Sejak semula, kyai kelahiran Tuban, 8 Agustus 1944, ini berpendirian bahwa NU sebagai ormas Islam terbesar dengan jumlah anggota mencapai 45 juta orang lebih, tidak boleh dipertaruhkan untuk kepentingan sesaat. Kebesaran nama baik NU, bagi Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU), dua periode (1999-2004 dan 2004-2009), ini tidak boleh dipertaruhkan demi kepentingan kekuasaan.
Dia seorang pengusaha handal yang telah teruji bersih dari korupsi selama menjabat Menteri Negara Perumahan Rakyat (1988-1993) dan Menteri Transmigrasi dan Permukiman Perambah Hutan (1993-1998). Chairman PT Bangun Tjipta Sarana Group, ini seorang pengusaha multidimensional yang telah menjalani pergulatan hidup dalam berbagai kegiatan dan profesi, sebagai pejabat (menteri), politisi (anggota MPR dan DPR) dan petani.
Dalam berbagai kegiatan —sebagai pengusaha, politisi, menteri dan petani – ia selalu berorientasi demi kepentingan rakyat: Bekerja untuk rakyat! Tak pernah terbayangkan, pengabdiannya selama puluhan tahun itu, kemudian membuahkan harapan sebagian rakyat Indonesia untuk mencalonkannya sebagai calon presiden independen Pemilu Presiden 2004. Dia diharapkan menjadi calon presiden independen dan terbaik dari yang baik-baik, Primus Inter Pares. Walaupun kemudian, dia memilih menjadi Calon Wakil Presiden, bergabung dengan Amien Rais sebagai Calon Presiden.