Apa Pentingnya Narasi Strategi Budaya?
Pendahuluan Buku Hita Batak, A Cultural Strategy (9)

Pendahuluan Buku Hita Batak, A Cultural Strategy (9)
Lalu, mengapa hubungan antara cerita, narasi dan budaya penting? Karena, cerita dan/atau narasi inti dapat membantu memberi makna yang lebih dalam, berpindah dari seribu cerita yang terisolasi menjadi seribu satu cerita yang terhubung; yang dengan (terutama) secara bersama-sama (kolaborasi sosial) dapat mengubah persepsi, perilaku, dan sistem. Dan, melalui praktik budaya, kita harus membawa narasi ini ke dalam kehidupan nyata masyarakat. Narasi adalah bagian dari strategi budaya, dan oleh karena itu transformasi yang luas berlangsung sedemikian rupa sehingga pandangan dunia dan norma-norma sosial tersesuaikan, itulah tujuan dari strategi kebudayaan. Dengan kata lain, strategi budaya paling berhasil ketika konvergensi berbagai pergeseran naratif menggerakkan kita menuju transformasi sosial. Dengan cara ini, strategi kebudayaan meminta lebih banyak dari kita – yaitu berpikir dan bertindak secara strategis untuk mencapai atau memperkuat beberapa perubahan naratif dengan cara yang menghasilkan dunia yang semakin inklusif dan adil.[1]
Narrative Initiative, 15 May 2019: dalam Narrative Change: A Working Definition (and Some Related Terms) – Perubahan Naratif: Definisi Kerja (dan Beberapa Istilah Terkait), disebut narasi mencerminkan interpretasi bersama tentang bagaimana dunia bekerja. Siapa yang memegang kekuasaan dan bagaimana mereka menggunakannya tertanam dan didukung oleh narasi yang dominan. Perubahan naratif diperlukan untuk menggeser kekuatan serta narasi dominan. Perubahan naratif, tulis Brett Davidson, “bertumpu pada premis bahwa realitas secara sosial dibangun melalui narasi, dan bahwa untuk membawa perubahan di dunia kita perlu memperhatikan cara terjadinya hal ini.” Skala ambisius melekat dalam strategi perubahan naratif.[2]
Termasuk dalam hal pemulihan traumatis yang memengaruhi moral dan karakter. Seperti halnya, dampak perang Vietnam yang amat traumatis bagi militer dan rakyat Amerika yang meruntuhkan kedigdayaan, moral dan karakter mereka; Adalah ‘semua dunia’ tahu bahwa Amerika mengalami kekalahan dalam Perang Vietnam. Tetapi dengan cerita, novel, film dan narasi lainnya, dengan kekuatan perubahan naratif secara kolaboratif, sistematis dan masif, mereka mengubah menjadi kekuatan moral dan karakter Amerika yang ‘Rambo’, keberanian, kesetiaan kepada negara, humanis, kemanusiaan dan berbagai keagungan karakter lainnya.
Narasi masif! Bukan hanya dinarasikan secara transformatif dan kolaboratif dalam cerita dan film, juga diajarkan dalam sastra, bukan hanya dalam sejarah atau panggung hiburan. Sebagaimana dipaparkan Larry R. Johannessen (1993) dalam Transforming Hearts and Minds with the Literature of the Vietnam War (Mengubah Hati dan Pikiran dengan Sastra Perang Vietnam).[3] Makalah ini menyimpulkan bahwa mengajar sastra Perang Vietnam dapat mendorong respons siswa, menunjukkan kepada siswa nilai sastra, dan membantu mereka membuat hubungan dengan sastra yang akan memperkaya kehidupan mereka.[4]
Larry R. Johannessen menunjukkan beberapa strategi pengajaran beberapa narasi (literatur) dan membuktikan pendapatnya bahwa literatur Perang Vietnam dapat berdampak besar pada siswa, yang dia simpulkan dari tanggapan siswa terhadap literatur Perang Vietnam, serta mengeksplorasi apa yang bisa terjadi ketika siswa terlibat dengan suatu topik dan didorong untuk menyelidikinya.[5]
Salah satu tangggapan siswa, yang mengaku mendapatkan pelajaran penting tentang arti sebenarnya dari keberanian, terutama dalam hal bagaimana hal itu biasanya digambarkan dalam film perang; juga perang tidak membuat Anda murni dan bebas, polos dan segar. Anda tidak dapat pulang “tanpa alas kaki” karena sebagian dari diri Anda, baik atau buruk, telah berubah selamanya; Perang menantang setiap orang secara individu dan ketakutan mendominasi dan untuk sesaat seorang prajurit mungkin tidak lebih dari seorang manusia karena dia sangat takut; “Saya belajar sesuatu yang tidak saya pelajari di kelas sejarah. Saya belajar seperti apa Perang Vietnam dari mata para prajurit di sana — bukan seperti yang dialami para politisi di Washington.”[6]
Itulah pentingnya narasi, perubahan naratif, yang dilakukan secara kolaboratif masif dan transformatif; Yang sangat minim, atau nyaris belum, dilakukan Hita Batak. Seperti, membuat film perjuangan Si Singamangaraja XII dengan perubahan naratif dalam perspektif strategi kebudayaan. Juga karya-karya seni, tulis, sastra, novel tentang tokoh-tokoh legendaris dan dongeng Batak, dengan perubahan narasi strategis dan futuristik. Seperti Amerika Serikat yang mengalami kekalahan dalam perang Vietnam tetapi secara kolaborasi sosial masif menarasikannya sebagai heroisme dan kemenangan kemanusiaan.
Sebelumnya 08 || Bersambung 10
Penulis Ch. Robin Simanullang, Cuplikan Pendahuluan Buku Hita Batak, A Cultural Strategy
Footnotes:
[1] Chang, Jeff; Manne, Liz; Potts, Erin, 2018: Ibid.
[2] Narrative Initiative, 15 May 2019: Narrative Change: A Working Definition (and Some Related Terms); https://narrativeinitiative.org/blog/narrative-change-a-working-definition-and-related-terms/
[3] Makalah dipresentasikan pada Konferensi “Amerika Serikat dan Vietnam: Dari Perang ke Damai” (Notre Dame, dalam, 4 Desember 1993).
[4] Johannessen, Larry R., 1993: Transforming Hearts and Minds with the Literature of the Vietnam War; Chicago: Saint Xavier University, Abstract.
[5] Johannessen, Larry R., 1993: p.3-4.
[6] Johannessen, Larry R., 1993: p.5.