Muhamad Wahyuni Nafis: Al-Zaytun, Pohon Pemikiran Besar yang Berbuah Tindakan Nyata

Muhamad Wahyuni Nafis, Ketua Nurcholish Madjid Society, mengungkapkan apresiasi dan kekagumannya terhadap Panji Gumilang dan Pesantren Al-Zaytun. Pada peringatan 25 tahun berdirinya pesantren tersebut, dia menyoroti perpaduan peran ‘alim dan amin’ antara pemikiran Nurcholish Madjid dan amal nyata Syaykh Panji Gumilang. Dengan visi besar “1.000 Tahun Indonesia Raya ke Depan,” Muhamad Wahyuni Nafis menggambarkan Al-Zaytun sebagai pohon besar dengan akar yang kokoh menghujam bumi dan ranting yang menjulang ke langit, melambangkan perpaduan antara pemikiran dan tindakan nyata untuk mewujudkan masa depan Indonesia Raya yang inklusif, toleran, serta berlandaskan prinsip Rahmatan Lil Alamin.
Penulis: Mangatur L. Paniroy
Muhamad Wahyuni Nafis, M.A., Ketua Nurcholish Madjid Society (NCMS), mendapatkan kehormatan untuk menyampaikan pidato sambutan pada acara puncak Perayaan Ulang Tahun ke-25 Pesantren Al-Zaytun yang digelar pada Selasa, 27 Agustus 2024. Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat periode 1992-1993 ini menjadi pembicara kelima setelah Dr. Budhy Munawar Rachman (anggota Dewan Pembina Nurcholish Madjid Society).
Daftar Artikel Terkait Ulang Tahun Al-Zaytun ke-25
- Dr. Haryadi Baskoro: Pemimpin Visioner Harus Punya Pujangga
- Prof. Suherli: Bahasa Indonesia Menuju Bahasa Antarbangsa
- Kivlan Zen: Al-Zaytun, Integrasi Ilmu dan Amal untuk Indonesia Raya
- Prof. Agus Pakpahan: Membangun Pangan dan Pertanian dengan Berguru pada Alam
- Pesan Bupati Nina Agustina di Ulang Tahun ke-25 Al-Zaytun
- Muhamad Wahyuni Nafis: Al-Zaytun, Pohon Pemikiran Besar yang Berbuah Tindakan Nyata
- Dr. Berly Martawardaya: Menjaga Bumi, Membangun Bangsa
- Dr. Sudirman Abbas: Al-Zaytun untuk Indonesia Seribu Tahun
- Dr. Budhy Munawar Rachman: Al-Zaytun Pesantren Terbesar dan Terbaik di Indonesia
- Dahlan Iskan: Luar Biasa! Panji Gumilang dan Gagasan Besar Indonesia 1000 Tahun
- Ch. Robin Simanullang: Saya Menikmati Islam Rahmatan Lil Alamin di Al-Zaytun
- Dr. Bagus Priyo Purwanto: Sinergi Kearifan Lokal dan Pertanian Berkelanjutan
- Prof. Yudi Latif: Merancang Indonesia Seribu Tahun
- Prof. Ikrar Nusa Bhakti: Tirani Mayoritas dan Masa Depan Demokrasi Indonesia
- Susno Duadji: “Apakah Penegakan Hukum di Indonesia Sudah Adil?”
