikit berbeda, jika album pertamanya bernuansa pop, kali ini di album keduanya, Ari juga memberikan sedikit sentuhan Rock.
Agar lebih inovatif dan berwarna sehingga para pendengarnya juga mendapat nuansa baru dari karakter vokalnya yang khas itu, Ari menggandeng musisi-musisi ternama seperti Piyu (Padi), Andra (Dewa), Bebi Romeo, Ricky FM, Marshal (Dr. PM), bahkan Ahmad Dhani. Setelah sempat renggang, hubungan Ari dan Dhani, mantan partnernya di Dewa 19 itu pun semakin mencair. Dhani bahkan menyumbangkan dua lagu ciptaannya untuk dibawakan Ari, yakni lagu berjudul ‘Rahasia Perempuan’ dan ‘Jika Aku Bukanlah Aku. Album tersebut juga laku keras di pasaran, hanya dalam hitungan minggu saja berhasil terjual hingga ratusan ribu keping.
Setelah ‘Keseimbangan’, berturut-turut Ari menelurkan album ‘Kulihat, Kudengar, Kurasa’ (2004); ‘Selalu Ada’ (2006); dan ‘The Best Of’ (2007). Namun, usai The Best Of, Ari tidak lagi melahirkan album. Pasalnya, industri musik Indonesia sedang loyo. Karena itu, Aquarius sebagai label yang menaungi Ari enggan mengeluarkan album. Paling banter, Ari hanya mengeluarkan single.
Sepanjang karirnya sebagai solois, Ari Lasso tercatat telah menghasilkan sedikitnya 14 hits, menyabet 3 penghargaan di Indonesia dan Singapura, serta membukukan 12 Platinum. Bahkan, album keempatnya yang berjudul ‘Selalu Ada’, berhasil membukukan penjualan 150 ribu keping. Atas pencapaian gemilang tersebut, pengagum aktor Robert De Niro ini dianugerahi Platinum Award.
Awal tahun 2009, pita suara Ari Lasso mengalami gangguan. Untuk mengembalikan kondisinya seperti sediakala, Ari cuti sementara dari kegiatan manggungnya selama tujuh bulan. Dalam kurun waktu itu, ia menjalani pengobatan hingga ke Singapura. Biaya puluhan juta dikeluarkan dari koceknya. Pita suaranya tidak bisa dioperasi karena tindakan tersebut terlalu berisiko bagi seorang penyanyi. Dengan demikian, Ari diharuskan beristirahat total, bahkan ia sampai mengasingkan diri di hotel selama seminggu penuh untuk aksi mogok bicara agar pita suaranya kembali berangsur-angsur pulih.
Setelah lama tak menelurkan album, di tahun 2011, Ari berencana mengeluarkan karya teranyarnya yang kali ini dikemas dalam bentuk mini album yang diberi judul ‘Satu Cinta’. Dalam album terbarunya, Ari menggaet Shandy Canester untuk teman berduetnya, setelah sebelumnya pernah berduet dengan Melly Goeslaw dan Bunga Citra Lestari.
Di sebut mini album karena hanya akan diisi enam lagu, dengan single andalannya ‘Satu Cinta’ yang sudah dirilis akhir Desember 2010. Dalam lagu tersebut bercerita tentang pencarian, bagaimana kita punya satu cinta, satu kekuatan, dan tentunya satu Tuhan. Sementara lagu lainnya adalah ‘Kata Siapa’, ‘Janji’, serta dua lagu lama yang diaransemen ulang dengan konsep akustik. Akan tetapi untuk judul dari lagu lama tersebut masih dirahasiakan.
Ari pun menuturkan, kalau semua lirik lagunya ia ciptakan sendiri. Sedangkan untuk penggarapan musik semua lagunya, ia dibantu oleh sejumlah pemusik, antara lain Pay BIP dan Shandy Canester.
Mengenai album barunya ini, Ari mengaku tak mau memasang target muluk-muluk, dengan menetapkan angka penjualan hingga jumlah tertentu atau akan menjadi hit di blantika musik tanah air. “Pokoknya, aku berusaha untuk menciptakan sesuatu yang terbaik. Soal hasil silahkan nanti masyarakat yang menilai,” ujarnya seperti dikutip dari situs wartaonline.com. e-ti | muli, red