Punya Koneksi? Selamat, Kamu Bisa Jadi Apa Saja!

 
0
53
Sukses Berkat Koneksi Orang Dalam
Sukses Berkat Koneksi Orang Dalam

Bukan skill atau pengalaman yang jadi tiket sukses, tapi siapa yang kamu kenal. Jangan kaget kalau ada seseorang yang jabatannya sipil, tapi tiba-tiba pangkatnya naik di dunia militer.

Di negeri ini, kuliah rajin, skripsi revisi sampe mata minus, lulus cum laude? Wah, kasian banget! Tetep aja kalah sama yang punya “orang dalam”. Di sini, skill dan pengalaman itu cuma pajangan, yang utama tetap “Siapa kenalan lo?” Sistem berbasis kompetensi? Itu cuma mitos yang biasa diceritain dosen biar mahasiswanya nggak langsung banting laptop dan jadi reseller skincare.

Liat aja dunia kerja. Ada mahasiswa jungkir balik belajar ekonomi, begadang sambil ngopi literan, paham teori bisnis global lebih dari investor kripto. Tapi begitu lulus, siapa yang dapat kursi empuk di BUMN? Orang yang lebih sering latihan baris-berbaris daripada membaca laporan keuangan. Kenapa? Karena katanya punya “jiwa kepemimpinan.” Kalau gitu, komentator bola juga bisa jadi Menteri Kesehatan, kan mereka udah biasa menganalisis kondisi lapangan.

Industri kreatif? Lebih absurd lagi. Ada sutradara yang udah ngulik dunia perfilman dari zaman bioskop masih pakai layar putih, ngerti sinematografi, lighting, sampe CGI. Tapi siapa yang jadi bos di lembaga film negara? Seorang penyanyi! Kenapa? Karena pernah bikin lagu kampanye. Kalo gini terus, jangan kaget kalo suatu hari juara lomba karoke ditunjuk jadi Menteri Pendidikan karena hafal lirik lagu anak-anak.

Dunia pertanian juga nggak kalah random. Ribuan lulusan agronomi yang udah paham cara bercocok tanam, teknik irigasi, sampe pupuk organik harus liat posisi strategis diambil orang yang lebih sering megang proyek jalan tol daripada cangkul. Kalau ini lanjut terus, nggak heran kalau nanti ada kebijakan “Petani WFH” atau “Sawah Virtual di Metaverse”.

Tapi ternyata, jalur instan bukan cuma buat pejabat sipil – di dunia militer pun, tiba-tiba bisa naik level kayak karakter game RPG. Misalnya, ada seseorang yang jabatannya sipil, tapi tiba-tiba pangkatnya naik di dunia militer. Dari mayor, jebret! Sekarang letkol. Sementara prajurit lain harus jungkir balik latihan di hutan, naik turun gunung, dan makan jatah nasi bungkus dingin buat naik pangkat, ada yang bisa “skip level” dengan sekali tanda tangan. Kalau begini caranya, mungkin sebentar lagi barista kafe langganan pejabat bisa langsung jadi Jenderal Kopi Nasional.

Dan yang paling bikin ngakak: IPK tinggi ternyata cuma angka buat bikin orang tua bangga sebentar. Buktinya, ada pejabat yang bangga bilang IPK-nya cuma 2,7, tapi tetep bisa jadi menteri. “Yang penting pergaulan dan kepemimpinan,” katanya. Jadi buat lo yang sekarang stres karena skripsi ditolak, revisi sampe typo di mimpi, atau dospem suka ghosting lebih parah dari gebetan, santai aja. IPK 4,0 tetep nggak ada gunanya kalau lo nggak punya om yang jadi komisaris.

Terus, kalau ada yang protes sama sistem ini? Tenang, pejabat kita bukan tipe yang ribet jawab pake data dan analisis. Kritik cukup dijawab dengan “Ndasmu!” Harga naik? “Kau yang gelap!” Korupsi makin liar? “Kau di surga aja!” Kritik selesai, rakyat bingung, media sibuk bikin remix “ndasmu” versi koplo di TikTok, dan pejabatnya? Duduk santai, sambil ngitung proyek baru yang bakal mangkrak.

Aturan pun fleksibel kayak karet kolor. Ada batas usia buat jadi pemimpin? Tinggal revisi! Ada syarat pengalaman kerja? Santai, bisa diakalin! Kalau ada yang protes? Tinggal bilang, “Ini demi kepentingan bangsa!” Bangsa mana? Silakan tanyakan ke customer service pemerintahan terdekat.

Dan jangan lupa, sistem balas budi politik jalan terus. Kalau lo aktif jadi tim sukses, pernah bantu pasang baliho, atau minimal sering repost quotes pejabat, selamat! Jabatan strategis udah nunggu, bahkan kalau skill lo cuma jago caption aesthetic di Instagram. Besok-besok mungkin admin akun gosip bisa jadi Menteri Komunikasi, dan influencer mukbang diangkat jadi Menteri Ketahanan Pangan.

Advertisement

Akibatnya? Orang-orang pinter mulai give up. Ngapain capek-capek kuliah kalau yang naik jabatan adalah mereka yang lebih jago selfie di depan proyek yang cuma ada di brosur? Banyak yang akhirnya cabut ke luar negeri, cari tempat yang lebih hargain otak. Yang tersisa? Mereka yang lebih sibuk bikin konten “5 Rahasia Jadi Pemimpin Hebat Tanpa Pengalaman” daripada bikin kebijakan beneran. (Atur Lorielcide/TokohIndonesia.com)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini