Bersinar Sebagai Pelatih Sepakbola
Rahmad Darmawan
[DIREKTORI] Pensiun sebagai pemain sepakbola, Rahmad Darmawan kemudian dikenal sebagai salah satu pelatih sepakbola paling sukses di Indonesia. Sebagai pelatih, ia berprinsip harus bisa menjadi seorang manajer, guru, teman, dan orang tua bagi para anak asuhnya.
Bagi para penggemar sepakbola Tanah Air, nama Rahmad Darmawan tentu sudah tidak asing lagi. Ia adalah mantan pemain sepakbola nasional era 80-an hingga 90-an yang beralih profesi menjadi pelatih. Rahmad, begitu ia biasa disapa memulai karirnya di lapangan hijau sebagai pemain di Persija. Di klub berjuluk Macan Kemayoran itu, ia merumput selama enam tahun.
Pada tahun 1988, namanya masuk dalam daftar pemain Timnas Senior. Teman-teman seangkatannya waktu itu antara lain Jaya Hartono, Robby Darwis, dan Fachry Husain. Sejak itu, pertandingan demi pertandingan dilakoninya, hingga suatu ketika ia mengalami cedera. Akibat cedera tersebut, ia akhirnya memutuskan untuk pensiun dini bermain sepakbola. Meski demikian, pria kelahiran Metro, Lampung, 26 November 1966 ini tetap konsisten dengan pilihannya di sepakbola. Baginya, sepakbola bukan sekadar hobi tapi juga tujuan hidup.
Setelah tidak menjadi pemain, target yang dibidik suami dari Dinda Eti Yuliawati ini selanjutnya adalah menjadi pelatih. Tahun 1998, Rahmad mencoba peruntungannya dengan menjadi asisten pelatih Persikota, klub dimana ia terakhir menjadi pemain.
Untuk menjadi pelatih yang baik, pria yang juga tercatat sebagai kapten TNI AL ini menyadari bahwa hanya berbekal tekad dan keinginan saja tidaklah cukup. Karena itu, alumnus jurusan Kepelatihan di Fakultas Pendidikan Olah Raga Kesehatan IKIP Jakarta tahun 1990 ini memutuskan untuk menjalani pendidikan kepelatihan di Indonesia, Malaysia (Conditioning Coach of Football tahun 2003), hingga Jerman (Internasional Coaching Coach tahun 2004). Hasilnya, Rahmad berhasil mengantongi International Licence di bawah bimbingan Horst Kriete dan Bernd Fisher. Dengan modal itu ditambah izin dari kesatuannya di TNI AL, ia pun semakin mantap menjalani profesi barunya.
Setelah 3 tahun menjadi asisten, pada tahun 2001, ia mulai diberi kepercayaan untuk menjadi pelatih Persikota. Setahun berikutnya, sarjana lulusan IKIP Jakarta ini ditunjuk sebagai asisten dari Ivan Kolev, pelatih Timnas Indonesia pada Piala Tiger.
Nama ayah dua anak ini sebagai pelatih mulai mencuat ketika menukangi Persipura Jayapura. Dengan tangan dinginnya, Persipura yang kala itu mulai pudar namanya berhasil bangkit dan keluar sebagai juara Liga Indonesia tahun 2005. Karena prestasinya itu, ia pun dilamar menjadi pelatih di Persija. Kesempatan itu tidak disia-siakan Rahmad, ia langsung menyanggupi, meski di kemudian hari ia menyesali keputusannya itu. Karena, di klub kesayangan para Jak Mania itu, ia tidak bisa memilih pemain-pemain yang akan memperkuat timnya, padahal memilih pemain merupakan tugas dan kewajiban seorang pelatih kepala. Akibatnya Rahmad pun hanya mampu bertahan selama satu musim di klub tersebut dan tak satu gelar pun berhasil dipersembahkannya.
Rahmad Darmawan juga sukses membawa Sriwijaya FC menjuarai Copa Indonesia tiga kali berturut-turut.
Karirnya sebagai pelatih kembali menemukan sinarnya setelah menangani klub Sriwijaya FC pada tahun 2007. Di klub yang berbasis di kota Palembang, Sumatera Selatan itu, Rahmad dibebaskan mengatur segi teknis tim tanpa ada intervensi siapa pun. Hasilnya, Rahmad meraih double winner di tahun pertamanya di Palembang. Padahal, dia hanya ditargetkan membawa Sriwijaya FC ke zona Liga Super. Yang lebih membanggakan lagi, ia juga sukses membawa Sriwijaya FC menjuarai Copa Indonesia tiga kali berturut-turut. Setelah tiga musim melatih Sriwijaya, posisi Rahmad sebagai pelatih digantikan oleh Ivan Kolev dengan alasan penyegaran tim. Terhitung sejak tahun 2010, Rahmad kemudian kembali melatih di Persija.
