
[WAWANCARA] – Pengarang lagu anak-anak Abdullah Totong Mahmud atau dikenal dengan nama AT Mahmud baru saja mendapat penghargaan dari Anugerah Musik Indonesia (AMI). Penghargaan yang diterimanya adalah Life Achievement Award atas dedikasi dan sumbangsihnya yang tiada henti dalam angka waktu sangat lama terhadap dunia musik, khususnya musik untuk anak.
AT Mahmud menekuni dunia seni musik untuk anak-anak sudah cukup lama, yaitu ketika ia menjadi guru di Sekolah Guru TK. Sebagai guru bagi calon guru TK, ia mendapat kesulitan mencari materi lagu yang cocok untuk diajarkan. Murid-muridnya yang akan mengajar di TK sering minta bantuan untuk dibuatkan lagu. Akhirnya, ia mencoba-coba membuat lagu dan ternyata berhasil. Lagu-lagu ciptaannya diterima dengan baik. Bahkan, sering ia mendengar, murid-murid TK dan SD menyenandungkan lagu-lagu ciptaannya. Padahal, lagu-lagu itu hanya diajarkan secara terbatas di dalam kelas, tidak ada kaset yang merekam lagu-lagunya.
Waktu terus berjalan. Hingga akhirnya datanglah pihak label yaitu Sony Musik Indonesia yang tertarik merekam lagu-lagunya dalam bentuk kaset dan CD. AT Mahmud menyerahkan daftar karyanya yang mencapai 230 judul lagu. Ia persilakan pihak Sony Musik untuk menyeleksi, lagu mana saja yang akan direkam. Daftar lagu yang diserahkan itu sudah lengkap dengan partiturnya. Hasilnya, lagu-lagu AT Mahmud meledak di pasaran. Ternyata, masyarakat masih menghargai karya musik anak yang sejalan dengan jiwa perkembangan anak
Terhadap perkembangan lagu anak sekarang ini, AT Mahmud merasa prihatin. Anak-anak, menurutnya, dicekoki lagu yang bukan untuk zamannya. Lagu anak-anak saat ini terlalu dewasa dan banyak yang kurang mendidik.
Lain lagu anak, lain pula dengan lagu dewasa. AT Mahmud memberikan apresiasi yang cukup positif terhadap lagu-lagu dari kelompok Padi, Sheila on 7, dan Siti Nurhaliza. Menurutnya, mereka itu sudah bermain musik dengan baik. Akan tetapi, perkembangan entertainmen di dunia musik dangdut cukup merisaukannya. Seharusnya lagu itu diapresiasi dengan penuh perasaan. Sedangkan yang terjadi di musik dangdut saat ini adalah harus ada goyang pinggul dengan gerakan yang tidak ada dalam teks lagu yang dinyanyikan. Gerakannya begitu jauh melenceng dari teks dan pesan yang ingin disampaikan.
Apakah Anda mengalami hambatan dalam menulis lagu untuk anak-anak agar sesuai dengan bahasa yang biasa digunakan anak-anak?
Saya terus belajar dan belajar. Ketika saya menciptakan lagu anak-anak saya harus mengetahui dahulu lagu anak-anak itu apa. Jadi buka buku, saya tanya kepada ahli-ahli psikologi. Ternyata dalam menciptakan lagu harus memiliki 3 unsur utama yaitu, bahasa nada, bahasa emosi, dan bahasa gerak. Bagaimana ketika anak saya menanyakan tentang pelangi dan meminta bulan, itu adalah ungkapan pikiran dan perasaannya. Saya tambahkan nada dan saya terjemahkan dalam lagu. Tetapi sekarang banyak pencipta lagu anak-anak tidak mengetahui konsep dalam menciptakan lagu anak-anak yang baik.
Sama juga ketika saya mengarang lagu Islami, saya belajar dahulu, bukan karena menyebut nama Tuhan ‘Allah’ sudah Islam, belum tentu. Saya belajar dengan membaca buku-buku, contohnya buku dari Quraish Shihab, Nurholish Madjid dan Mustofa Bisri dan saya mencoba menangkap dengan kemampuan saya untuk mengenal dan memahami lagu Islami. Karena ada juga lagu-lagu Islam yang tidak Islami. Akhirnya saya memberanikan diri menciptakan lagu Islam berdasarkan hadits Rasulullah. Dari situ saya menyimpulkan, ternyata dalam hidup ini yang susah itu tidak ada. Syaratnya, tekun, sabar, dan belajar terus.
Apa yang menjadi inspirasi ketika Anda mencipta lagu anak-anak?
Yang menjadi dasar inspirasi untuk saya dalam menciptakan lagu anak-anak, pertama adalah pengamatan saya terhadap anak-anak saya. Seperti lagu ‘Pelangi’ adalah ketika anak saya melihat pelangi yang indah, kemudian ‘Main Ayunan’ juga karena ketika itu anak laki-laki saya begitu senangnya bermain ayunan. Sumber inspirasi yang kedua adalah pengalaman masa kecil dan saya ingin mengutarakannya dalam bahasa saya yang sederhana. Seperti lagu ‘Aku Anak Gembala’ itu bukan sebuah mimpi tetapi pengalaman saya di kampung. Sumber inspirasi yang ketiga adalah pesan pendidikan dari seorang guru dan seorang bapak, seperti pesan tentang bagaimana anak-anak dapat mencintai alam sekitarnya karena alam adalah ciptaan Tuhan.
Menurut Anda, apa kriteria lagu anak-anak yang baik?
Sebuah lagu anak-anak yang baik adalah sebuah lagu yang mampu mengembangkan daya imajinasi, daya berpikir anak, dapat menyalurkan emosinya serta kemampuan aspek sosial dan kebudayaan (bahasa yang baik dan benar). Berbeda dengan lagu anak-anak sekarang yang lebih cenderung menyalurkan cara berpikir dan cara berbahasa orang dewasa dan orangtua. Sebab lagu anak-anak harus berbicara tentang pengalaman anak bukan pengalaman orangtua. Salah satu judul sebuah lagu anak-anak “Aku cinta rupiah” siapa yang sebenarnya mengenal rupiah tentu bukan anak-anak, tetapi orang dewasa. Jadi lagu ini tidak bisa dikategorikan sebagai lagu anak-anak. Sebagai ujian dari lagu anak-anak yang ada sekarang adalah apakah lagu-lagu tersebut membantu anak dalam pertumbuhan kepribadiaannya, moral dan budi pekertinya.
Salah satu dari penyebab berkurang berkualitasnya lagu anak-anak saat ini, disebabkan oleh karena pada masa globalisasi saat ini semua orang mengejar duit, memperkaya diri sendiri dan hidup ingin senang, memiliki mobil mewah, gedung bertingkat dan yang lain. Tetapi apakah hidup bahagia, belum tentu.
Saya ini seorang guru, jangan dikira banyak duit. Saya mempuyai tiga anak, dan syukur ketiganya telah menjadi orang yang berhasil, dan sudah berkeluarga semua. Semuanya dengan perjuangan. Rumah yang saya punyai saat ini saya beli dengan halal dan saya merasakan bahwa hidup ini begitu bahagia dan sebuah karunia Tuhan.
Saat ini hati nurani sudah banya ditinggalkan banyak orang, setiap prilaku yang ada sekarang seakan-akan sudah tidak mendengarkan lagi hati nurani. Anak-anak SD saja sudah bisa tawuran, melempari kaca bis, narkoba dan ada juga saya baca di salah satu surat kabar seorang siswa SD bunuh diri.
Adakah upaya yang bapak lakukan dalam mengembalikan nilai ideal tersebut secara praktis?
Ya ada, saya berkunjung ke berbagai lembaga pendidikan mengadakan bimbingan dan penyuluhan kepada guru-guru TK. Salah satunya saya pernah berkunjung ke Surabaya, saya berbicara di hadapan 700 guru TK di Surabaya di bawah naungan Ikatan guru TK Indonesia. Dari situ kita sebarkan kembali betapa pentingnya peran lagu anak-anak dalam pertumbuhan perkembangan anak. Sekarang yang menjadi standarisasi kita adalah apa yang kita selalu lihat di televisi.
Kegiatan saya saat ini banyak berkunjung ke daerah-daerah dan organisasi-organisasi pendidikan. Di sana saya menjelaskan tentang karakteristik lagu anak-anak, karena masih banyak yang tidak tahu.
Bukankah tampilnya para penyanyi anak-anak yang belakangan ini muncul sebagai sebuah ungkapan ekspresi berkesenian
Benar ekspresi, tetapi yang menjadi ekspresi itu bukan ekspresi anak-anak, tetapi ekspresi orang tua. Ada penyanyi anak-anak yang berjoget bukan seperti anak-anak, tetapi ia diatur dan dikondisikan untuk melakukan beberapa gerakan tertentu. Misalnya penyanyi Tina Toon yang ketika bernyanyi sudah berjoged meniru gerakan penyanyi senior. Seperti yang sebelumnya saya katakan, bahwa dalam lagu ada yang namanya unsur bahasa gerak, gerakan lagu tersebut harus sesuai kelompok umur anak. Penyanyi anak-anak pun semakin dieksploitasi dengan panggilan artis. Anak-anak itu menjadi kehilangan kepribadiannya, mungkin selama satu hingga dua tahun anak itu terkenal. Tetapi setelah itu, yang dalam pikiran anak itu adalah bahwa ia merupakan seorang artis yang terkenal. Padahal tidak demikian.
Kalau kita mau adakan pengamatan, ternyata di seluruh dunia ini tidak ada penyanyi cilik seperti yang ada di Indonesia. Di luar negeri, anak-anak itu sudah ditangkap karena sudah dimanfaatkan mencari duit yang dilarang menurut undang-undang perburuhan. Sedangkan kita tidak. Anak-anak sekarang dibuat menjadi objek bukan menjadi subjek. Ia menjadi sumber orangtua mencari uang, sumber produser mencari uang. Ini berarti yang salah adalah orangtuanya.
Apakah ada pihak ketiga yang menawari untuk mempublikasikan karya Anda?
Banyak tawaran kepada saya, meminta lagu-lagu saya di tampilkan di teve, tetapi dengan mengubah sedikit kata-katanya. Saya bilang saya tidak mau, lebih baik saya hanya hidup dengan berkat Tuhan sajalah.
Yang kita butuhkan saat ini adalah rasa tanggung jawab bangsa ini di dalam setiap kita kepada anak-anak ini. Kita memang tidak bisa menghindari perkembangan teknologi informasi yang pesat sekarang ini, sehingga yang kita butuhkan adalah sebuah filter atau saringan yang baik, sekarang permasalahannnya kita tidak mempunyai saringan. Salah satu yang saya hargai peran Sony Music dalam menyaring musik-musiknya dengan memiliki tim ahli yang bukan hanya ada di Indonesia tetapi juga di Hong Kong.
Mereka yang secara ketat menyeleksi lagu anak-anak yang akan menggunakan label Sony Music. Salah satunya adalah lagu anak-anak ciptaan saya. Saya serahkan kepada pihak Sony 230 judul lagu yang nanti akan dipilih Sony dalam album lagu anak-anak. Ketika mereka tanyakan berapa royalty yang harus Sony bayarkan kepada saya untuk setiap lagu, saya katakan saya membuat lagu bukan untuk dijual tetapi untuk anak-anak. Yang terjadi kemudian Sony mengeluarkan 3 album lagu anak-anak yang dalam tempo 2,5 tahun meledak di pasaran.
Dengan ekploitasi terhadap anak dalam musik anak-anak, adakah niat Bapak atau dengan rekan-rekan yang lain untuk membawa aspirasi ini ke DPR untuk medorong DPR menyusun undang-undang dalam perlindungan anak?
Tidak. Saya tidak akan pergi ke DPR lalu merasa bangga sudah menginjakan kaki di Gedung DPR. Saya menyetujui jika anak-anak nyanyi di mal, tetapi nyanyi harus baik. Sekarang yang ditampilkan itu bukan anak-anak. Sudah rusak anak-anak itu. Anak-anak yang disebut sebagai artis itu sudah kehilangan masa kecilnya. Saya juga menyukai artis sekarang seperti band Padi atau Sheila on 7, mereka mengespresikan sesuai dengan umurnya. Atau seperti Siti Nurhaliza yang bisa membuat para pendengarnya terkesima, dan tertegun ketika ia bernyanyi. Itulah fungsi musik sesungguhnya. Tetapi ada juga musik band lain yang setiap mereka tampil di panggung membuat orang histeris, pingsan bahkan mati. Ini bukan maksud musik yang sebenarnya. Sedangkan musik kebudayaan kita mulai hilang seperti keroncong. Hanya dangdut yang saat ini sedang digandrungi banyak orang, tetapi telah dirusak. Dangdut yang dahulu adalah perpaduan antara musik melayu dan India sekarang menjadi musik erotis dan sensual.
Tiap zaman terdapat dua sumber penciptaan lagu, yang pertama adalah dorongan seni maka hasilnya adalah seni. Yang kedua adalah dorongan komersial, yang hasilnya juga komiditi yang dijual, menciptakan gebrakan kemudian menghilang, asal laku. Mana ada lagu anak-anak sekarang yang menjunjung seni, kata-katanya terlalu panjang dan rumit, sehingga sedikit sekali kata-kata yang diingat karena dalam lagu itu bukan kata-kata mereka.
Saya juga prihatin dan juga takut sekarang menonton televisi dengan acara-acara infotainment yang mengumbar aib orang lain dan yang saya heran orang yang tampil itu mau. Sekarang hati nurani sudah tidak lagi dipakai.
Apakah ada rencana bapak dalam membuat regenerasi dalam membuat lagu anak-anak?
Saya tidak punya murid, tapi saya didorong untuk ke arah itu. Seperti yang saya katakan hampir tiap dua tahun saya diundang untuk menatar guru-guru TK seluruh Indonesia, saya memasukan gagasan ini, tentang pengertian musik dan lagu anak-anak yang baik, di Surabaya, Bandung, Yogya, Purworejo dan tersebar ke mana-mana. Dari seluruh peserta penataran yang mengikuti penataran dari Sabang sampai Merauke tahu bagaimana memilih lagu anak-anak yang baik.
Banyak wartawan bertanya, bagaimana pendapat bapak terhadap lagu anak-anak sekarang? Tak pernah di-ekspose bagaimana pendapat orangtua terhadap lagu anak-anak sekarang. Saya yakin banyak yang mengatakan tidak setuju. Upaya yang saya jalankan sekarang untuk memperkenalkan kembali musik anak-anak yang baik kepada generasi Indonesia bukanlah tugas saya sendiri, tetapi adalah tugas bersama antara guru, orangtua dan pemerintah. Saya tahu ketika saya terpilih dianugerahi pengharagaan dari negara saya yakin bukanlah pilih kasih tetapi merupakan sebuah hasil penelitian yang mendalam.
Bagaimana perasaan Bapak ketika menerima penghargaan dari presiden Megawati?
Saya bersyukur, tetapi yang paling bersyukur itu bukan saya tetapi keluarga. Dua hari sebelumnya isteri saya menerima telepon dari seketariat militer kepresidenan. Ketika mendengar itu ia langsung keringat dingin, karena sekretaris militer, muncul pemikiran yang macam-macam, tetapi kemudian dijelaskan maksud undangan untuk datang ke Istana Negara. Pada tanggal 13 agustus kami datang, kemudian di sana dijelaskan mengenai maksud pengharagaan itu, dan cara pemilihan.
Ternyata sebuah proses yang panjang yang dimulai sejak 3-4 bulan yang lalu. Saya senang karena benar-benar diteliti secara objektif bukan sekadar mengambil secarik kertas. Pertama ditanyakan kepada departemen yang bersangkutan, dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional. Ditambah dengan ada sebuah dewan ahli yang memberikan penilaian. Dalam dewan ini saja ada dua profesor yang ditugaskan dan sejumlah menteri. Setelah ada keputusan baru diberikan kepada presiden.
Ada rencana bapak untuk menciptakan lagu baru daam waktu dekat ini?
Saya tidak bisa menciptakan lagu yang bersifat mendadak, atau sengaja untuk menyaingi lagu baru, semua itu harus muncul dari hati. Lagu terakhir yang saya ciptakan adalah pada bulan Juli 2003, isinya tentang kerinduan saya untuk mencintai orang yang paling saya hormati yaitu “Ibu dan Bapak”, dan saya mau juga agar anak-anak sekarang selalu mencintai dan menghormati orangtuanya.
Hidup kita ini adalah berkat dari Tuhan, dan sebelum berkat itu datang kepada kita, terlebih dahulu kepada orangtua kita. Saya menjadi khawatir jika saat ini anak-anak sekarang sudah melupakan orangtuanya.
Kemudian lagu berikutnya adalah sebuah lagu yang saya terinspirasi dari cucu saya, yaitu lagu yang berjudul “Telepon”. Sebab, saya melihat cucu saya yang baru berusia balita sudah bisa bertelepon dan menerima telepon. Kalau berbicara itu panjang sekali sampai berjam-jam, tidak baik kan? Telepon digunakan seefektif mungkin. Saya buat dalam lagu, salah satu isinya “Angkat gagangnya, bicaralah seperlunya”. Sekarang tugas saya di rumah, tukang jaga telepon.
Adakah dari anak-anak Bapak yang mengikuti jejak profesi Bapak?
Dari ketika anak saya, kalau disuruh les piano, gitar tidak mau juga, gagal, untuk nyanyi pun suaranya sumbang. Ada salah satu anak saya sudah belajar piano selama 10 tahun, sekarang karena sudah bekerja di Bank menjadi lupa dengan kemampuannya. Artinya saya tidak mau menentukan pekerjaan apa yang mau dikerjakan anak. Biar mereka memilih sendiri. Sejak ia memilih sendiri, ia bertanggung jawab. Jadi jangan anak memilih sesuatu yang dipilih orangtua.
Orangtua hanya memberikan fasilitas dan sarana, sedangkan perkembngan selanjutnya diserahkan kepada mereka. Begitu juga dengan pengalaman saya, ketika saya menjadi guru, orangtua saya tidak ada yang tahu, saya memilih sekolah guru, saya memilih untuk menciptakan lagu tidak ada yang mendorong-dorong. Hidup saya, saya jalani dengan bahagia, karena hidup yang saya jalani adalah hidup yang saya pilih.
Apakah Bapak masih memiliki impian yang masih belum tercapai?
Saya ini berprofesi sebagai guru. Sejak kecil itu senang dengan seni dan bahkan ketika masih di SD saya senang menari, menyanyi, melukis dan saya juga senang tampil dalam pertunjukan-pertunjukan sandiwara seperti cerita Maling Kundang, Tangkuban Perahu, dan lain-lain. Ketika saya menjadi guru di Sekolah Guru Taman Kanak-kanak (SGTK) 1964 di sana saya mulai menetapkan pilihan hidup saya yaitu menciptakan lagu anak-anak. Sampai hati ini tentu yang saya perhatiakn tentu tentang perkembangan anak-anak. Karena mereka adalah masa depan kita. Aneh jika bangsa ini sudah tidak memperhatikan terhadap anak-anak. Yang hanya diperhatikan hanya politik dan ekonomi, sedangkan pendidikan bukan hanya ketika SD hingga SMA saja, tetapi pendidikan adalah seumur hidup, saya sendiri masih belajar.
Sekarang apa yang dicontohkan oleh pemerintah saat ini, hanya ribut di antara sesamanya merebut kekusaan. Di mana lagi orang-orang seperti Bung Karno, seperti Sutan Sjahrir, dan Agus Salim. Sehingga saat ini tidak ada keteladanan. Dari menciptakan lagu anak-anak adalah satu cara dalam mengembangkan pribadi anak. Jadi lagu anak bukan hanya sekadar agar dapat bernyanyi gembira-gembira, tetapi terlebih lagu dapat mempengaruhi pribadi anak. Di dalam musik anak-anak yang benar mampu mengembangkan imajinasi anak, emosi anak dan dinyanyikan dalam gaya dan bahasa anak sendiri. Seperti pada tujuh belasan Agustus yang lalu, televisi mana yang menyiarkan lagu-lagu nasionalisme dan patriotisme. Entah sudah ke mana sikap patriotisme itu sekarang. Semua asyik dalam menunjukan penampilan dan sensasi, dan yang membuat saya kecewa dan saya harapkan tidak begitu.
Saya Alhamdulillah saat ini berumur 73 tahun dan saya telah hidup melewati beberapa zaman. Zaman Belanda, zaman Jepang, Revolusi, Orde lama dan Orde baru Soeharto dan sekarang zaman Reformasi yang tidak tahu apa itu reformasi. Anak-anak pada zaman dahulu kalau berkelahi itu beradu, satu lawan satu, tidak seperti sekarang anak SD sekarang saja sudah bisa tawuran, merusak fasilitas umum dan kepentingan umum.
Pada tanggal 14 Agustus 2003 yang lalu saya menerima tanda kehormatan dari Presiden RI. Sejak 58 tahun Indonesia merdeka, baru pertama kali seorang pencipta lagu anak-anak dihargai secara resmi dan langsung oleh negara. Saya mungkin orang yang pertama, tetapi bukan berarti sombong, karena saya menjadi sekarang ini bukan karena saya sendiri, tetapi berkat orang banyak juga. e-ti/Yayat Sudrajat – Yusak