Hari Toleransi Internasional: Al-Zaytun Menyala, Negara Membisu

 
0
156
Peringatan Hari Toleransi Internasional di Ma'had Al-Zaytun
Peringatan Hari Toleransi Internasional di Masjid Rahmatan Lil Alamin, Ma'had Al-Zaytun

Pada 16 November 2024, dunia memperingati Hari Toleransi Internasional, sebuah momentum untuk meneguhkan semangat harmoni di tengah perbedaan. Namun, di Indonesia, peringatan penting ini justru seolah tak mendapat perhatian dari negara. Hingga tulisan ini dibuat, tidak ada institusi negara, pejabat, atau agenda resmi yang menonjolkan peringatan ini. Sikap abai ini mencerminkan ironi di tengah fakta bahwa praktik intoleransi masih menjadi tantangan besar di berbagai wilayah Nusantara.

Ketidakpedulian ini kontras dengan apa yang terjadi di Pondok Pesantren Mahad Al-Zaytun . Dengan gegap gempita, Al-Zaytun menggelar perayaan Hari Toleransi Internasional bertema “Melestarikan Budaya Toleransi dan Perdamaian Menuju Indonesia Raya Abadi”. Acara tersebut dihadiri ribuan peserta, termasuk tokoh-tokoh penting seperti Syaykh AS Panji Gumilang, tokoh budaya Dr. Haryadi Baskoro, dan Prof. Ahmad Najib dari BRIN.

Daftar Artikel Terkait Peringatan Hari Toleransi Internasional 2024 di Ma'had Al-Zaytun

Al-Zaytun bahkan meluncurkan Ensiklopedi Toleransi dan Perdamaian, sebuah perpustakaan digital yang mengedepankan edukasi tentang pentingnya toleransi dan harmoni. Langkah ini menunjukkan keseriusan institusi pendidikan tersebut dalam mengimplementasikan nilai-nilai toleransi yang nyata, bukan sekadar slogan kosong.

Sebaliknya, absennya peran negara dalam peringatan Hari Toleransi Internasional memperlihatkan lemahnya komitmen terhadap isu yang sangat krusial. Praktik intoleransi masih sering terjadi, mulai dari diskriminasi berbasis agama hingga konflik horizontal yang merusak kebhinekaan. Negara, dengan segala perangkat hukumnya, seharusnya menjadi garda terdepan dalam mengedukasi masyarakat tentang pentingnya toleransi dan perdamaian, namun kenyataannya justru menunjukkan sebaliknya.

Syaykh Panji Gumilang dalam sambutannya di Masjid Rahmatan Lil Alamin mengingatkan bahwa persatuan Indonesia tidak akan tercapai jika mayoritas dan minoritas terus dijadikan sekat dalam kehidupan berbangsa. Ia menegaskan bahwa Indonesia memiliki fondasi negara yang kokoh, yaitu UUD 1945 dan Pancasila, untuk mewujudkan keadilan dan harmoni tanpa perlu menjadikan agama sebagai pembeda.

Ketiadaan sikap proaktif dari pemerintah dalam momen Hari Toleransi Internasional menimbulkan pertanyaan besar: apakah negara menutup mata terhadap pentingnya toleransi? Apakah berbagai persoalan intoleransi di masyarakat dianggap sebagai hal yang remeh? Jika lembaga pendidikan seperti Al-Zaytun mampu menginspirasi dengan tindakan nyata, mengapa negara sebagai pemegang otoritas justru terkesan pasif?

Hari Toleransi Internasional sejatinya adalah peluang besar bagi negara untuk mengukuhkan diri sebagai pelopor perdamaian di tengah keberagaman. Namun, hingga kini, momentum tersebut masih berlalu begitu saja tanpa gaung yang berarti dari pemerintah. Al-Zaytun , dengan segala upayanya, menunjukkan bahwa peringatan ini bukan sekadar seremoni, tetapi adalah panggilan untuk beraksi. Semoga langkah kecil ini menjadi pengingat bahwa toleransi tidak boleh hanya menjadi urusan individu atau lembaga tertentu, tetapi harus menjadi agenda besar sebuah bangsa. (wira/TokohIndonesia.com)

Tim Reportase TokohIndonesia.com: Mangatur L. Paniroy (Koordinator), Rukmana, Wiratno


Video Tiktok (VT) @tokoh.id

Berikut daftar Video Tiktok (VT) di akun @tokoh.id seputar Peringatan Hari Toleransi Internasional di Al-Zaytun:

Advertisement

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini