Sebuah Buku dari Santri Luar Biasa Al-Zaytun
Remontada From Within, Novum Gradum: Trilogi Revolusi Pendidikan 79 Tahun Syaykh Al-Zaytun Prof. Dr. (HC) AS Panji Gumilang

Di usia ke-79 Syaykh Panji Gumilang, Pemimpin Redaksi TokohIndonesia.com, Drs. Ch. Robin Simanullang, menyerahkan sebuah buku reflektif sebagai hadiah ulang tahun. Bukan sekadar tanda hormat, tetapi catatan personal atas perjalanan panjang pemikiran dan praksis pendidikan Al-Zaytun yang ia saksikan sendiri selama lebih dari dua dekade.
Buku berjudul Remontada From Within, Novum Gradum: Trilogi Revolusi Pendidikan 79 Tahun Syaykh Al-Zaytun Prof. Dr. (HC) AS Panji Gumilang itu diserahkan langsung pada 30 Juli 2025, dalam sebuah acara bertajuk “Bincang Bersama Sebagai Manifestasi Doa Usia 79 Tahun…”, forum yang dihadiri tokoh lintas agama, akademisi, jurnalis, wali santri, dan civitas akademika Al-Zaytun.
Penulisnya, Drs. Ch. Robin Simanullang, bukan sekadar jurnalis pengamat. Ia telah lebih dari 20 tahun mengikuti dan mencatat perjalanan pemikiran dan gerakan Syaykh AS Panji Gumilang. Dalam proses itu, ia menyebut dirinya sebagai Santri Luar Biasa Al-Zaytun, seorang sahabat beda iman yang mengalami langsung bagaimana gagasan-gagasan Syaykh membentuk bukan hanya sistem, tapi ekosistem berpikir dan hidup.
Dalam pidatonya, Robin Simanullang tidak bicara terlalu panjang. Hanya beberapa kalimat hangat, lalu sebuah buku yang sarat makna. “Kalau boleh, hidup seribu tahun,” ucapnya pada sosok yang juga disebutnya sebagai wali, guru besar, bahkan imam universal. Kalimat itu ringan, tapi mengandung pesan yang dalam: bahwa bangsa ini, menurutnya, masih membutuhkan Syaykh Panji Gumilang. Buku itu ia sebut sebagai “ucapan syukur dari seorang sahabat”, berisi refleksi panjang atas pemikiran Syaykh Panji Gumilang, sistem Al-Zaytun, dan pengalaman spiritual yang tidak terbatasi sekat agama.
Lebih dari Buku Ulang Tahun

Remontada From Within bukan sekadar hadiah ulang tahun. Ia adalah kesaksian personal. Ditulis oleh seseorang yang terlibat, berdiskusi, menulis, dan menyerap gagasan besar tentang remontada (kebangkitan dari dalam), novum gradum (jalan baru), dan trilogi revolusi pendidikan yang diterapkan di Al-Zaytun.
Trilogi itu mencakup:
- Pendidikan berasrama, sebagai ekosistem karakter dan kebersamaan.
- Kurikulum L-STEAM, dengan basis Law, Science, Technology, Engineering, Arts, Mathematic.
- Novum Gradum, jalan baru pendidikan visioner yang tidak terjebak rutinitas administratif.
Tiga pilar ini bukan hanya konsep, tapi dijalankan dalam kehidupan santri sehari-hari di Al-Zaytun, sebuah laboratorium toleransi, peradaban, dan kemanusiaan. Robin Simanullang menilai Al-Zaytun bukan sekadar lembaga pendidikan, melainkan ekosistem pembentuk manusia. “Di sini saya menyaksikan peta karakter, kehormatan, kebajikan, peta kemanusiaan, toleransi, dan perdamaian,” tulisnya dalam pengantar.
Syaykh, Sang Personifikasi Al-Zaytun
Dalam buku setebal 224 halaman ini, Robin Simanullang menyebut Syaykh Panji Gumilang sebagai personifikasi Al-Zaytun. Ia bukan hanya pendiri, tapi arsitek spiritual dan operasional lembaga ini. Dari sejak khayal (impian), shuwar (perancangan), hingga amal (aksi), Syaykh membentuk sistem yang ia sebut sebagai revolusi pendidikan.
Konsep Remontada From Within muncul sebagai jawaban atas tantangan zaman, gagasan bahwa kebangkitan tidak harus menunggu restu luar, melainkan dimulai dari dalam: dari keberanian berpikir, keyakinan pribadi, dan daya tahan terhadap fitnah. Robin Simanullang mencatat bahwa dalam setiap krisis, Syaykh Panji Gumilang justru membalasnya dengan produktivitas.
Dalam pidato balasannya, Syaykh Panji Gumilang mengenang kembali jejak panjang hubungannya dengan Robin Simanullang. Ia menyebut Robin Simanullang sebagai sahabat sejak berdirinya Zaytun, yang dulu bahkan pernah “mencabar” dirinya dengan perbedaan. “Kita berbeda,” kata Robin Simanullang saat bertemu pertama kali dengan Panji Gumilang. Tapi seiring waktu, yang tampak bukanlah perbedaan, melainkan kesamaan: nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.
Dengan gaya jenakanya yang khas, Syaykh Panji Gumilang menanggapi sampul buku: “Benarkah ini kekasih Anda?” katanya sambil menunjukkannya kepada istrinya, Umi Farida Al Widad. Tak dijawab, kecuali dengan senyum yang mengisyaratkan “iya”. Hadirin tertawa. Tapi di balik guyonan itu, Syaykh menyampaikan terima kasih, karena buku ini, katanya, “bisa dibaca oleh khalayak”.
Sebuah Kesaksian Jurnalis
Dalam buku Remontada From Within, Robin Simanullang tidak sedang menulis biografi, apalagi membela. Ia mencatat jejak pemikiran yang menurutnya layak dikenang, terutama di tengah situasi yang sering melewatkan proses dan lebih terpaku pada hiruk-pikuk penilaian, bahkan narasi-narasi negatif yang sarat fitnah.
Buku ini merupakan bentuk penghormatan yang tidak dilandasi pujian berlebihan, melainkan bersandar pada pengalaman langsung, observasi panjang, dan keyakinan yang tumbuh dari kedekatan. Ditulis oleh seorang jurnalis yang telah menulis hampir seribu artikel tentang Al-Zaytun, buku ini adalah rekaman yang lahir dari keterlibatan, bukan dari jarak aman.
Dalam menulis, Robin Simanullang tidak ikut dalam keramaian opini, tapi menyusun catatan reflektif dengan gaya yang bersih dan bersahaja. Ia tidak sedang membela membabi buta, tapi juga tidak menghindari kebenaran yang ia saksikan sendiri. Remontada From Within adalah sumbangan pemikiran yang menghadirkan ulang gagasan-gagasan besar yang selama ini sering dilihat sekilas, atau bahkan salah baca.
Buku ini menempatkan ulang peristiwa dan pemikiran dalam konteks yang lebih utuh. Ia menjelaskan bagaimana sistem pendidikan Al-Zaytun dibangun, diuji, dan terus berkembang, bukan sekadar lewat teori, tetapi melalui laku nyata dan konsistensi bertahun-tahun. Di balik banyak sorotan dan penilaian, Robin Simanullang ingin mengingatkan: ada kerja panjang, ada keyakinan yang bertahan, dan ada pemimpin yang tidak pernah berhenti memikirkan cara terbaik mendidik manusia. (Atur Lorielcide / TokohIndonesia.com)