#IndonesiaGelap, Riuh Kegelisahan yang Kian Membara

Jakarta, 23 Februari 2025 – Suara keresahan yang selama ini terpendam di kalangan mahasiswa dan masyarakat sipil akhirnya meledak dalam aksi bertajuk #IndonesiaGelap. Di balik simbol Garuda berlatar hitam yang viral di media sosial, tersimpan kekecewaan mendalam terhadap kebijakan pemerintah yang dinilai mengkhianati semangat reformasi.
Dipimpin oleh Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI), aksi demonstrasi #IndonesiaGelap dimulai pada Senin, 17 Februari 2025, dengan unjuk rasa serentak di berbagai daerah. Puncak aksi berlangsung di Jakarta pada Kamis, 20 Februari 2025, diikuti oleh demonstrasi lanjutan pada Jumat, 21 Februari 2025.
Gerakan ini menjadi simbol kegelisahan kolektif terhadap serangkaian keputusan politik dan ekonomi yang dinilai merugikan rakyat kecil. Pemotongan anggaran pendidikan, pelemahan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), hingga kebijakan-kebijakan kontroversial lainnya menjadi pemicu utama. Simbol Garuda berlatar hitam, yang tersebar luas di media sosial, menjadi representasi dari perasaan gelap yang kini menyelimuti banyak elemen masyarakat. Tak heran, tagar #IndonesiaGelap dengan cepat menjadi trending topic nasional, bahkan menarik perhatian internasional.
Kegelisahan ini tidak hanya terbatas pada ruang-ruang akademis atau diskusi publik, tetapi meletup di jalan-jalan, dari Jakarta hingga Yogyakarta, Palembang, dan Surabaya. Di Jakarta, kawasan Patung Kuda menjadi saksi bisu berkumpulnya ribuan mahasiswa yang membawa berbagai poster penuh kritik dan harapan. Di sana, mereka membacakan 13 tuntutan utama yang mencakup isu-isu strategis, seperti pendidikan gratis yang ilmiah dan demokratis, pembatalan proyek-proyek nasional yang dianggap merugikan rakyat, penolakan terhadap revisi Undang-Undang Minerba, penghapusan peran ganda ABRI dalam sektor sipil, hingga reformasi total terhadap Kepolisian Republik Indonesia.
Di Palembang, ribuan mahasiswa dari Universitas Sriwijaya, Universitas PGRI Palembang, hingga Universitas Muhammadiyah Palembang berkumpul di depan DPRD Sumatra Selatan untuk menyuarakan aspirasi serupa. Di Yogyakarta, gerakan Jogja Memanggil membawa semangat perlawanan yang sama, dengan para peserta mengenakan pakaian serba hitam sebagai simbol duka dan kekecewaan atas masa depan bangsa yang dinilai semakin suram.
Kegelisahan yang membara ini tidak hanya dirasakan oleh rakyat Indonesia, tetapi juga menarik perhatian dunia internasional. Media asing seperti The Star dari Malaysia menggambarkan aksi ini sebagai sinyal kemunduran reformasi di Indonesia. The Straits Times dari Singapura menyoroti bagaimana slogan pemerintah “Indonesia Emas” kini berubah menjadi “Indonesia Cemas” di kalangan mahasiswa. Sementara itu, bentrokan antara aparat keamanan dan mahasiswa di Surabaya menjadi sorotan media internasional seperti Asia News dari Italia, yang menilai situasi ini sebagai eskalasi ketegangan yang berbahaya bagi stabilitas politik nasional.
Di tengah derasnya protes, pemerintah mencoba meredam keresahan ini dengan serangkaian pernyataan. Beberapa pejabat menegaskan bahwa kritik adalah bagian dari demokrasi, tetapi seruan mahasiswa agar kebijakan yang dinilai merugikan rakyat segera dievaluasi tampaknya belum mendapatkan respons konkret. Koordinator Pusat BEM SI, Herianto, menegaskan bahwa aksi ini adalah peringatan keras kepada pemerintah, bahwa suara rakyat tidak bisa lagi diabaikan. Jika tuntutan mahasiswa terus diabaikan, gelombang protes ini diyakini akan terus membesar dan meluas ke seluruh pelosok negeri.
#IndonesiaGelap kini telah menjadi lebih dari sekadar tagar di media sosial. Ia adalah refleksi nyata dari kegelisahan generasi muda terhadap kondisi politik, ekonomi, dan sosial yang semakin jauh dari cita-cita reformasi. Keresahan ini, yang awalnya hanya berupa diskusi di ruang-ruang kampus, kini telah membara menjadi aksi nyata di jalanan, membawa pesan jelas: jika suara rakyat terus diabaikan, gelombang perlawanan ini akan menjadi kekuatan yang sulit dibendung. (cid/TokohIndonesia.com)
—
13 Tuntutan Mahasiswa
Dalam aksi yang dipusatkan di kawasan Patung Kuda, Jakarta, mahasiswa membacakan 13 tuntutan yang ditujukan kepada pemerintah:
- Pendidikan gratis, ilmiah, dan demokratis; tolak pemotongan anggaran pendidikan.
- Cabut proyek strategis nasional bermasalah; wujudkan reforma agraria sejati.
- Tolak revisi UU Minerba yang membungkam kritik.
- Hapuskan multifungsi ABRI yang dinilai mengancam demokrasi.
- Sahkan RUU Masyarakat Adat untuk melindungi hak masyarakat adat.
- Cabut Inpres No. 1 Tahun 2025 yang mengancam hak dasar rakyat.
- Evaluasi program makan bergizi gratis secara menyeluruh.
- Realisasikan tunjangan kinerja dosen untuk meningkatkan kesejahteraan akademisi.
- Desak pengesahan Perppu pemberantasan korupsi dan perampasan aset.
- Tolak revisi UU TNI, Polri, dan Kejaksaan yang memperkuat imunitas aparat.
- Rombak Kabinet Merah Putih yang dinilai boros dan tidak efektif.
- Tolak revisi tata tertib DPR yang berpotensi menguatkan kekuasaan legislatif.
- Reformasi total Kepolisian Republik Indonesia untuk menghapus budaya represif.