Wisuda Kelima IAI AL-AZIS: Inovasi DigiI dan Generasi Berdaya Saing Global

Wisuda Kelima Institut Agama Islam Al-Zaytun Indonesia (IAI AL-AZIS) menjadi momen istimewa yang menggabungkan pencapaian akademik, peluncuran aplikasi digital DigiI sebagai inovasi teknologi, dan pertunjukan seni budaya yang memukau. Mengusung tema “Menciptakan Sumber Daya Manusia Aktif, Progresif, dan Efektif Menuju Performa IAI AL-AZIS”, acara ini menjadi bukti komitmen IAI AL-AZIS dalam melahirkan generasi unggul yang berakar pada nilai-nilai Islam dan budaya lokal, sekaligus adaptif terhadap tantangan global.
Penulis: Mangatur L. Paniroy
Institut Agama Islam Al-Zaytun Indonesia (IAI AL-AZIS) yang telah diakreditasi oleh BAN-PT dengan peringkat baik, menggelar Sidang Terbuka Senat untuk Wisuda Kelima Program Sarjana Tahun Akademik 2024/2025. Acara ini berlangsung khidmat pada Kamis, 12 Desember 2024, di Auditorium Mini Zeteso, Gedung Ali Ibn Abi Thalib, Ma’had Al Zaytun, Mekarjaya, Gantar, Indramayu, Jawa Barat.
Pagi itu, 306 wisudawan dan ratusan tamu undangan mulai memasuki auditorium sejak pukul 06.30. Acara pra-wisuda dimulai pukul 06.45 dengan pembukaan yang dipandu oleh MC, Fadhilah dan Amelia. Untuk menghidupkan suasana, pra-acara diisi dengan pertunjukan seni budaya yang memukau, mulai dari gending tradisional oleh Tim Gamelan Hartono, tari tradisional “Angguk Juoss” yang dibawakan oleh mahasiswa, hingga instrumental biola “Bubuy Bulan” oleh Dipa. Musik dan seni tradisional ini menjadi pengingat akan akar budaya lokal yang senantiasa dihidupkan dalam setiap kegiatan (pendidikan) di Kampus Al-Zaytun.

Tepat pukul 08.00, Sidang Terbuka Senat dimulai. Rektor dan Senat Institut memasuki ruangan diiringi lagu “Mars IAI AL-AZIS” yang dilantunkan oleh tim paduan suara. Syaykh Al-Zaytun/Grand Chancellor AS Panji Gumilang datang belakangan sekitar pukul 9:22 saat Prof. Dr. Hj. Aan Hasanah, M.Ed. menyampaikan orasi ilmiahnya.
Acara dibuka dengan pembacaan Asmaul Husna dan pemutaran video perjalanan IAI AL-AZIS yang diresmikan oleh Menteri Agama Suryadharma Ali pada 12 Desember 2012. Melalui video ini, tamu undangan diajak melihat transformasi institut yang konsisten dalam mengembangkan pendidikan berkualitas.

Pidato pembuka disampaikan oleh Rektor IAI AL-AZIS, Datuk Sir Imam Prawoto, KRSS., M.B.A., C.R.B.C. Dalam pidatonya, Imam Prawoto menyampaikan visi besar IAI AL-AZIS untuk menciptakan generasi unggul yang berdaya saing global. Ia mengajak seluruh sivitas akademika untuk bersinergi mewujudkan visi tersebut. “Saya ingin mengajak segenap sivitas akademika IAI AL-AZIS untuk merefleksikan dan menata masa depan yang lebih gemilang bagi kita semua,” ungkapnya.
Imam Prawoto menekankan bahwa dalam dua tahun ke depan, IAI AL-AZIS memiliki tantangan besar untuk meningkatkan akreditasi institusi. Tiga aspek utama yang menurutnya menjadi kunci keberhasilan adalah keaktifan, progresivitas, dan efektivitas. “Keaktifan berarti bukan hanya sekadar melakukan sesuatu, tetapi lebih pada berperan aktif dalam diskusi dan mencari solusi. Progresif berarti setiap langkah yang diambil harus membawa perubahan yang lebih baik, dengan perencanaan yang jelas dan memanfaatkan teknologi. Sementara efektivitas diukur bukan dari banyaknya kegiatan, tetapi dari dampak nyata yang dihasilkan,” jelasnya.
Imam Prawoto juga menegaskan bahwa pencapaian akreditasi merupakan tanggung jawab bersama. Keberhasilan menuju akreditasi bukan hanya tanggung jawab rektorat atau dosen, tetapi seluruh sivitas akademika. “Untuk itu, saya mengajak semua pihak untuk bersinergi, bekerja keras, dan cerdas dalam mencapai target yang telah ditetapkan,” ujar Imam Prawoto.
Pidatonya juga menjadi ajang peluncuran aplikasi digital terbaru bernama DigiI (Digital IAI AL-AZIS), sebuah inovasi yang dirancang untuk memudahkan mahasiswa dalam mengakses informasi akademik dan administrasi, yang akan diterapkan pada awal tahun akademik 2025-2026. Langkah ini adalah bukti konkret komitmen IAI AL-AZIS dalam memanfaatkan teknologi untuk mendukung progresivitas institusi.
Orasi Ilmiah: Inspirasi untuk Generasi Unggul
Pidato ‘pertanggujawaban’ Rektor Imam Prawoto tersebut disambung oleh orasi ilmiah dari sejumlah tokoh yang kompeten di bidangnya.
Prof. Dr. Hj. Aan Hasanah, M.Ed. (Kopertais Wilayah II Jawa Barat)

Salah satunya adalah Wakil Koordinator Kopertais Wilayah II Jawa Barat, Prof. Dr. Hj. Aan Hasanah, M.Ed., yang mewakili Ketua Kopertais Wilayah II Jawa Barat. Prof. Dr. Hj. Aan Hasanah memulai orasinya dengan mengajak hadirin bersyukur kepada Allah SWT atas terselenggaranya Wisuda kelima IAI AL-AZIS. Dia menyampaikan apresiasi atas inovasi yang dilakukan IAI AL-AZIS, seperti peluncuran Digital Governance (DG), yang menunjukkan kemajuan signifikan dalam pengelolaan institusi. Prof. Dr. Hj. Aan Hasanah juga mengucapkan terima kasih kepada orang tua mahasiswa yang telah mempercayakan pendidikan anak-anaknya di IAI AL-AZIS.
Dalam sambutannya, Prof. Dr. Hj. Aan Hasanah menekankan bahwa pendidikan adalah perjalanan panjang yang tidak berhenti di jenjang S1. Mengutip buku The New Psychology of Success karya Prof. Carol Dweck, dia menggarisbawahi pentingnya memiliki growth mindset, yaitu pola pikir yang terus berkembang dan terbuka terhadap pembelajaran baru. Prof. Dr. Hj. Aan Hasanah mengingatkan bahwa di era perubahan cepat ini, hanya individu yang adaptif dan terus belajar yang mampu menghadapi tantangan zaman.
Prof. Dr. Hj. Aan Hasanah juga memberikan motivasi kepada para wisudawan bahwa kelulusan ini adalah awal dari langkah baru dalam perjalanan hidup mereka. Adaptasi menjadi kunci untuk sukses di tengah perkembangan teknologi dan globalisasi. Prof. Dr. Hj. Aan Hasanah mengajak wisudawan untuk terus belajar, mengembangkan diri, dan siap menghadapi tantangan dunia yang dinamis agar mampu menjadi generasi yang relevan dan unggul.
Drs. Amich Alhumami, M.A., M.Ed., Ph.D. (Deputi Bappenas)

Orasi berikutnya disampaikan oleh Drs. Amich Alhumami, M.A., M.Ed., Ph.D., Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. Amich Alhumami dalam orasinya menekankan pentingnya pendidikan tinggi sebagai fondasi utama kemajuan bangsa. Ia mengungkapkan bahwa lulusan pendidikan tinggi, khususnya sarjana, merupakan kelompok minoritas di Indonesia, hanya 4,3% dari total penduduk 280 juta. Kelompok kecil ini memiliki peran transformatif sebagai motor penggerak perubahan dalam masyarakat dan pembangunan bangsa.
Lebih lanjut, Amich Alhumami menyoroti perlunya Indonesia beralih dari mengandalkan comparative advantage berupa jumlah penduduk yang besar ke competitive advantage, yaitu sumber daya manusia berkualitas yang didukung pendidikan tinggi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Menurutnya, inilah faktor utama yang akan menentukan kemajuan bangsa dan meningkatkan daya saing global Indonesia. Dalam hal ini, pendidikan tinggi menjadi kunci untuk menciptakan SDM unggul yang mampu beradaptasi dengan tantangan global.
Amich Alhumami juga mengingatkan bahwa keberadaan sarjana merupakan bagian dari critical mass – kelompok strategis yang memiliki potensi untuk memimpin arah pembangunan di masa depan. Ia mengajak para lulusan untuk terus mengembangkan diri, baik melalui pendidikan lanjutan di jenjang S2 atau S3, maupun dalam dunia profesional. Peran mereka sangat penting untuk mengubah struktur masyarakat, meningkatkan proporsi penduduk yang berpendidikan tinggi, dan menciptakan Indonesia yang lebih maju.
Dr. Helmi Hidayat, M.A. (Dosen UIN Jakarta)

Sedangkan Dr. Helmi Hidayat, M.A. dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam orasinya menyoroti keunikan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang dilengkapi dengan kemampuan berpikir dan kebebasan memilih. Tidak seperti makhluk lain, manusia memiliki konsekuensi besar atas pilihan-pilihannya, baik menjadi makhluk yang beriman atau kafir, serta berbuat baik atau buruk. Karena itu, Allah menurunkan nilai-nilai universal yang disebut sebagai Ad-Din, yang esensinya adalah berserah diri kepada-Nya. Nilai inilah yang menjadi inti ajaran semua nabi dari Adam hingga Muhammad SAW, menunjukkan bahwa Islam bukan sekadar nama agama, melainkan wujud kepatuhan kepada Allah yang telah diajarkan sejak awal sejarah manusia.
Dr. Helmi Hidayat menjelaskan bahwa para nabi membawa nilai-nilai ini dengan cara yang berbeda sesuai zaman dan kondisi umatnya. Namun, setelah nabi-nabi tersebut wafat, interpretasi ajaran mereka sering kali dipengaruhi oleh tradisi budaya (Milah) yang berkembang. Contoh nyata adalah lahirnya perbedaan antara Sunni dan Syiah dalam Islam, atau konflik antara Katolik dan Protestan dalam sejarah agama Kristen. Menurut Dr. Helmi Hidayat, agama sejatinya mengajarkan nilai-nilai luhur yang serupa, seperti larangan membunuh, berzina, dan merampok, sehingga setiap ajaran yang menyimpang dari nilai-nilai ini bukanlah agama.
Dalam konteks ini, Dr. Helmi Hidayat mengingatkan pentingnya berpikir luas dan kritis terhadap ajaran agama, sebagaimana Rasulullah SAW memberikan teladan dalam menghormati umat lain. Rasulullah bahkan mengizinkan orang-orang Nasrani untuk beribadah di Masjid Nabawi sebagai bentuk toleransi dan penghormatan. Hal ini menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang menghargai kemanusiaan dan persatuan, bukan permusuhan atau monopoli kebenaran.
Dr. Helmi Hidayat mengajak umat Islam untuk meningkatkan akhlak dan pengetahuan sebelum berpikir bebas, agar tidak terjebak dalam nihilisme atau salah pemahaman. Dengan begitu, manusia dapat mewujudkan potensi sebagai makhluk berpikir yang progresif, mengembangkan nilai-nilai agama untuk mencapai harmoni dan kemajuan bersama di dunia.
Prof. Dr. Ir. Retno Indrati, M.Sc. (Guru Besar UGM)

Pembicara lain yang kompetensinya tidak diragukan lagi adalah Prof. Dr. Ir. Retno Indrati, M.Sc., Guru Besar Bidang Ilmu Teknologi Pangan dan Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gadjah Mada. Prof. Retno Indrati, dalam orasinya, menjelaskan bahwa pangan merupakan sektor strategis dengan dimensi ekonomi dan politik yang penting, terutama dalam menghadapi tantangan peningkatan kebutuhan pangan sebesar 70% pada tahun 2050. Ia menekankan pentingnya kemandirian pangan yang sesuai dengan visi nasional.
Sebagai seorang ahli, ia menyoroti pangan fungsional yang memiliki manfaat kesehatan, seperti menurunkan tekanan darah, kadar kolesterol, dan risiko penyakit lainnya. Proses fermentasi, yang diwariskan oleh nenek moyang, serta metode perkecambahan, menjadi solusi potensial untuk mengembangkan pangan fungsional dari bahan lokal.
Prof. Retno Indrati juga menekankan pentingnya pendidikan yang menghasilkan lulusan adaptif, inovatif, dan berkompetensi. Ia berharap pesantren Al-Zaytun dapat menjadi pusat unggulan (center of excellence) untuk pengembangan pangan fungsional, sekaligus menciptakan produk bernilai tambah bagi masyarakat.
Dr. Mohammad Nasih, M.Si. (Pendiri Monash Institute)

Setelah Prof. Retno Indrati menyampaikan orasi ilmiahnya yang terbilang singkat (sekitar 7 menit), acara dilanjutkan dengan orasi dari Dr. Mohammad Nasih, M.Si, Pendiri Monash Institute / Dewan Penyantun IAI. Orasinya penuh dengan humor yang menggelitik dan sering mengundang tawa. Dalam orasinya, Dr. Mohammad Nasih menegaskan pentingnya menciptakan sumber daya manusia (SDM) yang aktif, progresif, dan efektif untuk kemajuan bangsa Indonesia. Dr. Mohammad Nasih menjelaskan bahwa Indonesia memiliki keunikan sebagai negara religius berbasis Pancasila, yang membedakannya dari konsep nation-state di Barat. “Kita harus melahirkan SDM yang progresif, yang aktif, yang efektif,” ujarnya. Menurutnya, prasyarat utama untuk menciptakan SDM unggul ini adalah ilmu, harta, dan kekuasaan, yang menjadi fondasi utama individu dalam berkontribusi bagi masyarakat.
Dr. Mohammad Nasih menekankan bahwa ilmu pengetahuan adalah kunci untuk menjadi individu yang progresif. “Kita ini untuk menjadi orang yang progresif revolusioner maka tidak bisa tidak, kita harus menguasai ayat dan alam,” ungkapnya. Dr. Mohammad Nasih mengajak sarjana Muslim untuk tidak hanya memahami teks suci tetapi juga membaca tanda-tanda kebesaran Allah di alam semesta. Dengan cara ini, ilmu pengetahuan dapat menjadi alat untuk memverifikasi kebenaran firman Allah sekaligus menjadi sumber inovasi yang relevan bagi kemajuan bangsa.
Selain ilmu, kekuatan ekonomi juga menjadi sorotan utama. Dr. Mohammad Nasih mencontohkan Nabi Muhammad SAW yang memulai perjuangannya dengan menjadi pengusaha mandiri. Ia mengajak generasi muda Muslim untuk memiliki mentalitas pengusaha dan keberanian mengambil risiko, termasuk memanfaatkan hutang secara bertanggung jawab. “Mahasiswa kaya adalah mahasiswa yang utangnya banyak juga, itu baru progresif,” tegasnya. Menurutnya, mentalitas seperti ini sangat penting untuk menggerakkan perubahan besar di masyarakat.
Dr. Mohammad Nasih mengingatkan bahwa dakwah seharusnya berorientasi pada pemberdayaan umat, bukan sekadar pengajaran agama yang tekstual. “Umat Islam jangan sampai menjadi umat yang miskin,” katanya. Dia mendorong para lulusan untuk mandiri secara finansial dan menjadi agen perubahan yang revolusioner. Dengan integrasi ilmu, ekonomi, dan keberanian bertindak, umat Islam dapat membawa kemajuan yang berkelanjutan bagi bangsa dan negara.
Syaykh Al-Zaytun, Prof. DR. Abdussalam R Panji Gumilang, M.P.

