Warisan Abadi Radius Prawiro
Radius Prawiro
Radius Prawiro lebih dari sekadar seorang pejabat tinggi negara; dia adalah simbol dari integritas, dedikasi, dan kecerdasan yang menginspirasi. Warisan yang dia tinggalkan tidak hanya dalam bentuk kebijakan ekonomi dan sosial, tetapi juga dalam nilai-nilai spiritual dan keluarga yang dia tanamkan.
Warisan Radius Prawiro tidak hanya terlihat dalam kebijakan dan pencapaian profesionalnya, tetapi juga dalam nilai-nilai spiritual dan keluarga yang ia tanamkan. Dalam setiap kesempatan, ia selalu menekankan pentingnya takut akan Tuhan dan pengabdian kepada sesama. Setiap pagi sebelum berangkat tugas, dan setiap malam menjelang tidur, ia selalu meluangkan waktu untuk saat teduh dan berdoa bersama keluarganya.
Nilai-nilai ini bukan hanya menjadi pedoman hidup bagi keluarganya, tetapi juga bagi banyak orang yang mengenal dan bekerja dengannya. Cinta dan kasih sayangnya terlihat dalam disiplin yang ia terapkan, yang meskipun tampak keras, tetapi penuh dengan cinta yang tulus. Sikap ini menciptakan lingkungan di mana setiap orang merasa dihargai dan termotivasi untuk memberikan yang terbaik.
Radius Prawiro adalah contoh nyata bahwa kesuksesan dalam kehidupan pribadi dan profesional bisa dicapai tanpa mengorbankan nilai-nilai dan integritas. Dia menunjukkan bahwa keberhasilan bukan hanya tentang posisi tinggi atau pengakuan, tetapi tentang menjalani hidup dengan prinsip yang benar. Radius Prawiro selalu menjadi teladan dalam setiap aspek hidupnya, menginspirasi kita untuk bekerja keras, jujur, dan berdedikasi. Dengan integritas dan visi yang jelas, dia membuktikan bahwa kita bisa mencapai hal-hal besar dan memberikan kontribusi berarti bagi masyarakat dan negara.
Reinventing Radius Prawiro Legacy
Dalam rangka mengenang dan memberikan penghormatan kepada Radius Prawiro, Aliansi Indonesia Raya (ADONARA) menginisiasi acara ziarah dengan tema “Reinventing Radius Prawiro Legacy Menuju Indonesia Emas 2045”, Jumat, 28 Juni 2024. Taman Makam Pahlawan Kalibata menjadi saksi bisu dari ratusan orang yang datang.
Sejumlah organisasi masyarakat Kristiani seperti GMKI, PIKI, GAMKI, serta keluarga dan kolega hadir untuk memberikan penghormatan. Ibadah yang dipimpin oleh Pdt. Saut Sirait menjadi pembuka acara ini, mengingatkan semua yang hadir tentang pentingnya ikatan nilai-nilai spiritual, tradisional, dan kekeluargaan yang diwariskan oleh Radius Prawiro. “Dengan mengenang atau melihat masa lalu itu tentunya membuat kaki berdiri teguh dan pandangan ke depan dipenuhi optimisme tanpa ragu kehilangan kepercayaan kepada Tuhan,” ujar Pdt. Saut.
Putri bungsunya, Pingkan Riani Putri Prawiro, mengingat sang ayah sebagai pria yang disiplin dan sangat mencintai anak-anaknya, dengan caranya yang unik. “Beliau itu disiplin, lurus-lurus saja, tidak ada romantisnya, namun kelihatan cinta kasihnya. Hampir setiap hari sebelum papa berangkat tugas, kami harus bersaat teduh bersama setiap pagi. Begitu pula, setiap malam menjelang tidur kami juga kembali berdoa bersama. Warisan atau legacy yang diberikan oleh Papa dan Mama adalah takut akan Tuhan, berserah sepenuhnya, dan menjadi berkat bagi sesama,” kenang Ria.
Sedangkan putra sulung Radius Prawiro, Bhaktinendra Prawiro, menggambarkan ayahnya sebagai seorang “Contextual Man” – seseorang yang selalu relevan dan tepat dalam setiap situasi. Bhaktinendra mengingat bagaimana ayahnya selalu mampu menyesuaikan diri dengan situasi yang ada, mengamati dengan seksama, dan memberikan solusi yang tepat. “Papa selalu eksis dan muncul pada konteksnya dimana dia berada. Selalu mengamati sesuatu, menelaah, dan memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut,” tutur Bhaktinendra, yang juga mengingat bagaimana ayahnya senantiasa berdoa sebelum mengambil keputusan penting.
