Bekerja Kreatif, Inovatif dan Religius
Budi Hamidjaja
[DIREKTORI] Penyaji makakan siap saji terkenal California Fried Chicken (CFC) memasuki pasar dengan sangat unik. Perusahaan PT Pioneerindo Gourmet Tbk pemilik dan pengelola CFC yang didirikan 13 Desember 1983 adalah milik pribumi seratus persen dan tidak ada keterkaitan bisnis sama sekali dengan pihak atau perusahaan asing manapun.
Namun karena dipilih nama California Fried Chicken dimana California adalah salah satu negara bagian di Amerika Serikat, maka daging ayam siap saji yang ditawarkan CFC langsung dipersepsikan sama dengan produk siap saji lainnya dari Negeri Paman Sam yang sudah lebih dahulu populer. Anggapan awal kebanyakan orang pun sama menyebutkan bahwa CFC adalah perusahaan waralaba dari luar negeri.
Budi Hamidjaja kelahiran tahun 1961 Presiden Direktur PT Pioneerindo Gourmet Tbk mengakui dari sisi brand name nama CFC sangat bagus dan mudah akrab di telinga masyarakat terutama kalangan anak muda yang pada suatu masa pernah sangat tergila-gila terhadap aneka produk dan budaya hasil westernisasi. Padahal, kata Budi, hal itu hanyalah kejelian manajemen memilih nama.
Sejak masih duduk di bangku sekolah sikap untuk selalu tekun dan bekerja keras sudah mulai diasah oleh Budi Hamidjaja agar mengkristal menjadi prinsip hidup. Ketika memulai karier di dunia usaha sikap itu dia buktikan dengan selalu menekuni tugas yang dibebankan kepadanya kendati misalnya tugas itu jauh menyimpang dari pendidikan dan keahlian yang dia miliki. Dia akan selalu mengerjakan segala sesuatu dengan tekun bahkan enjoy.
Budi Hamidjaja menyelesaikan pendidikan di Randwick North High School, Sydney, Australia tahun 1982 lalu melanjut ke The University Of New South Wales untuk menyelesaikan pendidikan setingkat Bachelor of Electrical Engineering. Selama tujuh tahun bermukim di Sydney dia pernah berkesempatan bekerja setahun di Rothmans of Pall Mall Australia PTY LTD. Oleh perusahaan sama dia dikirim ke Indonesia menjadi National Sales Training Manager untuk pertamakalinya, kemudian sebagai Sales Operation Manager, dan terakhir sebagai Field Operation Manager di perusahaan Philip Morris Asia Inc.
Dari perusahaan rokok dia mencoba peruntungan ke perusahaan properti PT Lippoland Develoment dengan memangku jabatan terakhir Senior Marketing Manager Resort – Residential. Dari grup Lippo dia “lompat pagar” ke PT Putra Surya Perkasa sebagai General Manager Marketing. Di era inilah dia mencapai sukses besar antara lain berhasil menjual ribuan unit rumah mulai dari rumah sederhana, menengah, hingga apartemen.
Bersamaan itu namanya mulai dikenal dan menjadi buah bibir baru di bisnis properti Indonesia. Prinsip bekerja kreatif, inovatif, dan religius yang sudah dia asah sejak duduk di bangku sekolah yang kemudian diperkaya dengan sejumlah pengalaman lapangan menghasilkan sebuah sikap baru untuk selalu ingin maju. Akumulasi semua itulah yang telah menghantarkan dia sukses di semua ladang profesi yang pernah ditekuni.
Kendati sudah masuk dalam jajaran elit profesional dia tetap menganggap hidup sebagai proses belajar yang tak akan boleh berhenti sepanjang hidup masih tetap berjalan. Karenanya dia tidak pernah berhenti belajar. Sesibuk apapun mengelola CFC, dia masih menyempatkan diri membaca buku terutama jika buku itu berkaitan dengan marketing dan cerita tentang orang-orang sukses. Minimal satu buah buku pasti terselip di tas atau mobilnya.
Itu pula sebab latar belakang disiplin ilmu teknik elektro tidak mampu membatasi dia untuk menjadi piawai di bidang marketing. Banyak orang menyebutkan dia telah salah jurusan sebab sepanjang karir profesionalnya dia kerap kali bergelut di dunia marketing tanpa pernah sekali pun menyentuh bidang kelistrikan. Dia belakangan malah menangani bisnis makanan siap saji bernama CFC. “Tapi semua itu karena proses belajar,” jelas dia singkat namun tak menutupi rasa bangga yang terselip di senyumnya.
Dia punya kiat memberikan kepercayaan penuh kepada setiap karyawan menjalankan pekerjaan masing-masing. Karenanya pantang bagi Budi untuk bertanya langsung apa yang karyawan perbuat hari demi hari. Namun kepada masing-masing kepala departemen dia akan selalu mengingatkan tentang garis kebijakan yang sudah jelas dia tetapkan.