Orasi ilmiah kemudian dilanjutkan oleh Syaykh Al-Zaytun, AS Panji Gumilang, yang menjadi orator penutup. Dia mengisahkan perjalanan sejarah perjuangan bangsa Indonesia, mulai dari peran para pemuda dari berbagai latar belakang yang mendeklarasikan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928, yang menjadi tonggak awal berdirinya NKRI, hingga lahirnya UUD 1945 dan Pancasila.
AS Panji Gumilang juga menyoroti banyak hal termasuk dua persoalan utama yang dihadapi bangsa Indonesia, yakni darurat pendidikan dan darurat pangan. “Mau diakui atau tidak, kenyataannya pendidikan rata-rata bangsa Indonesia baru sampai tingkat SMP,” ujarnya, sembari menambahkan bahwa peringkat pendidikan Indonesia berada di posisi ke-54 dari 77 negara.
AS Panji Gumilang menegaskan bahwa untuk memajukan bangsa, rata-rata penduduk Indonesia harus mencapai tingkat pendidikan minimal SMA. “Kalau rata-rata penduduk Indonesia bisa tamat SMA, bangsa ini akan punya kemajuan,” katanya. Ia juga menceritakan pengalaman Al-Zaytun dalam meningkatkan pendidikan para karyawannya, dari mayoritas lulusan SD hingga 90% berhasil menyelesaikan pendidikan SMA melalui program kelas dewasa. Dalam 10 hingga 15 tahun, banyak dari mereka bahkan melanjutkan ke jenjang S1, S2, dan S3.
Di sisi lain, AS Panji Gumilang juga menyoroti persoalan pangan. Menurutnya, meskipun Indonesia memiliki potensi besar, bangsa ini masih menghadapi ketergantungan impor. “Kita harus punya visi menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia,” katanya, seraya menegaskan perlunya roadmap yang jelas untuk mencapainya.
AS Panji Gumilang mempertanyakan apakah cita-cita generasi 1945 masih mungkin terwujud di tengah kondisi saat ini. “Kalau ditanya mungkinkah? Ya, bisa mungkin, bisa tidak mungkin,” ungkapnya. Namun, Panji Gumilang optimis bahwa dengan perencanaan yang terukur, target besar ini dapat dicapai. Melalui orasinya, Panji Gumilang mengajak bangsa Indonesia untuk membangun visi yang jelas dalam memperbaiki pendidikan dan pangan demi mewujudkan masa depan yang lebih baik.
Profil Wisudawan Terbaik
Setelah Wakil Rektor Bidang Akademik, Fitri Rachmiati Sunarya, M.B.A., membacakan surat keputusan rektor mengenai kelulusan, acara dilanjutkan dengan prosesi wisuda yang dimulai pada pukul 11.22. Tiga wisudawan terbaik dipanggil satu per satu untuk menerima pelantikan sebagai perwakilan dari total 306 wisudawan. Prosesi ini menciptakan momen penuh haru bagi mereka dan keluarga. Janji wisudawan yang diucapkan bersama menjadi simbol komitmen dan kesiapan mereka untuk berkontribusi dalam masyarakat sebagai sumber daya manusia yang aktif, progresif, dan efektif. Setelah itu dilanjutkan dengan penyerahan tali kasih tanda tidak putus dari Wisudawan kepada Rektor IAI AL-AZIS. Berikut adalah profil tiga wisudawan yang berhasil menorehkan prestasi terbaik.
-
Alisatus Sina Asshobri, S.Pd.

Lulusan dari Fakultas Tarbiyah ini berhasil lulus dengan IPK 3,97 predikat Pujian. Skripsinya berjudul “Analisis Implikasi Tingkat Kemandirian Belajar terhadap Kemampuan Bahasa Lisan Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Ma’had Al-Zaytun”. Penelitiannya memberikan kontribusi penting dalam memahami hubungan antara kemandirian belajar dengan kemampuan bahasa lisan siswa, khususnya di lingkungan pendidikan Islam.
Alisatus lahir di Jakarta pada 15 Agustus 2001 dan selama masa studinya dikenal sebagai mahasiswa yang tekun dan berdedikasi tinggi. Dengan fokus pada pengembangan pendidikan dasar, karyanya diharapkan dapat menjadi rujukan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di madrasah.
-
Nur Alimatul Zahro, S.H.

Dari Fakultas Syariah, Nur Alimatul Zahro lulus dengan IPK 3,99 dan predikat Pujian. Lulusan asal Kali Padang ini menulis skripsi berjudul “Tinjauan Hukum Islam dan Pasal 29 Undang-Undang Dasar 1945 dalam Implementasi Toleransi Antar Umat Beragama di Ma’had Al-Zaytun”.
Penelitian ini mengupas bagaimana pasal konstitusi tentang kebebasan beragama diterapkan dalam praktik kehidupan sehari-hari, khususnya di lingkungan Ma’had Al-Zaytun. Lahir pada 12 Oktober 2001, Nur Alimatul menunjukkan ketajaman berpikir dalam membedah isu hukum Islam dengan pendekatan modern.
-
Zahra Asyidda Najibullah, S.Sos.

Fakultas Tarbiyah juga melahirkan lulusan berbakat lainnya, Zahra Asyidda Najibullah, dengan IPK 3,93 predikat Pujian. Skripsinya yang berjudul “Pengaruh Budaya Organisasi Pelajar Ma’had Al-Zaytun (OPMAZ) terhadap Perubahan Perilaku pada Santri Kelas 12 MA Ma’had Al-Zaytun” menyoroti pentingnya budaya organisasi dalam membentuk karakter generasi muda.
Zahra, yang lahir di Jakarta pada 24 April 2001, memberikan sumbangsih berharga dalam bidang pendidikan karakter. Penelitiannya dapat menjadi panduan strategis bagi lembaga pendidikan Islam dalam menciptakan budaya organisasi yang positif dan konstruktif.
Statistik Wisudawan
Berikut jumlah wisudawan (306 orang) berdasarkan program studi:
- Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah: 59
- Prodi Pendidikan Bahasa Arab: 28
- Prodi Hukum Tata Negara: 55
- Prodi Hukum Ekonomi Syariah: 65
- Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam: 72
- Prodi Manajemen Dakwah: 27
Penutupan dan Hiburan Seni
Sesi formal wisuda ditutup dengan khidmat pukul 13.19, ketika Ketua Senat menutup sidang diiringi lagu-lagu nasional seperti “Padamu Negeri” dan “Syukur.
Setelah itu, acara dilanjutkan dengan sesi ramah tamah di ruang makan. Pada pukul 13.55, MC membuka acara makan siang, diiringi berbagai hiburan seni. Tim Gamelan Hartono kembali memeriahkan suasana dengan melodi tradisional seperti “Kembang Glepang” dan “Yen Ing Tawang Ono Lintang”. Tidak ketinggalan, pertunjukan tari dari mahasiswa IAI AL-AZIS, termasuk tarian “Bapang” dan “Zamrud”, memberikan warna tersendiri.
Suasana menjadi lebih santai ketika grup band mahasiswa tampil membawakan lagu-lagu populer. Dari lagu “Nina” hingga “Heaven Knows”, semua disajikan dengan apik, membuat tamu undangan turut bernyanyi dan menikmati hiburan. Acara ditutup pukul 15.12, ketika seluruh tamu, Syaykh Al-Zaytun, Rektor, dan para senat meninggalkan ruang makan.
Wisuda Kelima IAI AL-AZIS ini tidak hanya menjadi perayaan akademik, tetapi juga momentum strategis untuk memperkenalkan inovasi teknologi, merayakan budaya, dan mempersiapkan lulusan dengan bekal nilai-nilai Islam dan kompetensi global. Semangat yang diusung dalam tema wisuda mencerminkan visi IAI AL-AZIS untuk terus menciptakan generasi yang berkontribusi aktif bagi bangsa dan dunia. (atur/TokohIndonesia.com)
Video Tiktok (VT) @tokoh.id
Berikut daftar Video Tiktok (VT) di akun @tokoh.id seputar Wisuda ke-5 IAI AL-AZIS
Alhamdulillah. Tulisannya keren, penulisan berita yang khas Tokoh Indonesia.