Primus Inter Pares
Siswono Yudo Husodo03 | Trilogi Modernisasi

Dalam upayanya memperkenalkan diri kepada rakyat agar memperoleh kepercayaan dan dukungan seluruh rakyat Indonesia, ia menyusun Platform Perjuangan Calon Presiden RI 2004–2009. Trilogi Modernisasi: Percepatan Kemajuan Peradaban Bangsa 2004. Platform tersebut berisi uraian pokok pemikirannya sebagai hasil pengamatan dan penelahaan atas perjalanan hidup bangsa ini Tema sentralnya adalah Membangun Kemandirian Bangsa dengan Semangat Modernisasi dan Globalisasi.di masa lalu dan masa sekarang serta gagasan-gagasan untuk masa depan.
Tema sentralnya adalah Membangun Kemandirian Bangsa dengan Semangat Modernisasi dan Globalisasi. Pilihan tema ini dilatari berbagai pertimbangan, terutama empat hal, yaitu cita-cita kemerdekaan bangsa kita, kondisi faktual yang kita hadapi, arah dan kecepatan dinamika perkembangan dunia, serta cita-cita ke depan yang ingin kita capai. Menimbang keempat hal tersebut, menurutnya, membangun kemandirian adalah keharusan bagi bangsa indonesia.
Bangsa yang merdeka adalah bangsa yang mandiri. Bangsa yang mampu menyediakan kebutuhannya sendiri, terutama terhadap barang yang dapat mereka produksi sendiri. Di masa lalu, Bung Karno pernah merumuskan cita-cita pembangunan bangsa yang mandiri dalam “Konsep-si Trisakti”, yaitu “berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam budaya.
Kemandirian akan meningkatkan kesejahteraan warga negara dan memperjelas eksistensi bangsa. Membangun Kemandirian Bangsa dengan Semangat Modernisasi dan Globalisasi juga memiliki arti meningkatkan integritas dan kapabilitas bangsa. Pemerintah harus dapat secara tepat menentukan pilihan dan mewujudkan cita-cita pembangunan negara sebagai bangsa modern, yang bertumpu pada kemampuan sendiri, dengan tetap membuka diri pada peranserta dunia internasional.
Visi dan Misi
Platform Percepatan Kemajuan Peradaban Bangsa 2004 merupakan rangkaian langkah yang efektif dalam memantapkan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan kehidupan masyarakatnya yang bersatu, non-diskriminatif, rukun, damai dan tertib berdasarkan hukum. Dimana setiap warga negara dapat hidup dengan aman, tentram, dan merasa dilindungi oleh negara, sehingga mereka dapat berprestasi maksimal guna mencapai kesejahteraan yang tinggi serta didukung oleh pemerintahan yang efektif dan bersih dari KKN.
Dalam rangka mencapai cita-cita luhur bangsa, sebagaimana ditegaskan dalam Pembukaan UUD 1945, menurutnya, perlu dilakukan upaya-upaya nyata untuk memajukan seluruh aspek perikehidupan bangsa melalui kegiatan pembangunan. Pembangunan tersebut dilakukan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dengan memperhatikan keseimbangan aspek materiil dan rohani.
Untuk mewujudkan visi bangsa Indonesia masa depan, ia menetapkan tiga misi pokok pem-bangunan guna mencapai kemandirian bangsa melalui “Trilogi Modernisasi”, yaitu:
Pertama, pertumbuhan ekonomi tinggi yang tidak bertumpu pada APBN tetapi pada kegiatan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan pasar dalam negeri.
Kedua, pemerataan kesejahteraan rakyat dengan mempercepat peningkatan kesejahteraan rakyat yang berpenghasilan rendah melalui pemberian berbagai fasilitas yang merangsang peningkatan kesejahteraannya.
Ketiga, terciptanya ketertiban sosial, politik, ekonomi, dan keamanan melalui penegakkan hukum yang tegas.
Titik berat program pembangunan bangsa melalui Percepatan Kemajuan Peradaban Bangsa 2004 ini, diletakkan pada bidang ekonomi sebagai penggerak utama pembangunan dalam usaha memenuhi kebutuhan jasmani/materiil rakyat.
Sementara dalam usaha memenuhi kebutuhan rohani/immaterial rakyat program pembangunan harus dititik beratkan pada bidang pendidikan dan kebudayaan. Pembangunan kebudayaan diperlukan untuk mempertahankan nilai-nilai luhur dan sebagai pandangan hidup masyarakat, agar dapat menjadi jati diri bangsa dan sebagai perekat persatuan. Hal tersebut dilakukan seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan harus sinergis dengan pembangunan dibidang lainnya agar tercipta keseimbangan perkembangan jasmani dan rohani rakyat Indonesia yang religius. Ch. Robin Simanullang,wawancara (Minggu, 14 Maret 2004).