Salah satu cirinya sebagai pemaham manajemen adalah tidak akan pernah merasa puas melainkan harus selalu haus akan kemajuan. Dia selalu menginginkan ada perubahan yang berarti hari demi hari. Untuk mengimbangi dan memperkaya khasanah perubahan yang diinginkan supaya lebih baik itulah Budi Hamidjaja selalu menambah ilmu dengan banyak membaca buku terutama cerita tentang orang-orang sukses dari berbagai belahan dunia. Penggemar buku Unlimited Power karya Antony Robin yang selalu tampil rapi dan segar ini sering pula mengikuti berbagai seminar di dalam maupun luar negeri.
Untunglah CFC nama yang bagus itu dibarengi dengan kualitas produk makanan siap saji yang bagus pula hingga setara dengan standar produk restoran internasional. Sebab nama bagus itu, kata Budi, akan menjadi percuma kalau rasa yang disajikan tidak bisa memberikan kepuasan kepada pelanggan yang sudah kadung mempersepsi CFC sebagai makanan bagus.
Budi Hamidjaja agaknya merasa beruntung para pendiri dan manajemen PT Pioneerindo Gourmet Tbk pada tahun 1983 telah jeli memilih nama CFC nama yang mudah akrab di telinga masyarakat terutama kalangan anak muda.
Nama bagus itu terbukti efektif untuk dimajukan ke pasar sehingga dalam perjalanan selanjutnya terdapat banyak cerita keberhasilan yang dibukukan CFC. Hingga berumur 18 tahun di tahun 2001 lalu saja, misalnya, CFC telah memiliki 120 gerai yang tersebar di banyak kota Indonesia. Di antaranya tujuh gerai Sapo Oriental dan 46 gerai Cal Donat di mal-mal Jakarta.
CFC membutuhkan tak kurang 30 hingga 40 ton ayam pedaging setiap minggunya. Namun jika memasuki hari raya Lebaran, Natal, dan Tahun Baru kebutuhan itu meningkat menjadi 40 hingga 50 ton perminggu.
Tahun 2001, contohnya, CFC berhasil membukukan pendapatan Rp 154,13 miliar meningkat 12,32% atau Rp 16,91 miliar dibandingkan pendapatan tahun 2000 yang masih Rp 137,22 miliar.
Dari keseluruhan gerai miliknya hanya 10 yang sudah diwaralabakan ke pihak ketiga sisanya 110 gerai ditangani langsung oleh Pioneerindo. Kemampuan menangani sendiri menjadi salah satu kunci keberhasilan CFC. Sebab bisnis restoran, demikian Budi, biasanya cukup rentan terhadap perubahan sehingga konsistensi rasa hidangan di setiap gerai harus dipertahankan dari sisi kualitas dan kontrol makanan secara kontinyu.
Budi Hamidjaja menyebutkan pengusaha yang benar-benar mampu menjiwai usaha restoran dengan baik umumnya akan sukses. Sedangkan restoran yang tidak ditangani sendiri dipastikan tidak bisa bertahan lama oleh karena manajemen ataupun kualitas yang rendah.
Paradigma sukses tidaknya sebuah restoran menurutnya adalah seberapa lama resotaran itu dapat bertahan serta apakah jumlah pelanggannya terus bertumbuh. Jadi, bukan sekedar dikunjungi banyak pelanggan yang kadang temporer saja sifatnya.
Budi belakangan ini giat mempersiapkan manajemen CFC memasuki era modernisasi dan globalisasi. Setiap perkembangan dan kemajuan teknologi modern selalu diikuti. Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) juga terus diperbaiki, seperti menyiapkan berbagai modul pusat pelatihan terpadu untuk meningkatkan profesionalisme dan asah kemampuan manajerial karyawan.
Sistem remunerasi dia terapkan untuk memacu peningkatan produktivitas dan kesejahterahan karyawan, seperti pemberian bonus untuk setiap prestasi kerja bagus karyawan. Bagi Budi SDM adalah aset paling berharga bagi perusahaan. Karena itu untuk lebih mempererat hubungan antar sesama karyawan Budi membuat program khusus berwisata bersama atau menggelar pertandingan olahraga sesama karyawan cabang. Sedangkan di level manajer dibuat terobosan baru seperti mengajak tamasya ke luar negeri.
Budi beranggapan semua yang dia lakukan itu dimaksudkan agar karyawan bekerja lebih optimal yang hasilnya tentu untuk perusahaan pula.
Budi merasa perlu intens mengikuti perkembangan teknologi terbaru sebab kemajuan perusahaan restoran harus ditunjang peningkatan teknologi terutama teknologi yang berkembang di industri pangan seperti pengelolaan produk, kualitas layanan, serta administrasi dan pengawasan. Budi tidak segan-segan merekrut beberapa ahli untuk semakin memperkuat tim perkembangan teknologi demikian pula untuk pembaruan mesin pengolahan dan sistem komputerisasi.
Dia menyebutkan semua cabang CFC telah memiliki jaringan kerja terpadu (networking online) sehingga CFC dikatakannya sudah mantap memasuki persaingan di era perdagangan bebas ASEAN (AFTA). e-ti | ht