Berdakwah di Dunia Film

Deddy Mizwar
 
0
309
Deddy Mizwar
Deddy Mizwar | Tokoh.ID

[DIREKTORI] Sutradara, produser, sekaligus aktor kawakan, Deddy Mizwar, dikenal aktif memproduksi film dan sinetron yang sarat pesan moral dan agama. Aktor senior pemenang 4 piala Citra (untuk film) dan 2 piala Vidya (untuk sinetron) ini percaya bahwa film bisa menjadi media efektif untuk mempengaruhi pola pikir banyak orang.

Kecintaan aktor asli Betawi ini pada dunia seni tidak terbantahkan lagi. Buktinya, selepas sekolah, ia sempat berstatus pegawai negeri pada Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Namun ayah dari 2 anak ini hanya betah 2 tahun saja sebagai pegawai karena ia lebih gandrung main teater dengan bergabung di Teater Remaja Jakarta. Selebihnya, jalan hidupnya banyak ia baktikan pada dunia seni, lebih tepatnya seni peran.

Darah seni itu rupanya mengalir deras dari ibunya, Ny. Sun’ah yang pernah memimpin sangar seni Betawi. Akhirnya, ia dan ibunya kerap mengadakan kegiatan seni di kampung sekitarnya. “Pertama kali manggung, saat acara 17 Agustus-an di kampung. Saya bangga sekali waktu itu, karena ditepukin orang sekampung. Saya pun jadi ketagihan berakting,” kenang Deddy.

Beranjak dewasa, sekitar tahun 1973, pria kelahiran Jakarta 5 Maret 1955 ini mulai aktif di Teater Remaja Jakarta. Lewat teater inilah bakat akting Deddy mulai terasah. Deddy pernah terpilih sebagai Aktor Terbaik Festival Teater Remaja di Taman Ismail Marzuki. Tidak sekedar mengandalkan bakat alam, Deddy kemudian kuliah di LPKJ, tapi cuma dua tahun.

Memulai karier di film pada 1976, Deddy bekerja keras dan mencurahkan kemampuan aktingnya di berbagai film yang dibintangi. Pertama kali main film, dalam Cinta Abadi (1976) yang disutradarai Wahyu Sihombing, dosennya di LPKJ, dia langsung mendapat peran utama. Puncaknya, perannya di film Naga Bonar kian mendekatkannya pada popularitas. Kepiawaiannya berakting membuahkan hasil dengan meraih 4 Piala Citra sekaligus dalam FFI 1986 dan 1987 diantaranya: Aktor Terbaik FFI dalam Arie Hanggara (1986), Pemeran Pembantu Terbaik FFI dalam Opera Jakarta (1986), Aktor Terbaik FFI dalam Naga Bonar (1987), dan Pemeran Pembantu Terbaik FFI dalam Kuberikan Segalanya (1987).

Di awal tahun 90-an, karirnya mencapai puncak. Ia pantas berbangga hati jika dirinya dikenal sebagai salah satu aktor dengan bayaran cukup mahal. Hasil yang dicapainya itu berkat kerja keras dan semangat belajar yang tinggi dan tak lelah untuk mengasah diri serta tetap konsisten sekaligus selektif dalam memilih peran yang dimainkannya.

Meski namanya semakin populer, Deddy merasa hampa. Di tengah rasa hampa, pikirannya membawanya kembali pada masa kecilnya di tengah nuansa religius etnis Betawi. Ia terkenang suasana pengajian di surau yang tenang dan sejuk. Jiwanya ingin kembali mencicipi suasana teduh di masa kecil itu.

Pergolakan batinnya akhirnya berakhir setelah ia meyakini bahwa hidup ini semata-mata beribadah kepada Allah. Sejak itu, Deddy belajar agama secara intens. Kini segala hal harus bernilai ibadah bagi Deddy. Termasuk pada bidang yang digelutinya yakni dunia perfilman dan sinetron.

Suami dari Giselawati ini kemudian memutuskan untuk terjun langsung memproduksi sinetron dan film bertemakan religius sebagai wujud ibadahnya kepada Allah. Didirikanlah PT Demi Gisela Citra Sinema tahun 1996. Tekadnya sudah bulat kendati pada perkembangan berikutnya, ia banyak menemui hambatan dan rintangan.

