
[SELEBRITI] Di usianya yang sudah tidak muda lagi, artis penyanyi dan bintang film yang populer di tahun 80-an ini tetap mempertahankan eksistensinya dan tak kalah bersaing dengan para pendatang baru. Wajah cantik dan akting peraih tiga Piala Citra ini masih dapat dijumpai dalam berbagai judul sinetron dan film layar lebar.
Ellisa Meriam Bellina Maria, itulah nama yang diberikan orang tua aktris kelahiran Bandung 10 April 1965 ini. Anak kelima dari enam bersaudara ini terlahir dari pasangan berdarah campuran Eropa, ibunya, Maria Theresia berdarah Sunda-Belanda sementara sang ayah, G.H. Bamboe, seorang dokter blasteran Jerman-Makassar-Jawa. Selain berprofesi sebagai dokter, ayahnya juga berbisnis perlengkapan penyandang cacat. Saat ayahnya ditugaskan ke luar negeri, Meriam yang waktu itu masih kecil ikut diboyong untuk tinggal di Kanada dan Amerika Serikat selama lima tahun. Setelah lulus SMP, ia dan keluarganya kembali ke Tanah Air.
Saat masih remaja, Mer, begitu aktris cantik ini biasa disapa, pernah bercita-cita menjadi pramugari Garuda Indonesia. Akan tetapi, karena alasan tertentu, ia bersekolah hanya sampai di kelas II SMA. Setelah tak lagi disibukkan dengan beragam kegiatan di sekolah, ia mencoba peruntungannya sebagai foto model. Parasnya yang cantik khas perempuan Indo seketika menghiasi berbagai sampul majalah. Dari situlah Mer pertama kali dikenal hingga akhirnya mendapat tawaran untuk terjun ke layar lebar.
Pada tahun 1981, Mer membintangi film perdananya, Perawan-Perawan arahan sutradara Ida Farida. Setelah itu ia mendapat kesempatan berakting dalam film garapan Nya Abbas Acub yang berjudul Koboi Sutra Ungu. Kemudian pada tahun 1983, ia didaulat menjadi pemeran utama wanita beradu akting dengan aktor Mathias Muchus dalam film Roro Mendut karya sutradara Ami Priyono. Di tahun yang sama, perempuan berkulit putih itu membintangi film Perkawinan, bahkan berkat film tersebut namanya masuk dalam nominasi Aktris Terbaik Festival Film Indonesia (FFI) 1983.
Setahun kemudian, karir Mer di dunia akting kian bersinar dengan keterlibatannya di film Cinta di Balik Noda arahan Bobby Sandy. Lewat film itu, ia berhasil meraih Piala Citra untuk Pemeran Utama Wanita Terbaik di tahun 1984. Yang menjadi saingannya ketika itu adalah aktris-aktris kelas berat seperti Christine Hakim, Yenny Rahman, Zoraya Perucha, dan Lidya Kandau. ”Saya tidak bermimpi menang tahun ini, saya bahagia.. berarti saya diterima sebagai pemain,” katanya, sesaat setelah kemenangannya diumumkan dalam ajang yang dihelat di Yogyakarta itu.
Bukan hanya kebahagiaan yang dirasakan wanita yang hobi membaca novel ini, tapi juga limpahan tawaran berakting. Semenjak dinobatkan sebagai aktris terbaik, tercatat sedikitnya 15 judul film dibintanginya. Antara lain Permata Biru, Sorga Dunia di Pintu Neraka, dan Pengantin Pantai Biru. Di puncak karirnya saat itu, ia bahkan terbilang sangat produktif. Selama tahun 1984 saja, ia mampu bermain dalam enam film, diantaranya Bercinta dalam Badai dan Buktikan Cintamu.
Setelah meraih sukses besar sebagai aktris, Mer mulai melirik dunia tarik suara. Berbekal popularitasnya yang tengah berada di puncak serta suara yang lumayan merdu, Meriam Bellina berhasil menelurkan tiga album rekaman, yang masing-masing berjudul Simfoni Rindu, Untuk Sebuah Nama, dan Belajar Menyanyi. ”Saya menganggap menyanyi sebagai cadangan aktivitas saya, seandainya karier di film mandek,” ujar aktris yang fasih berbahasa Inggris dan Belanda ini.
Meski tak sesukses karirnya di dunia film, lagu-lagu yang pernah dibawakan Mer seperti Begitu Indah, Kerinduan dan Mulanya Biasa Saja, menjadi lagu legenda nostalgia hingga kini. Semua itu tak terlepas dari tangan dingin mendiang Pance Pondaag, pencipta lagu ternama yang cukup sukses mengorbitkan Mer di panggung olah vokal.
Pada tahun 1989, wanita yang sempat menjadi pemain figuran film Airport 77 itu membintangi film Catatan Si Boy bersama Onky Alexander dan Didi Petet. Walaupun berbakat sebagai aktris drama, belakangan Mer juga bermain dalam film komedi, seperti film Dongkrak Antik yang dibintanginya bersama Warkop DKI.
Mer kembali mengukir prestasi di tahun 1990. Film Taksi yang dibintanginya bersama aktor Rano Karno berhasil mengantarkannya keluar sebagai pemenang Aktris Terbaik FFI. Tahun 2007 Mer kembali menggenggam Piala Citra berkat aktingnya sebagai pemeran pendukung wanita terbaik di film garapan Hanung Bramantyo, Get Married.
Di sisi lain, dalam perjalanannya di dunia film, nama Meriam Bellina cukup lekat dengan gelar Bomb Sex Indonesia karena ia berani melakukan adegan panas. Diakuinya, selama adegan tersebut sesuai dengan tuntunan skenario, ia pun tak berkeberatan. Julukan lain yang sempat disandangnya adalah Magma Perfilman Indonesia, yang tak lain didapat dari kepiawaiannya dalam berakting.
Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Mer tetap mempertahankan eksistensinya dan tak kalah bersaing dengan para pendatang baru. Wajah cantik dan aktingnya yang memukau masih dapat dijumpai dalam berbagai judul sinetron dan film layar lebar. Peran yang dimainkan Mer tak jauh-jauh dari perempuan cerewet, wanita ambisius, serta karakter antagonis lainnya.
Sementara dalam kehidupan pribadinya, aktris peraih Piala Vidia tahun 1994 melalui sinetron Aku Mau Hidup ini pernah menikah dengan Ferry Anggriawan dan sutradara Adi Surya Abdi sebelum akhirnya memutuskan untuk bercerai. Dari pernikahannya dengan Adi Surya Abdi, pasangan itu dikaruniai 2 orang anak.
Belakangan, beberapa media ramai mengabarkan kedekatannya dengan pengacara eksentrik, Hotman Paris Hutapea. Tapi Mer bukan tipe orang yang gemar mengumbar kehidupan pribadinya. Mer memilih mengunci mulutnya rapat-rapat menanggapi isu kedekatannya dengan pria Batak itu. eti | muli, red