- Susno Duadji: “Hari Ini Aku Resmi Jadi Warga Al-Zaytun”
- Prof. Djagal Wiseso Marseno: Strategi Indonesia Bertahan 1000 Tahun
- Laporan Kegiatan Perayaan Ulang Tahun Al-Zaytun ke-25
- Dua Kapal Raksasa Al-Zaytun Berlayar
- “Green” Pesantren di Pelosok Indramayu
- Apa Kata Dahlan Iskan, Susno Duadji, dan Kivlan Zen
- 1000 Tahun Indonesia Raya: Mimpi Besar Al-Zaytun di Usia Perak
- Seperempat Abad Al-Zaytun: Remontada From Within
Bertempat di Masjid Rahmatan Lil Alamin, perayaan ini mengusung tema besar “Gagasan 1.000 Tahun Indonesia Raya ke Depan dengan Semangat Remontada from Within.” Tema tersebut secara langsung mencerminkan visi panjang Al-Zaytun yang tidak hanya berfokus pada pendidikan, tetapi juga pada pembangunan bangsa Indonesia secara menyeluruh dan berkesinambungan. Pesantren Al-Zaytun, yang telah berdiri selama seperempat abad, ingin menegaskan kembali bahwa cita-cita besarnya adalah untuk ikut merancang masa depan Indonesia hingga ribuan tahun ke depan.
Dalam pidatonya yang terbilang singkat (6 menit), Muhamad Wahyuni Nafis mengawali dengan salam dan pujian kepada Allah SWT, seraya menyampaikan rasa hormat kepada Syaykh Panji Gumilang beserta keluarga, para undangan, ulama, kiai, dan pejabat yang hadir. “Syaykh Panji Gumilang yang kami cintai dan hormati bersama keluarga, para undangan, para alim ulama, para guru, kiai, serta pejabat, mudah-mudahan kita semua senantiasa diridoi oleh Allah subhanahu wa ta’ala,” lanjutnya dengan khidmat.
Muhamad Wahyuni Nafis menyampaikan bahwa, meskipun sebelumnya Dr. Budhy Munawar Rachman sudah mewakili Nurcholish Madjid Society, Muhamad Wahyuni Nafis tetap merasa perlu berbicara, mengingat kedekatannya dengan Syaykh Panji Gumilang serta diskusi-diskusi yang sering terjadi di antara mereka.
Muhamad Wahyuni Nafis menyampaikan, setiap kali bertemu, sosok Syaykh Panji Gumilang selalu mengingatkan pada ide-ide besar dari Nurcholish Madjid, atau yang akrab dikenal sebagai Cak Nur. Ia menyimpulkan bahwa Syaykh Panji Gumilang melengkapi pemikiran-pemikiran Cak Nur. “Setiap kali bertemu dengan Syaykh Panji Gumilang, beliau selalu mengingatkan saya pada pemikiran-pemikiran besar dari Cak Nur, Profesor Doktor Nurcholish Madjid. Setelah berbagai percakapan dan pertemuan, saya sampai pada satu kesimpulan: Syaykh Panji Gumilang adalah pelengkap dari ide-ide Cak Nur,” ungkap Nafis dengan penuh keyakinan.
Jika Cak Nur lebih fokus pada gagasan dan pemikiran, maka Syaykh Panji Gumilang menerjemahkan pemikiran tersebut dalam tindakan nyata. Meskipun demikian, kedua tokoh ini tidak hanya terbatas pada peran masing-masing, karena Cak Nur juga memiliki karya nyata seperti universitas dan sekolah, sementara Syaykh Panji Gumilang mengembangkan banyak pemikiran besar yang sejalan dengan visi jangka panjang.
Menurut Muhamad Wahyuni Nafis, perpaduan antara pemikiran Cak Nur dan tindakan Syaykh Panji Gumilang mencerminkan konsep “alim sekaligus amin,” yang disinggung Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin. Kedua figur ini, menurutnya, tidak hanya cerdas dalam berpikir, tetapi juga amanah dalam mengimplementasikan gagasannya. “Saya melihat perpaduan ini bagaikan konsep yang disampaikan Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumiddin, yakni seorang yang alim sekaligus amin. Cak Nur dan Syaykh Panji Gumilang adalah contoh nyata dari orang-orang yang bukan hanya berilmu, tetapi juga mempraktikkan ilmu tersebut dengan amanah,” lanjutnya.
Muhamad Wahyuni Nafis kemudian menyoroti gagasan visioner yang diusung oleh Syaykh Panji Gumilang, yaitu “1.000 Tahun Indonesia.” Menurutnya, gagasan ini luar biasa, menunjukkan bahwa Syaykh Panji Gumilang tidak hanya berpikir untuk dirinya sendiri atau generasinya, tetapi juga untuk generasi-generasi yang akan datang.
“Syaykh Panji Gumilang adalah seorang martir,” katanya tegas. “Beliau tidak mengharapkan untuk menikmati hasil dari pemikirannya secara pribadi. Yang akan menikmati hasil ini adalah kita, anak cucu kita, dan generasi-generasi berikutnya.”
Sikap ini, lanjutnya, adalah semangat yang sama yang dimiliki oleh para nabi, rasul, wali, dan pahlawan, yang tidak egois dan selalu berpikir untuk kebaikan jangka panjang. Muhamad Wahyuni Nafis kemudian mengaitkan hal ini ide-ide universal Cak Nur, seperti kosmopolitanisme dan rahmatan lil alamin, yang dahulu sempat ditolak oleh masyarakat karena dianggap terlalu maju, namun kini diterima dengan baik oleh umat Islam di Indonesia.
“Ketika Cak Nur pertama kali bicara soal universalisme, kosmopolitanisme, dan rahmatan lil alamin, banyak yang menolak. Pada awal Orde Baru, umat Islam masih sangat eksklusif. Namun, lihatlah sekarang. Setelah 20, 30, bahkan 40 tahun, ide-ide tersebut diterima dengan sangat baik oleh umat Islam di Indonesia. Kita kini hidup dalam semangat toleransi, damai, dan saling menghargai, dan itulah yang ditunjukkan di Masjid Rahmatan Lil Alamin ini,” kata Muhamad Wahyuni Nafis.
Kehadiran tokoh-tokoh lintas agama di acara tersebut, menurutnya, merupakan simbol dari nilai-nilai inklusif yang diajarkan oleh Cak Nur dan diimplementasikan oleh Syaykh Panji Gumilang di Pesantren Al-Zaytun. Pesantren ini tidak membedakan agama, suku, atau ras, melainkan membuka pintunya untuk semua kalangan, selaras dengan semangat rahmatan lil alamin.
Muhamad Wahyuni Nafis menutup pidatonya dengan mengutip ayat dalam surat Ibrahim, yang sering disampaikan oleh Cak Nur. Ayat tersebut menggambarkan bahwa sebuah ide yang hebat bagaikan pohon yang kuat, dengan akar yang menghunjam ke dalam tanah dan cabang-cabang yang menjulang ke langit. “Dan pohon itu adalah Ma’had Al-Zaytun,” katanya menegaskan bahwa Ma’had Al-Zaytun telah berdiri teguh selama 25 tahun dan terus berkembang dengan visi besar untuk masa depan.
Muhamad Wahyuni Nafis mendoakan dan mengharapkan yang terbaik untuk Syaykh Panji Gumilang dan keluarga, agar selalu diberi kesehatan, umur panjang, serta kekuatan untuk melanjutkan visi besar yang telah dicanangkan. Dengan nada semangat, Nafis menutup pidatonya dengan seruan kemerdekaan, mencerminkan tekad dan optimisme yang besar untuk masa depan. “Wabillahi Taufik wal Hidayah. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Merdeka! Merdeka! Merdeka!” (atur/TokohIndonesia.com)
Tim Reportase TokohIndonesia.com: Mangatur L. Paniroy (Koordinator), Yenita Tangdialla, Rigson Herianto, Rukmana, Wiratno***
Profil Singkat Muhamad Wahyuni Nafis, M.A.
Muhamad Wahyuni Nafis, M.A., lahir di Tangerang, 18 Februari 1967, adalah seorang intelektual dan aktivis yang telah lama terlibat dalam dunia pemikiran Islam modern di Indonesia. Ia merupakan Ketua Nurcholish Madjid Society (NCMS), sebuah organisasi yang bertujuan untuk menjaga, menyebarkan, dan mengkritisi pemikiran Nurcholish Madjid, atau yang akrab dikenal sebagai Cak Nur. Pemikiran Cak Nur yang mengedepankan dialog, kemanusiaan universal, dan keterbukaan intelektual menjadi fokus utama NCMS dalam kegiatan-kegiatannya.
