Primus Inter Pares
Siswono Yudo Husodo05 | Deklarasi Sikap Politiknya

Pilih Berpasangan dengan Amien. Atas dasar pertimbangan untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara yang sangat saya cintai ini, akhirnya saya berketetapan hati untuk maju menjadi Calon Wakil Presiden RI bersama Sdr. Prof DR. Amien Rais, seorang tokoh reformis yang telah dicalonkan oleh Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai Calon Presiden RI periode 2004-2009, membentuk Dwi Tunggal kepemimpinan pemerintahan dan negara.
Demikian Dr. (HC) Ir. H. Siswono Yudo Husodo pada ada Acara Deklarasi Sikap Politiknya Mengenai Pemilu Presiden 2004, di rumah kediamannya Jalan Abdul Majid No.$8, Cipete, Jakarta Selatan, Sabtu malam 8 Mei 2004. Acara itu dihadiri sejumlah pimpinan partai yang mendukung pencalonan Siswono sebagai Capres atau Cawapres. Antara lain, Ketua Umun PNI Marhaenisme Sukmawati Sukarnoputri, Ketua Umum Partai Penegak demokrasi Indonesia Dimmy Haryanto dan Ketua Umum Partai Sarikat Indonesia Rahardjo Tjakraningrat. Juga dihadiri Sekjen DPP PAN Hatta Rajasa.
Selengkapnya, berikut sambutan Dr. (HC) Ir. H. Siswono Yudo Husodo:
Sebagai negara kebangsaan, kita baru saja menyelesaikan kegiatan politik amat penting, Pemilu Legislatif. Hasil Pemilu tersebut, dengan segala kekurangsempurnaannya juga telah ditetapkan oleh KPU. Hasil Pemilu itu telah memberikan pesan yang jelas kepada kita, bahwa rakyat menginginkan perubahan.
Indonesia memang memerlukan perubahan kekuasaan politik, karena kekuasaan politik yang terbentuk melalui Pemilu 1999 telah terbukti tidak mampu memenuhi harapan masyarakat luas.
Kesempatan untuk melakukan perubahan kekuasaan politik secara damai sekali lagi terbuka melalui Pemilu Presiden pada tanggal 5 Juli 2004 yang akan datang. Dengan perubahan kekuasaan politik itu diharapkan akan dapat terbentuk kehidupan politik yang lebih sehat, kehidupan ekonomi yang lebih berpengharapan dan kehidupan sosial yang damai, serta kehidupan budaya yang lebih kreatif dan inovatif.
Pada waktu ini, Indonesia menghadapi masalah yang amat berat, berupa dekadensi moral politik yang ditengarai dengan maraknya money politics dalam berbagai proses politik, merosotnya moral penyelenggara negara berupa korupsi yang merajalelaPada waktu ini, Indonesia menghadapi masalah yang amat berat, berupa dekadensi moral politik yang ditengarai dengan maraknya money politics dalam berbagai proses politik, merosotnya moral penyelenggara negara berupa korupsi yang merajalela, meningkatnya penyelundupan, pencurian kayu/illegal logging, pencurian ikan, membengkaknya utang negara, merosotnya kualitas lingkungan hidup yang telah mengakibatkan bencana, meningkatnya impor pangan yang sebenamya dapat kita penuhi sendiri, meningkatnya ketergantungan kita kepada negara lain, merosotnya toleransi sosial dan merosotnya kemampuan masyarakat untuk dapat menyelesaikan perbedaan-perbedaan dan friksi-friksi sosial yang ada secara santun, munculnya separatisme, serta membengkaknya angka pengangguran. Itulah hal-hal besar yang memerlukan penanganan secara sungguh-sungguh.
Tugas memimpin negara bangsa ke depan menjadi sangat berat. Pemimpin negara ini harus memiliki kecakapan dan kearifan untuk merumuskan langkah-Iangkah yang efektif bagi kemajuan bangsa dan negara. Siapa pun yang akan menjadi Presiden dan Wakil Presiden harus mampu merumuskan langkah-Iangkah yang efektif untuk mengatasi berbagai persoalan besar tadi dan membangun peradaban bangsa yang lebih baik dan lebih maju, yang merupakan dambaan dari seluruh rakyat.
Karenanya dalam pandangan saya, untuk menghadapi tugas amat berat tersebut, duet Presiden dan Wapres selayaknyalah merupakan dwitunggal yang harmonis. Pasangan yang, saling mengisi dan saling memperkuat, mampu menanggalkan kepentingan kelompok masing-masing dan bekerja keras hanya untuk kepentingan negara dan seluruh bangsa.
Saya sebagai anggota masyarakat yang tidak berpartai dan merupakan calon independen, bersyukur bahwa Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa telah memberi peluang kepada saya dalam posisi untuk memilih. Pertama, ada peluang untuk maju menjadi Calon Presiden RI dari gabungan partai-partai politik yang pada Pemilu 2004 ini masing-masing tidak mencapai electoral treshold atau tidak lolos verifikasi faktual KPU.
Saya sampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh jajaran partai-partai, yaitu Partai PDKB, PNI BK 1927, PKPI, PSI, PPDI, dan PNI Marhaenisme atas dukungannya mencalonkan saya sebagai Calon Presiden, dan atas usahannya untuk mengajak partai-partai lain agar memenuhi ketentuan untuk ikut mencalonkan saya. Saya memandang, bahwa jika maju dengan dukungan yang terbatas akan sangat berat untuk mencapai hasil optimal, di tengah suasana kompetisi politik yang demikian ketat.
Kedua, ada pula peluang untuk menjadi Calon Wakil Presiden mendampingi Calon Presiden dari tokoh-tokoh partai politik yang partainya lolos electoral treshold. Saya sampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas pertimbangan tokoh dan kader partai politik yang bersangkutan.
Ketiga, juga ada peluang untuk mengabdi kepada masyarakat, negara dan bangsa yang amat saya cintai ini, dalam kapasitas sebagai pengusaha, pimpinan organisasi tani, dan warga negara biasa.
Pilihan lain yang ada yang merupakan harapan dari banyak pihak yang mendukung saya adalah menunggu keputusan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Tetapi sayang sekali, manuver Gus Dur terlalu tinggi dan canggih, complicated dan terlalu sulit bagi saya untuk mengikutinya. Saya juga khawatir bila pola manuver berpolitik seperti ini berkelanjutan akan membawa suasana politik di Indonesia jauh dari kepastian dan tidak memberi sumbangan pada pendidikan politik yang sehat bagi rakyat.
Sebulan terakhir, saya melakukan kontemplasi, perenungan, dan memohon petunjuk kepada Tuhan Yang Maha Kuasa tentang berbagai aspek; juga menyangkut diri saya pribadi. Saya menimbang betul kepantasan dan kepatutan serta kemampuan saya untuk mengemban tugas amat berat, amat penting sekaligus amat mulia untuk menjadi Presiden atau Wakil Presiden, memimpin negara dan bangsa serta rakyat Indonesia yang demikian besar dan beragam dengan segala permasalahan besarnya atau justru memilih menjadi rakyat biasa. Hidup ini memanglah berisi serangkaian pilihan.
Dari berbagai pilihan-pilihan yang ada tersebut, atas dasar pertimbangan untuk memberikan yang terbaik bagi bangsa dan negara yang sangat saya cintai ini, akhirnya saya berketetapan hati untuk maju menjadi Calon Wakil Presiden RI bersama Sdr. Prof DR. Amien Rais, seorang tokoh reformis yang telah dicalonkan oleh Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai Calon Presiden RI periode 2004-2009, membentuk Dwi Tunggal kepemimpinan pemerintahan dan negara.
Sikap politik saya dalam menetapkan pencalonan ini adalah untuk memberikan peluang yang seluas-luasnya kepada seluruh rakyat Indonesia agar dapat memberikan pilihannya pada putra terbaik bangsa untuk menjadi Presiden dan Wakil Presiden RI melalui Pemilu Presiden/Wapres 2004. Saya mengharapkan agar pada Pemilu Presiden 2004 ini, rakyat memiliki kesempatan untuk memilih calon yang merupakan Primus Inter Pares, calon yang terbaik di antara yang baik-baik.
Berpasangan dengan Sdr. Prof. DR Amien Rais saya pilih berdasarkan beberapa alasan:
Pertama, saya dan Pak Amien Rais memiliki kesamaan platform untuk membangun bangsa dan memantapkan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dengan memberikan otonomi daerah yang luas kepada masing-masing daerah untuk membangun daerahnya dan mensejahterakan rakyatnya sesuai dengan potensi masing- masing. membangun kesetaraan diantara seluruh warga bangsa dan mengusahakan secara maksimal kehidupan yang damai dan membuat setiap warga negara merasa dilindungi oleh negara.
Kedua, saya dan pak Amien Rais juga memiliki kesamaan visi untuk membangun kemandirian bangsa dalam rangka menjadikan bangsa kita berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain yang maju dan sejahtera.
Ketiga, saya dan Pak Amien Rais memiliki latar belakang yang berbeda; yang dapat bekerja sama. Beliau tokoh organisasi keagamaan; mantan Ketua Umum Muhammadiyah, saya ketua Umum HKTI, organisasi tani. Beliau akademisi, mantan dosen, saya berlatar belakang pengusaha. Pak Amien tokoh organisasi Islam, saya berasal dari organisasi berasas kebangsaan. Saya memiliki profesi sebagai pengusaha dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga nasionalis, sedangkan pak Amien Rais adalah seorang guru besar di dunia akademik dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang religius. Perbedaan latar belakang itu dapat saling melengkapi dan memperkuat kelebihan masing-masing. serta mengeliminir kekurangan masing-masing.
Dalam kegiatan politik yang selama ini saya geluti, saya menemui banyak tokoh-tokoh yang dicitrakan sebagai tokoh Islam, Kristen, Katholik, Hindu atau Buddha yang setelah saya mengenalnya secara mendalam, yang bersangkutan ternyata sangat nasionalistis. Demikian pula tokoh-tokoh yang dicitrakan tokoh nasionalis, ternyata sangat agamis dan religius. Amien Rais adalah tokoh Islam yang nasionalistis, dan saya pribadi terus berusaha menjadi seorang nasionalis yang religius. Ini adalah Dwitunggal Religius- Nasionalis dan Nasionalis-Religius.
Hadiri yang saya hormati,
Demikianlah hal-hal yang dapat saya sampaikan pada acara yang diharapkan akan dapat memberi arti yang besar bagi bangsa dan negara kita. Semoga Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa selalu memberikan bimbingannya dan memberkati kita sekalian. Atas perhatian hadirin sekalian, saya sampaikan terima kasih yang tak terhingga.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, 8 Mei 2004