Gadis Belia Isteri Ketiga Luthfi

[BERITA TOKOH] – – Kiprah Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) belakangan ramai dalam gosip infotainmen berbagai media, terutama televisi. Pasalnya KPK mengaitkan nama seorang gadis belia berwajah cantik DM dengan tersangka suap kuota impor daging Luthfi Hasan Ishaaq. KPK menduga gadis belia itu menerima aliran dana dari Lutfi. Ternyata, gadis belia itu telah menjadi istri siri Luthfi.
Wakil Sekretaris Jenderal PKS, Fahri Hamzah, membantah ada sosok perempuan bernama Darin di balik kasus suap yang menjerat mantan atasannya di partai, bahkan ia menuding KPK ingin menghancurkan moral Luthfi Hasan Ishaaq melalui Darin Mumtazah.
Tindakan tersebut, ungkap Fahri, demi memenangkan opini publik, sehingga setelah moral Luthfi hancur di mata masyarakat, baru kemudian KPK melakukan proses hukum. Itu bagian dari festival KPK. Dia menangkan dulu opini publik, disinggung, moral hancur, lalu masuk ke hukum. Karena mau menghukum orang dihancurin dulu moralnya,” sergah Fahri.
Dalam beberapa kesempatan, Juru Bicara KPK Johan Budi SP, membantah keras bahwa kasus ini terkait dengan PKS, apalagi hendak merusak reputasi partai itu. Penyelidikan atas kasus ini adalah murni penegakan hukum.
Dalam kasus ini, KPK telah menyita sejumlah aset milik Luthfi. Yang terbaru adalah menyita mobil Toyota Alphard dengan nomor polisi B 147 MSI warna hitam, yang disita KPK dari kantor DPP PKS, di Jalan TB Simatupang, Jakarta Selatan. Mobil tersebut menambah daftar mobil-mobil yang sudah disita sebelumnya, yaitu FJ Cruiser, Nissan Navara, Mitsubishi Grandis, VW Caravelle, Pajero Sport, Toyota Fortuner, dan Mazda CX 9.
Dalam persidangan, Luthfi telah mengakui bahwa Darin Mumtazah adalah istri ketiganya. Darin dan Luthfi menikah pada akhir tahun 2012. Saat itu Darin masih duduk di bangku SMA.
Pustun dan Jawa Sarkiyah
Sejak namanya mencuat dan masuk deretan daftar saksi untuk tersangka Luthfi Hasan Ishaaq, keberadaan siswi sebuah SMK di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur ini, bak hilang ditelan bumi. Ia juga pernah dua kali mangkir dari panggilan KPK. Rumah kontrakan yang sempat ditinggalinya di kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, kosong sejak sebulan silam.
Darin dikait-kaitkan dengan istilah Pustun dan Jawa Sarkiyah yang muncul dalam rekaman obrolan tersangka Luthfi Hasan Ishaaq dan koleganya Ahmad Fathanah, yang diungkap di persidangan kasus suap impor daging sapi di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jumat (17/5) silam.
“Istri-istri antum (Luthfi) sudah menunggu semua,” ucap Fathanah kepada Luthfi sambil terkekeh. Luthfi pun membalas ucapan Fathanah itu dengan tertawa, lalu berkata, “Yang mana saja?” “Ada semuanya,” ucap Fathanah. Setelah itu, Luthfi bertanya lagi, “Yang Pustun, Pustun apa Jawa Sarkiah?” “Pustun,” jawab Fathanah kemudian terdengar tawa.
Belum bisa dipastikan apa maksud kata “Pustun” dan “Jawa Sarkiah” dalam percakapan itu. Namun dugaan yang muncul, Pustun adalah sebutan untuk orang-orang Pakistan, Afganistan, atau yang berasal dari etnis di Timur Tengah. Sedangkan Jawa Sarkiah berarti Jawa Timur. “Sarkiah” dalam bahasa Arab berarti timur.
Luthfi memang beristri lebih dari satu, salah satunya pernah diperiksa pekan silam oleh KPK. Mantan Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu enggan berbicara soal wanita yang dikabarkan keturunan Arab.
Kabar kedekatan Luthfi dan Darin disanggah oleh Umi, ibunda Darin. Ia membantah jika anaknya pernah nikah siri dengan petinggi PKS itu. “Saya tidak tahu soal istri siri dan tidak kenal dengan Pak Luthfi. Kalau berita di media bicara seperti itu, jangan mudah percaya,” sanggahnya.
Sementara terkait aliran dana Rp 10 juta melalui ke rekeningnya dari tersangka Luthfi, juga dibantah oleh pihak sekolah dimana ia menimba ilmu. “Setelah petugas KPK datang ke sekolah, besoknya Darin datang ke sini. Saya tanya, ada masalah apa kamu dengan KPK? Katanya, “Bu, ini masalahnya ada pekerjaan antara bapak dengan Pak Luthfi yang di TV itu. Waktu pembayaran pekerjaan itu, rekening bapak bermasalah. Jadi, bapak pakai rekening saya,” ujar Dewi, Wakil Kepala SMK tempat sekolahnya.
Dewi berpesan agar nama sekolahnya tidak dipublikasikan, hal itu untuk menjaga dampak buruk bagi siswa-siswi dan para guru. “Lalu, saya tanya lagi. Memang Pak Luthfi ngirim uang berapa. Dia jawab, “Cuma Rp 10 juta,” beber Dewi lagi.
Ia mengungkapkan, Darin merupakan siswi kelas XII atau kelas III SMK. Dia mengambil jurusan multimedia. Namun, perempuan kelahiran Bondowoso, 29 Maret 1994 itu tidak datang lagi ke sekolah setelah bertemu dengannya tiga hari usai Ujian Nasional (UN), atau tepatnya 21 April silam. “Terakhir di sekolah saat ujian nasional hari terakhir, 18 April. Darin bertemu dengan saya setelah itu, setelah orang dari KPK datang ke sini,” kata Dewi.
20 April 2013 lalu, berselang dua hari Darin mengikuti Ujian Nasional, sejumlah petugas dengan mengenakan identitas dan membawa surat tugas dari KPK mendatangi sekolah tersebut untuk mencari Darin. Namun, pihak sekolah tak banyak membantu, karena memang tidak mengetahui keberadaan perempuan keturunan Arab tersebut.
“Kami baru tahu setelah ramai ada kasus belakangan. Karena petugas KPK datang pas dua hari setelah ujian, tapi enggak ada keberadaan dia. Besoknya, baru si Darin datang ke sini dan ketemu sama saya,” papar Dewi.
Dalam pertemuan empat mata itu, Darin mengutarakan sejumlah hal terkait dirinya yang dicari-cari pihak KPK. “Lalu, saya panggil si Darin. ada urusan apa sama KPK sampai kamu dipanggil ke kantor KPK. Dia bilang, katanya orang KPK itu datang karena bapak saya.”
“Ke saya, si Darin mengakunya tidak begitu kenal dengan Pak Luthfi Hasan itu. Saya tanya lagi, kenapa sampai nyari-nyari kamu dan kata orang KPK-nya sudah sampaikan surat panggilan ke rumah, tapi enggak datang. Setelah itu, dia baru cerita soal rekeningnya yang dipakai sama bapaknya,” terangnya.
Meski sang ibu dan Darin telah menyanggah melalui Wakil Kepala Sekolahnya, namun berbeda dengan pengakuan Suyitno, petugas security di komplek kediaman Darin, yang pernah memijat Luthfi di rumah Darin. Saat itu ia diminta Umi, untuk memijat Luthfi yang dia sebut sebagai “menantu”. Saat itu, menjelang malam, Ummi mendatangi rumahnya.
“Saya dipanggil Ummi. Diminta untuk memijat. Saya langsung bilang, mau,” ujar Suyitno. Setelah itu, dirinya langsung berangkat menuju rumah Darin. Setiba di sana, Luthfi Hasan sudah siap sedia dipijat. Kepada Suyitno, saat itu Luthfi mengaku sedang sakit pinggang.
Namun ketika hendak dipijat, tidak ada minyak urut. “Saya tanya minyaknya mana? Lalu Ustad bilang, “Mah, ambilin minyak”. Yang kasih minyak Darin. Dia bilang, “Pah, ini minyaknya,” Suyitno berkisah.
Isteri Ketiga
Namun, dalam persidangan, Luthfi telah mengakui bahwa Darin Mumtazah adalah istri ketiganya. Darin dan Luthfi menikah pada akhir tahun 2012. Saat itu Darin masih duduk di bangku SMA.
Kemudian, pada Senin (30/12/2013) Darin Mumtazah pun datang meminta izin untuk menjenguk suaminya itu di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Jakarta. Tak lama kemudian, Darin langsung pergi ke tempat Luthfi ditahan di Rumah Tahanan (Rutan) Pomdam Jaya Guntur, Jakarta.
Darin diduga terkait tindak pidana pencucian uang yang menjerat Luthfi. Mantan anggota DPR itu disebut pernah memberikan mobil Mitsubishi Grandis dan menyewa rumah untuk Darin. Dalam dakwaan, Luthfi juga pernah memboyong Darin bersama keluarganya ke Kuala Lumpur, Malaysia, akhir 2012. Dalam kasus ini, Luthfi telah divonis 16 tahun penjara dan denda Rp 1 miliar subsider kurungan 1 tahun penjara. bh | Berita TokohIndonesia.com