Bhaktinendra Prawiro juga menceritakan bahwa ayahnya pernah tinggal lama di Tanah Toraja, hingga diakui sebagai Raja oleh tokoh-tokoh setempat. Kisah ini menunjukkan betapa Radius Prawiro selalu relevan dan dihormati di berbagai tempat, tidak hanya karena posisinya tetapi juga karena kepribadiannya yang kuat dan penuh kasih.
Kenangan dari sahabat dan kolega Radius Prawiro juga menambahkan dimensi lain dalam menggambarkan sosoknya. Martin Hutabarat, seorang kolega yang juga ‘murid’ Radius Prawiro, menceritakan tentang bagaimana Radius Prawiro selalu mengutamakan kepentingan negara di atas segalanya. Ia mengisahkan, “Radius Prawiro adalah sosok yang patut diteladani karena telah mendedikasikan hidupnya untuk membangun negeri.” Dedikasinya tidak hanya terlihat dalam kebijakan ekonomi seperti rehabilitasi dan stabilisasi moneter, tetapi juga dalam reformasi perdagangan dan keuangan di perdesaan.
Martin juga mengungkapkan, ketika dirinya menjadi Ketua Panitia Kematian dan Pemakaman Radius Prawiro, ada seorang Menteri yang berkali-kali menghubungi untuk menanyakan ketibaan jenazah Radius Prawiro yang meninggal di Jerman Barat, menunjukkan betapa besar pengaruh dan rasa hormat terhadap sang tokoh.
Sementara Guntur Napitupulu, Ketua Umum ADONARA, menjelaskan bahwa acara ziarah itu merupakan bagian dari rangkaian kegiatan “Reinventing Radius Prawiro Legacy Menuju Indonesia Emas 2045”. Melalui seminar dan talkshow yang akan digelar, pemikiran dan karya Radius Prawiro akan terus digali dan dikenalkan kepada generasi muda, sebagai inspirasi untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
Acara ziarah diakhiri dengan tabur bunga di atas pusara Radius Prawiro dan istrinya, Leonie Prawiro, sebagai simbol penghormatan dan cinta yang abadi. Kehadiran ratusan orang dari berbagai organisasi menunjukkan betapa besar warisan yang ditinggalkan oleh Radius Prawiro, tidak hanya dalam bentuk kebijakan dan pemikiran, tetapi juga dalam bentuk cinta kasih dan nilai-nilai yang ia tanamkan dalam keluarganya.
Contextual Man
Radius Prawiro, lahir pada 29 Juni 1928, adalah seorang ekonom ulung yang memegang peran penting dalam rehabilitasi dan stabilisasi moneter, reformasi perdagangan dan keuangan di perdesaan, serta berbagai kebijakan ekonomi lainnya yang berkontribusi besar terhadap pembangunan Indonesia. Sebagai Menteri Keuangan dan Menteri Koordinator Bidang Ekonomi, Radius memainkan peran krusial dalam menekan laju inflasi dan menggalakkan program Kredit Usaha dan Simpanan Pedesaan. Bahkan setelah pensiun, pemikirannya tetap relevan dan dijadikan acuan dalam menghadapi tantangan ekonomi modern.
Salah satu aspek yang paling dikenang dari Radius Prawiro adalah kecerdasannya dalam memahami konteks dan menyusun strategi jangka panjang. Ia layak disebut sebagai “contextual man” karena kemampuannya untuk selalu relevan dengan konteks zaman di mana ia berada. Kemampuan ini tidak datang begitu saja; itu adalah hasil dari pemikiran mendalam dan analisis yang tajam terhadap setiap situasi.
Radius Prawiro memiliki visi yang jauh ke depan. Dia tidak hanya memikirkan solusi jangka pendek, tetapi juga bagaimana setiap keputusan yang diambil akan berdampak pada masa depan bangsa. Misalnya, dalam reformasi perpajakan yang ia lakukan, dia memastikan bahwa kebijakan tersebut akan memperkuat fondasi ekonomi Indonesia dalam jangka panjang.
Uniknya lagi, dia bukan hanya seorang ekonom handal, tetapi juga seorang teolog yang pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Pertimbangan PGI. Bahkan, pernah meraih rekor MURI sebagai menteri dengan masa jabatan terlama, yaitu selama 28 tahun. (nita, cid/TokohIndonesia.com)