Rahmad juga pernah menjabat sebagai pelatih tim nasional Indonesia U-23, sebelum ia mengundurkan diri pada 13 Desember 2011. Pada 19 Januari 2012, Rahmad resmi menjadi pelatih klub Pelita Jaya dan di tahun awal musim 2012-2013, ia melatih klub asal Malang Arema Indonesia. Pada tahun 2013, ia resmi menjadi Pelatih Kepala Timnas U-23.
Selain pandai berstrategi, Rahmad juga dikenal sebagai pelatih yang sangat memperhatikan para pemainnya. Termasuk di saat mereka tengah terbelit masalah. Seperti saat anak asuhnya di Sriwijaya FC terlibat perkelahian dengan suporter, dengan tegas ia mengatakan akan mendampingi anak asuhnya itu sampai masalahnya selesai. Sebaris kalimat itu bukan hanya menunjukkan tanggung jawabnya sebagai seorang pelatih yang mengayomi para pemain tapi juga supaya mereka tidak tenggelam dalam masalah. Baginya, mereka hanyalah manusia biasa yang bisa berbuat kesalahan.
Mengenai timnas yang miskin prestasi, Rahmad berpendapat hal itu terjadi karena berbagai faktor mulai dari kurangnya pembinaan yang dimulai dari usia dini, latihan yang tidak terprogram, asupan gizi yang tak cukup, dan kurangnya pengalaman bertanding. Sedangkan permasalahan sepakbola secara umum salah satunya adalah minimnya tenaga pelatih berkualitas.
Tentang pelatih Timnas, Rahmad menyayangkan pemilihan pelatih asing untuk melatih timnas. Karena menurutnya, hal itu bukan suatu jaminan Timnas Indonesia akan berhasil di kancah internasional. “Kita pernah memakai pelatih asing yang berhasil membawa Timnas Meksiko ke kejuaraan dunia, tapi ketika memegang Timnas Indonesia dia tetap saja gagal. Artinya, memakai pelatih asing yang berkualitas pun bukan suatu jaminan bahwa timnas kita akan berhasil,” katanya.
Maka dari itu, Rahmad berharap agar para pelatih lokal juga diberi kesempatan yang sama. “Saya setuju PSSI yang memakai pelatih asing berkualitas, tapi PSSI juga harus memikirkan bagaimana mengkaderisasi pelatih lokal kita. Setidaknya, mereka diberdayakan dengan memberikan pelatihan-pelatihan tingkat internasional atau dijadikan asisten pelatih timnas,” ucap Pelatih Terbaik musim kompetisi 2007-2008 versi Copa Dji Sam Soe ini. Dia sendiri mengaku sudah tiga kali masuk nominasi pelatih Timnas tapi belum mendapat kesempatan itu.
Sementara mengenai pendanaan klub yang mengandalkan dana APBD, Rahmad mengatakan, memajukan sepakbola memang butuh dana yang tidak sedikit. Soal dana itu dari APBD, itulah menurutnya kemampuan klub nasional saat ini. Ke depan menurutnya, adalah tugas bersama untuk terus berusaha lepas dari ketergantungan terhadap dana APBD, tapi tentunya itu harus dilakukan secara bertahap. Salah satu menurutnya untuk menarik minat sponsor adalah melalui penyelenggaraan kompetisi yang baik dan bersih serta klub mampu menghadirkan permainan yang menarik untuk disaksikan penonton dengan selalu menjaga nilai-nilai sportivitas.
Terakhir, mengenai berapa lama waktu yang dibutuhkan Indonesia untuk membangun Timnas yang tangguh sehingga mampu masuk Piala Dunia, menurut Rahmad, dengan kondisi sekarang ini, Indonesia masih membutuhkan proses yang lama dan panjang. Ia memprediksi 10 tahun adalah waktu yang realistis, itu pun kalau pihak terkait benar-benar fokus dalam penyiapan tim, mulai dari menyeleksi pemain usia dini, lalu membentuk mereka dengan karakter yang dibutuhkan pemain sepakbola, menyiapkan gizi dan latihan yang modern oleh pelatih berwawasan sepakbola modern, serta mengikutkan tim tersebut dalam banyak turnamen atau pertandingan dengan tim yang berkualitas. Bio TokohIndonesia.com | muli, jk, red