Wahyuni Nafis mengawali pendidikannya di Pesantren Modern Dar el-Qalam di Balaraja, Tangerang, sebelum melanjutkan studi di Fakultas Ushuluddin, jurusan Aqidah-Filsafat di IAIN Jakarta. Ia lulus pada tahun 1993. Semasa kuliahnya, Wahyuni aktif dalam organisasi mahasiswa, dan pernah menjabat sebagai Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Ciputat pada 1992-1993. Selain itu, ia juga pernah menjadi Ketua Umum HMI Tangerang Komisariat IAIN Jakarta.
Kiprahnya di NCMS bertujuan untuk mempopulerkan pemikiran Cak Nur di kalangan generasi muda, tanpa mengkultuskan figur Cak Nur. Menurut Wahyuni, semangat dialog adalah esensi pemikiran Cak Nur, di mana segala persoalan bangsa sebaiknya diselesaikan melalui keterbukaan terhadap sudut pandang yang berbeda. Ia juga menekankan bahwa pemikiran Cak Nur harus terus dikaji secara kritis, agar selalu relevan dengan kondisi zaman.
Sebagai Ketua NCMS, Wahyuni Nafis terlibat dalam berbagai program yang mempromosikan dialog lintas iman dan pembaruan pemikiran Islam. Ia memimpin penyelenggaraan acara-acara seperti Haul Cak Nur dan berbagai kegiatan kajian intelektual, dengan tujuan menyebarkan nilai-nilai moderasi dan pluralisme yang diusung oleh Nurcholish Madjid.
Di luar aktivitasnya di NCMS, Wahyuni Nafis juga dikenal sebagai penulis dan penyunting. Salah satu karyanya yang signifikan adalah penyuntingan buku Islam Agama Kemanusiaan: Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia yang berisi kumpulan tulisan-tulisan Cak Nur. Ia aktif menulis di berbagai media massa dan terlibat dalam berbagai diskusi publik tentang Islam, filsafat, dan kemanusiaan.
Video Tiktok (VT) @tokoh.id
Berikut daftar Video Tiktok (VT) di akun @tokoh.id seputar Perayaan Ulang Tahun Al-Zaytun ke-25:
- Pancasila 1.000 Tahun ke Depan - Prof. Yudi Latif
- Karakter adalah Kunci - Prof. Yudi Latif
- Dua Modal Penting Untuk Maju - Prof. Yudi Latif
- Indonesia Bangsa Pelopor - Prof. Yudi Latif
- Saya Menikmati Islam Rahmatan Lil Alamin di Al-Zaytun - Drs. Ch. Robin Simanullang, Wartawan Senior Majalah Tokoh Indonesia
- Masjid Rahmatan Lil Alamin (Dr. Budhy Munawar Rachman, Nurcholish Madjid Society)
- Centenarian di Al-Zaytun (Dr. Budhy Munawar Rachman, Nurcholish Madjid Society)
- Al-Zaytun Teladan Terbaik Soal Toleransi (Dr. Budhy Munawar Rachman, Nurcholish Madjid Society)
- Al-Zaytun Perintis Pesantren Toleransi (Dr. Budhy Munawar Rachman, Nurcholish Madjid Society)
- Prof. Yudi Latif, Ph.D: Menanam Pohon Jati Emas di Tepi Jalan Remontada, Ma'had Al-Zaytun
- Panji Gumilang: Kapan Kita Punya Hadiah Nobel?
- Panji Gumilang: Indonesia itu Tidak 'O' Semua
- Panji Gumilang: Remontada, Barcelona, Messi
- Dahlan Iskan: Bagaimana Orang Tidak Makan Bisa Hidup ...
- Dan Dia Mempunyai Tesis Bahwa Dunia Sebentar Lagi ...
- Dahlan Iskan: Tidak Ada Sembahyang, Tidak Ada Doa ...
- Dahlan Iskan: Saya Terharu Mendengar Cerita Ini
- Dahlan Iskan: Pramoedya Ananta Toer Vs Panji Gumilang
- Dahlan Iskan: Syaykh Panji Gumilang Kenapa Hari ini Pakai Batik?
- Dahlan Iskan: Syaykh Panji Gumilang Merenung di Tempat yang Sangat Khusus
- Dr. Berly Martawardaya: "Jadi, saya sudah merasakan betapa tingginya kualitas alumni dari Al-Zaytun".
- Asal Usul Istilah 'Yang Amat Terhormat'
- Santri Al-Zaytun Menyanyikan Lagu Bangun Pemudi Pemuda
dengan Seruan Indonesia Harus Kuat - Panji Gumilang: Gak Ada yang Bisa Nyanyi 3 Stanza?
- Panji Gumilang: JADI, INDONESIA RAYA INI, DOA. Sepanjang apapun, doa.
- Lagu Indonesia Raya 3 Stanza Bergema Indah di Masjid Rahmatan Lil Alamin, Ma'had Al-Zaytun
- Panji Gumilang: Jangan Disalahkan Millennial Itu Kalau Tidak Mengenal 3 Stanza Lagu Indonesia Raya
- Alhamdulillah, Puji Tuhan, Haleluya!
Sahabat Syaykh Panji Gumilang sekaligus Wartawan Senior Majalah Tokoh Indonesia, Drs. Ch. Robin Simanullang, mendapat kesempatan untuk menanam pohon jati emas di tepi jalan Remontada, Ma'had Al-Zaytun. - Panji Gumilang & Kivlan Zen, Indonesia Raya Stanza 1, Indonesia Tanah Airku
- Panji Gumilang & Kivlan Zen, Indonesia Raya Stanza 2, Indonesia Tanah yang Mulia
- Panji Gumilang Nyendokin Makanan
Ke Kivlan Zen dan Umi Farida Al-Widad (istri) - Tumpengnya Enak Beud - Kivlan Zen: Saya Sudah Melapor Pada Pak Prabowo
Semua kegiatan saya di Al-Zaytun dan komen beliau, BAGUS! - Panji Gumilang & Kivlan Zen, Indonesia Raya Stanza 3, Indonesia Tanah yang Suci
- Susno Duadji: Hanya di Al-Zaytun
- Susno Duadji: Al-Zaytun Jaya, Al-Zaytun The Best
- Santri Al-Zaytun Bangga Menyanyikan Lagu Garuda Pancasila
- Putri Bungsu Panji Gumilang, Sofiah Al-Widad
Sedang mengajari santri Al-Zaytun menyanyi lagu Mars Universitas Al-Zaytun (IAI AL-AZIS) - Susno Duadji: Panji Gumilang is The Best
- Susno Duadji: Mulai Hari Ini Saya Resmi Sebagai Warga Al-Zaytun
- Susno Duadji: Saya Sangat Kagum Pada Al-Zaytun
- Susno Duadji: Saya Sangat Tertarik Pada Al-Zaytun
- Susno Duadji Makan Buah Pisang Al-Zaytun
Rasanya Legit dan Sangat Manis - Salah Ketik Jadi Menteri Pertahanan, Teman Saya yang Cerita
Kivlan Zen Bikin Ketawa - Master Indonesia Raya 3 Stanza
Santri Kelas 6 Ma'had Al-Zaytun, Michelle Kadek Bhyantara binti I Gusti Ngurah Made Johny B, Asal Jakarta Selatan - Keren, Hafal Indonesia Raya 3 Stanza - 25 Tahun Ma'had Al-Zaytun
- Merinding, Tebak Lagu Apa
Peserta Al-Zaytun (Guru, Dosen, Wali Santri)