Ketika itu sinetron religius Islam masih menjadi barang langka dan kurang bisa diterima pihak stasiun televisi. Kondisi ini tidak menyurutkan langkahnya. Maka dibuatlah sinetron Hikayat Pengembara yang tayang di bulan Ramadhan. Usahanya berbuah hasil. Rating sinetron ini cukup menggembirakan. Setelah itu, hampir semua stasiun televisi menayangkan sinetron religius bulan Ramadhan. ”Berjuangnya sungguh keras tapi setelah itu semua orang bisa menikmati,” kata Deddy bangga.

Advertisement

Deddy mengakui, produk sinetron yang Islami sulit mendapatkan tempat di stasiun televisi selain di bulan Ramadhan. Hal ini disebabkan stasiun teve terlampau underestimate, di samping memang tidak banyak sineas yang mau membuat tayangan sinetron religius di luar bulan Ramadhan.

Dalam pandangan Deddy Mizwar, film merupakan salah satu media dakwah yang cukup efektif untuk menyampaikan pesan-pesan Islam kepada masyarakat luas termasuk kalangan non-Muslim. “Saya contohkan sinetron ‘Lorong Waktu’ yang ternyata diminati pula oleh warga non-Muslim. Bahkan, ‘Lorong Waktu’ diputar ulang di luar bulan Ramadan hingga saya berkesimpulan sinetron atau film dakwah tak harus identik dengan bulan Ramadan,” katanya. Dengan kata lain, masyarakat rupanya mau menerima dan menyambut hangat tayangan religius di luar bulan Ramadhan.

Karya yang coba diciptakan ayah dua anak ini tak melulu yang berbau agama. Deddy juga mengangkat tema sosial dan budaya yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Mengenai tema-tema filmnya tersebut, pria berdarah campuran Belanda, Betawi dan Bugis ini punya alasan tersendiri. “Yang saya lihat karena film itu efektif dan punya penetrasi yang tinggi maka dalam membuat film harus hati-hati karena mempengaruhi pola pikir dan mendorong orang yang menontonnya berbuat baik. Makanya nilai agama, nilai sosial dan budaya betawi tak akan pernah saya lepas sedikitpun,” jelasnya kepada wartawan TokohIndonesia.com, Februari 2012.

Ia pun tak ingin menyalahkan siapapun juga soal produksi film Indonesia yang makin dibanjiri dengan berbagai film berbau klenik atau horor. Menurutnya, Indonesia digolongkan sebagai negara paling bebas di dunia ini termasuk dalam kebebasan dalam membuat film mengenai apa saja, maraknya film-film porno dan korupsi. Uniknya, adanya undang-undang yang mengatur itu semua hanya sebagai aksesories semata.

Keadaan tersebut mendorong produser film Bayi Tabung ini untuk ikut bersuara lewat film yang dibuatnya. Ia sangat berharap bahwa Indonesia bisa berubah ke arah yang lebih baik. “Setiap kelompok merasa dirinya yang paling benar. Sesungguhnya merekalah yang mecah. Buktinya konflik horizontal dimana-mana, saling bunuh kemudian bencana demi bencana dan lain-lain,” jelas Deddy.

Apa yang ingin diwujudkan itu tentu saja membutuhkan peran serta pemerintah. Sayangnya dalam hal ini pemerintah terkesan ‘setengah hati’ dalam memajukan perfilman Indonesia. Deddy memberikan contoh untuk pembinaan film saja hanya disediakan dana sebesar 8 milyar padahal kebutuhannya lebih dari jumlah itu. Belum lagi Undang Undang Perfilman yang dibuat sejak tahun 2009, tak satu pun pasal yang terlaksana. Bahkan pemerintah terkesan tak mampu memberantas pembajakan film dan karya lainnya. “Secara tidak langsung kita ini dididik untuk mencuri. Padahal pemerintah mencanangkan untuk memberantas korupsi dan memerangi pembajakan karya film dan lain-lain tapi apa yang terjadi? Bayangkan pendidikan mencuri sudah disiapkan di masyarakat,” kata Deddy yang selalu mengajarkan kepada anggota keluarganya untuk membeli barang-barang yang original dan bukan bajakan.

Barangkali itulah sebabnya mengapa bintang iklan sebuah produk obat sakit perut ini pernah mencalonkan diri untuk duduk sebagai pejabat publik di tahun 2009. Ia ingin mengemukakan pandangan-pandangan politiknya agar didengar banyak orang. “Banyak sistem yang saya sampaikan di sana dan harus dikoreksi. Itu semua sebagai upaya untuk memperbaiki bangsa ini,” ujar Deddy yang juga mempertanyakan sistem parlemen yang ada dan hanya berujung kepada keuntungan golongan atau kelompok tertentu dan bukan untuk kesejahteraan rakyat.

Hal itu dilihatnya dari lembaga negara yang menjadi ‘mesin duit’ bagi partai mereka. Terlepas dari hal itu, peraih piala Vidia tahun 1997 itu tetap optimis dan akan terus menyuarakan kebenaran. Sebab apa yang dilakukannya itu merupakan tugas dan kewajibannya sebagai warga negara yang baik. “Mau atau tidak, itu urusan Allah,” tegasnya.

Dekat Dengan Allah

Sudah bukan rahasia umum lagi bila bergelut di dunia hiburan bisa membuat seseorang jatuh ke dalam pergaulan buruk. Salah satu cara ampuh yang ditempuh peraih Piala Citra kategori Peran Pembantu Pria dalam film Opera Jakarta ini untuk menghindarinya adalah dengan menjalin relasi dengan Sang Pencipta. Menurut Deddy, kedekatannya tersebut bukan karena usianya sudah senja melainkan sudah sejak dalam kandungan dan pada dasarnya setiap orang selalu mencari Tuhan. Deddy beruntung lahir dan besar dalam keluarga yang taat beribadah. Sejak kecil, ia pun telah dibekali dengan pendidikan agama yang cukup. Oleh karena itu, Deddy yang mengaku jika ada masalah akan curhat kepada Tuhan ini, selalu berusaha agar setiap derap langkahnya termasuk karyanya bisa bermanfaat bagi orang lain.

Sutradara film Nagabonar Jadi 2 ini pun tak pernah patah arang meski usahanya tersebut kurang mendapat sambutan. Ia meniru para kiai yang tak pernah merasa lelah dan tetap semangat. “Saya memang bukan kiai tapi ingin berbuat sesuatu yang lebih baik, mungkin belum tentu untung tapi yang pasti kalau bikin yang baik, Insya Allah jadi pahala,” jelas Deddy.

Meski disibukkan dengan berbagai kegiatan, Deddy selalu menyempatkan diri untuk berkumpul bersama keluarga. Baginya keluarga adalah segalanya walaupun dalam hukum agama Islam, hukumnya sunnah. Deddy juga selalu memberikan wejangan kepada putra putrinya agar selalu menjunjung tinggi nilai kejujuran dimana pun mereka berada. Ajaran tersebut ia peroleh dari teladan orangtuanya terutama dari ibunda tercinta. Deddy sangat percaya bahwa setiap anak harus berbakti kepada orangtuanya. “Sudah sepantasnya sebagai anak yang dilahirkan, diurus dari kecil hingga dewasa harus menghormati dan mencintai orang tua,” ucapnya.

Di usianya yang sudah senja, Deddy mengaku akan terus membuat film. Fidel Castro saja sampai jompo jadi presiden. Rasullah juga nggak dibatasi setelah itu khalifah juga makanya kenapa saya harus membatasi diri? Selama nafas masih dikandung badan, saya akan terus berkarya,” terang Deddy.

Ia percaya bahwa film merupakan salah satu media efektif untuk mempengaruhi pola pikir banyak orang. Untuk bisa merealisasikan itu dibutuhkan sistem perfilman nasional yang baik sehingga makin mendorong lembaga-lembaga perfilman untuk membuat sebuah karya film yang bermutu. “Harus terus bekarya dan diperjuangkan lewat upaya. Mungkin upaya itu tidak menentukan hasilnya seperti apa. Tapi kalau tidak ada upaya, tidak mungkin juga diberikan. Itu semua harus berjuang sesuai dengan ketentuan Allah dan harus diimani,” katanya di akhir wawancara. mlp, bety, san

Data Singkat
Deddy Mizwar, Aktor, Sutradara dan Wagub Jabar / Berdakwah di Dunia Film | Direktori | Moral, sutradara, film, aktor, sinetron, dakwah, Agama

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini