Kapten Kebangkitan Bakrie & Brothers

Bobby Gafur Umar
 
0
309
Bobby Gafur Umar
Bobby Gafur Umar | Tokoh.ID

[DIREKTORI] Dalam usia yang masih muda, Bobby Gafur Umar, 35 tahun, mendapat kepercayaan sebagai Presiden Direktur PT Bakrie & Brothers Tbk sejak Agustus 2002. Bobby optimis dapat mengembalikan kejayaan kelompok usaha yang dibangun oleh Alm H. Achmad Bakrie, ayah Aburizal Bakrie, konglomerat terkenal. Bahkan, ia yakin dapat melampaui kejayaannya zaman dulu.

Kepercayaan besar yang diberikan kepadanya merupakan ganjaran atas usaha Bobby melepaskan Bakrie & Brothers dari belitan utang yang cukup besar. Utang senilai US$ 1,086 miliar pada November 2001 itu berhasil direstrukturisasi melalui penukaran utang menjadi aset pihak kreditur (debt to equity swap).

Walaupun akibatnya keluarga Bakrie yang sebelumnya merupakan pemegang saham mayoritas kini hanya memiliki saham 2,5 persen. Namun yang terpenting, Bakrie & Brothers tidak lagi memiliki utang dan menyisakan utang pada anak perusahaan yang bisa mereka bayar. Itulah sebabnya Bobby optimistis bahwa Bakrie & Brothers akan kembali besar, bahkan melampaui kejayaannya zaman dulu.

Menjadi presiden direktur pada PT Bakrie & Brothers Tbk, menurut Bobby Gafur Umar bukan karena kedekatan dengan keluarga Bakrie. Kariernya di Bakrie & Brothers digapai melalui sebuah proses yang cukup panjang dan lama. Ancaman krisis yang terjadi di perusahaan ini, menjadikan dia semakin berupaya keras untuk membuktikan unit-unit yang dipimpinnya bisa berhasil. “Saya seorang profesional. Saya diangkat dan dievaluasi oleh pemegang saham,” katanya.

Meski tergolong muda, Bobby sudah menunjukkan prestasi dalam perjalanan kariernya sejak 1995 di Bakrie & Brothers. Boleh dibilang kariernya dihabiskan di grup usaha ini. Di luar itu, dia hanya pernah bekerja sebagai asisten manajer pada perusahaan konsultan kurang dari satu tahun sebelum mengambil program MBA di University of Arkansas, Amerika Serikat.

Setelah menyelesaikan pendidikan masternya dan kembali ke Indonesia, Aburizal Bakrie menawarinya bekerja di perusahaannya. Perkenalannya dengan Ical, panggilan Aburizal Bakrie terjadi ketika sama-sama menjadi pengurus Persatuan Insinyiur Indonesia (PII).
Kesempatan ini tidak dilewatkannya dengan pertimbangan Bakrie sebagai kelompok usaha yang punya prospek cukup baik dari segi aset dan sumber daya manusia. Bakrie dianggap sebagai tempat yang bagus untuk belajar.

Pria berkulit putih ini pertama masuk sebagai Assistant Chairman Bakrie Group Of Companies. “Di situlah saya dekat Pak Ical, seseorang yang langsung mengetahui visi dan misi kelompok usaha Bakrie. Saya belajar bagaimana Pak Ical memandang bisnis, karakter bisnis semuanya langsung dari dia,” tutur jebolan Fakultas Teknik Universitas Trisakti pada 1992 ini.

Dari sana, dia kemudian dipindahkan ke sektor perkebunan sebagai Restructuring & Acquisition Project Manager PT Bakrie Sumatera Plantation hingga menduduki jabatan direktur. Pada saat yang bersamaan dia juga menjadi Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) hingga sekarang.

Ketika di sektor perkebunan ini, dia membangun konsep otonomi. Masing-masing perkebunan harus memiliki pimpinan untuk mengambil keputusan yang sebelumnya harus dari pusat. Dengan begitu pengambilan keputusan tidak lama dan perusahaan bisa berkembang cepat. Konsep ini kemudian diterapkan di unit-unit usaha Bakrie.

Sewaktu memimpin unit usaha perkebunan, Bobby memutuskan tinggal di Jambi. “Saya beranggapan kalau benar-benar mau belajar harus tinggal di operasionalnya langsung,” ujarnya.

Advertisement

Bobby menilai Bakrie & Brothers adalah perusahaan dengan budaya kerja yang baik dan visi yang jelas. Melihat prosek yang bagus ini, ayah tiga anak ini menekankan tidak berniat pindah dari Bakrie & Brothers. Padahal ketika perusahaan gonjang-ganjing, Bobby dengan mudah bisa hengkang ke perusahaan besar lainnya yang masih mapan.

“Banyak orang yang bertanya kepada saya apakah akan terus bertahan di Bakrie. Saya katakan direksi adalah orang yang ditunjuk oleh pemegang saham. Ada laporan pertanggungjawaban. Sepanjang saya bekerja baik saya akan tetap di sini. Saya belum pernah berpikir untuk keluar,” katanya terus terang.

Dia mengakui ketika di perkebunan ada beberapa perusahaan besar yang menawarkan pekerjaan dengan jabatan yang bagus. Tapi dia katakan kepada mereka, “Saya belum ada rencana”.

Masa 1997 – 2001 menurut Bobby merupakan perjalanan pahit bagi perusahaan itu. Saat krisis mulai melanda, manajemen memutuskan untuk menyelesaikan permasalahan yang timbul. Bobby yang saat itu masuk sebagai anggota tim restrukturisasi, mengatakan permasalahan ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut meski belum mengetahui skema penyelesaiannya. “Tapi kami yakin akan menjalaninya,” tutur Bobby yang berkarier di Bakrie & Brothers mulai 1995.

Sejak itu, manajemen harus bekerja keras untuk meyakinkan para kreditor, perbankan maupun lembaga keuangan dengan perencanaan penyelesaian restrukturisasi yang bisa diterima.

Tetapi kendala yang dihadapi tidak hanya dari faktor eksternal, juga internal perusahaan. Banyak di antara manajer puncak yang tidak yakin apabila Bakrie & Brothers akan bisa memulihkan bisnis. Mereka yakin Bakrie & Brothers tidak bisa menyelesaikan utang dan tidak mampu bertahan lama sehingga memilih hengkang dari perusahaan.

Bobby mengatakan perjalanan bisnis Bakrie & Brothers mengalami tiga tahap. Pertama, prakrisis di mana Bakrie menikmati masa-masa jayanya. Pada saat itu, tuturnya, bisnis di Indonesia sangat mudah, uang dengan mudah diperoleh sehingga ekspansi bisnis tidak menjadi masalah. Tahap kedua merupakan ujian bagi Bakrie dengan datangnya krisis.

Pada saat ini katanya, tidak ada pengembangan sama sekali. Semua unit usaha dikonsolidasikan hingga mencapai tahap ketiga yakni tahap restrukturisasi bisa diselesaikan. “Sekarang kami sudah melewati masa-masa sulit, karena itu saya percaya Bakrie & Brothers akan bisa kembali berkompetisi. Kami adalah salah satu perusahaan dari kelompok usaha terbesar di Indonesia yang menyelesaikan restrukturisasi utangnya dengan sangat baik,” kata Bobby dengan raut wajah serius.

Boleh dibilang tahun 2001 menjadi awal bagi Bakrie & Brothers untuk meraih sukses. Pada tahun itulah restrukturisasi utang bisa diselesaikan dan berhasil membukukan laba usaha Rp 61,4 miliar, lebih tinggi 70 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya Rp 36,2 miliar. Pencapaian laba ini mengejutkan setelah menghadapi serangan krisis yang sangat berat.

Laba terbesar diperoleh dari sektor infrastruktur Rp 40,8 miliar dan Rp22, 8 miliar dari sektor telekomunikasi. Dari sektor yang terakhir ini, laba yang diperoleh naik 117 persen dari Rp 10,5 miliar dari tahun 2001.

Bobby, mengemukakan tim manajemen merencanakan restrukturisasi usaha melalui konsolidasi sejumlah unit usaha dengan melihat potensi yang ada pada Bakrie & Brothers. Pertama, sektor pendukung infrastruktur yang mencakup pembuatan pipa, komponen bangunan dan jasa engineering. Kedua, sektor telekomunikasi.

Untuk sektor pertama, yakni mendorong unit usaha untuk mengoptimalkan kapasitas terpasang. Di bidang ini, beberapa unit usaha ternyata sudah kapasitas penuh sehingga perlu pengembangan. Contohnya, salah satu unit usaha Bakrie & Brothers yakni Bakrie Building Industries (BBI) sudah mencapai over capacity atau over optimum akibat tingginya permintaan bahan bangunan. BBI merencanakan menambah dua line mesin dengan investasi Rp 50 miliar – Rp 60 miliar untuk menambah kapasitas terpasang.

Namun untuk sementara, karena kesulitan modal rencana ini belum bisa diwujudkan. Penambahan mesin itu mendesak dilakukan karena pertumbuhan di sektor bangunan semakin meningkat. Di tengah pertumbuhan ekonomi 3,5 persen pada 2001 ternyata pertumbuhan di sektor bangunan bisa mencapai 6 persen. Ini, menurut Bobby menunjukkan tanda-tanda berjalannya kembali pembangunan sudah mulai.

Selain itu, Bobby mengutarakan manajemen juga sedang mengevaluasi sejumlah bisnis Bakrie apakah masih sejalan dengan bisnis inti. Hal itu berkaitan dengan peluang yang ada dari luar.

“Kami akan pilih beberapa bisnis saja yang benar-benar berkembang dan punya peluang lebih besar ke depan. Yang lain kita lihat apakah akan didivestasi lewat aliansi strategis untuk memperkuat posisi atau dijual untuk dibuat holding baru di luar Bakrie & Brothers,” papar Bobby.

Khusus untuk pipa, yang menjadi salah satu bisnis inti Bakrie, manajemen merencanakan untuk menjadikannya sebagai satu perusahaan. Saat ini unit usaha pipa baja Bakrie & Brothers mempunyai tiga unit usaha yakni Bakrie Pipe Industries, South East Asia Pipe Industries (SEAPI) dan Seamless Pipe Indonesia Jaya (SPIJ). Dari ketiga perusahaan ini, SEAPI pada 2001 masih mencatat kerugian Rp 14,6 miliar.

Pasar pipa baja di Indonesia menurut Bobby sudah jenuh. Perkembangan kapasitas terpasang sudah hampir 1,3 juta ton padahal pasar dalam negeri hanya menyerap 300.000 ton. Dengan pertimbangan kondisi pasar demikian diprediksikan akan lebih menguntungkan bekerja sama dengan investor strategis. Langkah yang dilakukan saat ini adalah beraliansi dengan beberapa perusahaan pipa besar, salah satu di antaranya Tenaris Group dari Argentina di bidang pemasaran.

“Kita berpikir bagaimana kalau perusahaan ini dijadikan satu unit khusus pipa, mungkin nilai dan kompetensinya lebih bagus. Bisa joint dengan perusahaan lain sebagai salah satu pemegang saham sehingga pipa bisa diekspor dengan jumlah lebih besar. Tapi ini masih dalam tahap wacana,” katanya.

Bisnis telekomunikasi, agaknya juga menjadi andalan Bakrie & Brothers sebagai salah satu sektor usahanya. Di sektor ini ada lima perusahaan, yakni Bakrie Communications (BC), Ratelindo, Link Telecommunications (LINK), Bakrie Uzbekistan Telecom (Buztel) dan Multi Kontrol Nusantara (MKN).

Pada 2001 meski sektor telekomunikasi total menghasilkan laba sekitar Rp 22,8 miliar namun laba usaha masing-masing perusahaan mencatat kerugian atau mengalami penurunan. Ratelindo, misalnya merugi Rp 67,7 miliar, LINK turun menjadi Rp 11,7 miliar, sedangkan MKN merugi Rp 5,4 miliar. Akan tetapi kerugian ini masih lebih kecil dibandingkan tahun 2000.

Gambaran ini jugalah yang meyakinkan dirinya bahwa telekomunikasi mempunyai peluang besar. Bakrie & Brothers, ujarnya sudah mempunyai pengalaman yang lama di sektor ini dan memiliki kompetensi yang sudah teruji.

Tanggung Jawab
Bobby mengakui saat ini dirinya sangat beruntung di tengah dewan direksi yang solid dan pada umumnya masih berusia muda. Di antara struktur direksi yang tergolong ramping ini Bobby merupakan yang termuda. Belum lagi, direksi didukung oleh dewan komisaris yang sangat berpengalaman di Bakrie & Brothers. Agaknya inilah yang memberi nuansa baru bagi Bakrie & Brothers untuk mulai meraih kesuksesan.

Ditegaskannya untuk meraih itu harus ada perencanaan jangka panjang ke depan. Harus ada pembaruan di bidang manajemen maupun perencanaan perusahaan. Sebagai presiden direktur, tanggung jawab mengendalikan operasional perusahaan dinilainya cukup berat. Sekitar 10.000 karyawan termasuk dari perkebunan masa depannya di bawah Bakrie & Brothers. Untuk itu, Bakrie & Brothers, katanya harus tetap berjalan.

“Saya sadari situasi sudah sangat berbeda dan semakin sulit. Kita harus membaca situasi ini, bagaimana harus memanfaatkan kompetensi untuk bersaing di pasar global,” ujarnya.

Bobby menekankan Bakrie & Brothers akan mampu berkompetisi didukung pengalaman bisnis yang sudah puluhan tahun, sumber daya manusia yang kompeten dan jaringan yang luas. Perlahan-lahan Bakrie & Brothers sudah menunjukkan perbaikan. Kinerja keuangan dari segi operasional semakin meningkat. Namun, kondisi eksternal yakni ekonomi makro belum mendukung. Akibatnya keuntungan agak berkurang karena adanya ekonomi biaya tinggi.

Tak pelak efisiensi di tubuh perusahaan juga harus dilakukan. Semua unit usaha berjalan dengan segala kemampuan yang ada dengan biaya yang rendah dan tidak boleh terjadi ekonomi biaya tinggi. “Good corporate management menjadi policy yang sudah jalan, mulai dari atas hingga ke unit-unit bawah harus menjalankan semuanya,” katanya.

Mengayunkan langkah sebagai pimpinan tertinggi pada sebuah kelompok usaha besar di tengah situasi makro yang masih gonjang-ganjing seperti sekarang ini menjadi tantangan baginya. Namun, itu tidak menyurutkan langkahnya untuk membawa kembali Bakrie & Brothers pada kesuksesan yang sempat hilang. e-ti

Data Singkat
Bobby Gafur Umar, Presiden Direktur PT Bakrie dan Brothers Tbk ,2002 / Kapten Kebangkitan Bakrie & Brothers | Direktori | direktur, Trisakti, PII, GAPKI

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini