Dari Dunia Maritim ke Dirjen

Soeparno Prawiroadiredjo
 
0
186
Soeparno Prawiroadiredjo
Soeparno Prawiroadiredjo | Tokoh.ID

[ENSIKLOPEDI] Setelah meraih gelar Di­plom-Ingenieur Teknik Perkapalan dari Technis­che Hochschule Hannover, Jerman, Soeparno Prawi­ro­adiredjo memulai karir sebagai Engineering Su­peri­ntendant di PT Pelni (1960-1962). Kemudian menjabat Eselon II di Departemen Perhubungan Laut (1962-1966). Lalu, menjadi CEO (Dirut) PT. Kodja (Persero) selama 22 tahun (1966-1988) dan diangkat jadi Direktur Jenderal Industri Mesin, Logam Dasar dan Elektro­nika, Departemen Perin­dus­trian (1988-Maret 1994).

Saat bertugas sebagai Engineering Superinten­dant di PT Pelni (1960-1962), dia diserahi tanggung jawab atas: 1. kesiapan teknis dari armada; 2. pengem­bang­an rancang-bangun; 3. mempersiapkan spesifikasi kontrak bangunan baru dan reparasi; 4. merencanakan dan melaksanakan perawatan kapal sesuai ketentuan kelas; dan 5. melakukan evaluasi teknis dan operasional terhadap kapal-kapal.

Selain itu, dia juga aktif mengabdikan diri sebagai peng­ajar Luar Biasa Konstruksi dan Kekuatan Kapal di Universitas Hasanuddin (UNHAS) Makassar (1962-1981); pengajar Konstruksi Kapal, Matematika dan Fisika Teknik di Akademi Ilmu Pelayar­an; pengajar pada Kursus Ulang­an & Tambahan Ilmu Pelayaran; serta Anggota Panitia Ujian Negara untuk Mualim dan Masinis, Departemen Perhubung­an Laut, sejak tahun 1960 sampai 1981.

Kemudian, 1962, waktu Trikora (Tri Komando Rakyat)[1], dia dipindahkan ke Departemen Perhubungan Laut. Waktu itu ada pengerahan kekuatan untuk mendukung Trikora dalam rangka pembebasan Irian Barat dari kekuasaan Belanda. Soeparno menjadi Anggota Staf Komando Angkutan Laut (1962-1964), yang diketuai oleh Menteri Perhubung­an Abdulmutalip Danuningrat, memobilisasi armada niaga dan industri maritim untuk mendu­kung Trikora (pembebasan Irian Barat).

Di Departemen Perhubungan Laut, itu dia bertugas sampai tahun 1966, menjabat Kepala Direktorat Perkapalan dan Kepala Biro Pembangunan Perusahaan (pelayaran, industri kapal dan pelabuhan). Kala itu dia bertang­gung jawab: 1. Membantu Mente­ri menentukan kebijaksanaan dalam bidang teknik perkapalan; 2. Atas pelaksanaan kebijaksana­an yang digariskan menteri; 3. Memberikan dukungan teknis kepada armada nasional; 4. Atas pengembangan fasilitas reparasi dan perawatan kapal; 5. Meng­eva­luasi rancang bangun & spesifikasi dari kapal-kapal yang dibiayai pemerintah; 6. Pengem­bangan rancang-bangun kapal-kapal penumpang; dan 7. Peren­ca­naan & pengembangan pela­buhan dan pengerukan.

Selain bertanggung jawab atas jabatan struktural itu, pada tahun 1962, dia juga bertugas sebagai Ketua Team Konversi Trooptransporter “mvManoora” menjadi kapal haji KM Ambulom­bo, 18.000 GRT. Pada saat bersamaan, tahun 1962-1966) juga aktif sebagai Ketua Team Teknis Angkutan Haji. Tahun 1963-1965, sebagai Ketua Team Konversi dua tanker menjadi kapal haji di HongKong; Re-engineering KM Gn Jati 20.000 HP; dan Penasehat Teknis PT Arafat, pelayaran haji.

Kemudian, tahun 1966, Soepar­no ditawarkan memimpin PT Kodja (Persero). Dia melihat hal ini sebagai suatu tantangan sekaligus kesempatan baik untuk mengaplikasikan lebih jauh keahliannya, tekhnik perkapalan, di perusahaan galangan kapal milik negara yang baru berdiri tahun 1964 itu. Dia menyambut kesempatan itu. Dia pun menja­bat Dirut PT Kodja (Persero) selama 22 tahun, mulai tahun 1966 sampai 1988. Ditambah selama empat tahun (1990-1994) menjabat Komisaris Utama PT Dok Kodja Bahari (Persero)[2].

Sebagai Direktur Utama PT Kodja (Persero), dia bertanggung jawab atas: (1) Manajemen Umum Perusahaan, (2) Melaku­kan perawatan dan reparasi terhadap kapal-kapal nasional dan internasional, (3) Memba­ngun kapal-kapal baru untuk perusahaan nasional dan inter­na­sional. Juga milestone kapal-kapal nasional tipe Caraka Jaya 4200 dwt, Kapal Keruk Timah Singkep I (nilai kontrak USD 40 juta), dan Ferry pesanan Swedia “Mv. Gotland ” (niai kontrak USD 40 juta).

Selama memimpin PT Kodja (Persero), dia mengabdikan diri, hingga menjadikannya sebagai perusahaan galangan kapal yang patut dibanggakan dan mampu bersaing di tataran internasional. Dari seluruh rangkaian perjalan­an karirnya, ketika di PT Kodja (Presero) inilah dia paling menik­mati pekerjaannya. Di Kodja inilah dia memiliki rasa bangga. “Di situ (Kodja) prestasi saya, jelek dan buruk, naik turun, pancaroba,” ungkapnya. Suatu pengungkapan yang sangat tulus dan tidak berkehendak menonjol­kan diri. Hanya sekadar menun­jukkan betapa berkesan buat dia selama berkarya di PT Kodja (Persero).

Perihal kiprah Soeparno selama menjabat Dirut PT Kodja (Perse­ro), sebagai direksi ketiga, juga dapat dibaca pada Kodja dalam Kenangan, yang disusun oleh sebuah team, dipimpin oleh Drs. Suyanto S. Ica (Mantan Sekreta­ris Perusahaan, yang memulai karirnya di PT Kodja sejak tamat SMA).

Advertisement

Saat menjabat Direktur Utama PT Kodja (Persero), Soeparno juga aktif sebagai Ketua Team Konver­si dua tanker menjadi kapal haji di HongKong dan re-engineering “KM Gunung Jati” 20.000 HP, serta Penasehat Teknis PT Arafat, pelayaran haji (1963-1965). Di samping itu, tahun 1977-1978, Soeparno juga aktif sebagai Ketua Team Rancang Bangun & Engineering dan Pengawasan Pembangunan 2 Logcarrier 6000 dwt di Busan, Korea Selatan. Lalu melakukan studi konversi kapal-kapal niaga 4000 dwt untuk angkutan penumpang dalam negeri dengan bantuan dana dari Pemerintah Norwegia (1978).

Kemudian, tahun 1984-1987 melakukan Rancang Bangun & Engineering Landing Ship Utility untuk TNI-AD dalam rangka operasi Timor Timur. Tahun yang sama, juga bertanggung jawab atas pelaksanaan Engineering, Procurement, Rencana Produksi & Pembangunan Kapal Keruk Singkep I” untuk PT Timah, senilai US$.40 juta.

Setelah berhasil mengembang­kan bisnis PT Kodja (Persero), Menteri Perindustrian Ir. Hartar­to Sastrosoenarto, memintanya bertugas dulu di Departemen Perindustrian sebelum pensiun. Dengan Surat Keputusan yang ditandatangani Presiden Soehar­to, Soeparno dipercaya menjabat Direktur Jenderal Industri Mesin, Logam Dasar dan Elektronika, Departemen Perindustrian RI (1988-Maret 1994). Jabatan Dirjen, secara struktural lebih tinggi dari jabatan Direktur Utama Perusahaan Negara Kodja (PT Kodja). Jadi, sesungguhnya jabatan Dirjen itu sebuah pe­ning­katan dan bentuk penghar­gaan (reward) negara kepadanya.

Soeparno tentu menyukuri dan mengemban tugas dan kepercaya­an itu dengan senang hati dengan melakukan yang terbaik. Bahkan terkadang dia bekerja melampaui beban tugas jabatan­nya, tanpa melangkahi atasan dan aturan yang berlaku. Namun, jabatan lebih tinggi itu, tidak bisa dipadankan dengan kebang­gaan dan kepuasannya ketika berkarya di PT Kodja (Persero).

Sebagai Dirjen (Eselon I), dia bertanggung jawab atas: (1) Peningkatan daya saing industri nasional untuk peningkatan ekspor; (2) Pengembangan industri logam, mesin, industri otomotif, industri kapal, industri kapal, industri elektronika dan industri komponen industri kapal, industri elektronika, industri komponen; (3) Pengem­bangan Rancang Bangun dan Rekayasa.

Saat menjabat Dirjen Industri Mesin, Logam Dasar dan Elektro­nika dia juga aktif dan bertang­gung jawab atas pengawasan terhadap Engineering, Procurement, Rencana Produksi & Pembangunan kapal ferry “mv Gotland” untuk pelayaran di laut Baltik, senilai UD$.40 juta (1990-1993). Di samping itu, dia juga melakukan kerjasama luar negeri, promosi investasi, harmonised system bea cukai, kerjasama ekonomi Asia Pacific (APEC), pengembangan industri elektroni­ka bersama World Bank.

Dipercaya sebagai Dirjen, memang mengemban tugas yang lebih besar. Tugas itu pun diembannya dengan penuh pengabdian. Sebagai gambaran kinerjanya, Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) merilis (www. bappe­nas.go.id/get-file-server/node/6602/) bahwa kelompok industri mesin, logam dasar dan elektro­ni­ka yang telah meningkat sejak awal Repelita I, semakin mening­kat pada Repelita V, baik dalam produksi maupun jenis produk yang dihasilkan. Daya saingnya pun secara bertahap mulai meningkat, baik dalam bersaing di pasar dalam negeri terhadap produk impor maupun dalam menembus pasar luar negeri. Memang, sebagian besar hasil produksi kelompok industri mesin, logam dasar dan elektro­ni­ka masih berorientasi pada pasar dalam negeri, namun ekspor juga semakin menunjuk­kan peningkatan.

Kala itu, dalam rangka memacu peningkatan daya saing tersebut, di samping kebijaksanaan deregu­lasi dan debirokratisasi, dilaksa­na­kan pula upaya: (1) meningkat­kan kemampuan perangkat lunak, seperti perbaikan manaje­men, penguasaan teknologi rancang bangun dan perekayasa­an industri serta pelaksanaan program standardisasi produk industri; (2) mendorong industri-industri untuk melaksanakan program rehabilitasi, restrukturi­sa­si, diversifikasi dan perluasan.

Pada Maret 1994, dia pensiun sebagai pegawai negeri dalam jabatan struktural Dirjen. Namun masih aktif sebagai Komisaris PT Krakatau Steel (1989-2001), Penasehat PT Hitachi Construction Machinery (1994-2002), Komisaris PT Tira Austenite Tbk (1994-2002), Penasehat Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia (1994- sekarang). Atas pengabdiannya, dia telah menerima tanda jasa Satya Lencana Pembangunan dan Satya Lencana Karya Satya.

Dia merasa lega, dapat menja­lan­kan tugas dengan baik sebatas kemampuan sampai pensiun. Lalu, sejak 1994 sampai sekarang dia banyak melakukan kegiatan konsultasi, organisasi dan sosial. Bio TokohIndonesia.com | crs-ms

Footnote:

[1] Trikora (Tri Komando Rakyat) sebuah komando dari Presiden/ Panglima Tetinggi Angkatan Perang RI Soekarno yang dinyatakan dalam pidato di muka rapat raksasa di Alun-alun Yogyakarta, tanggal 19 Desember 1961, dalam rangka perjuangan pembebasan Irian Barat. Tri Komando Rakyat (Trikora) tersebut adalah: 1) Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda Kolonial; 2) Kibarkanlah Sang Merah Putih di Irian Barat Tanah Air Indonesia; 3) Bersiaplah untuk memobilisasi umum mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan Tanah Air dan Bangsa.
[2] PT Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero) disingkat DKB didirikan pada tahun 1990, penggabungan empat perusahaan galangan kapal nasional (BUMN), yakni PT. Dok & Perkapalan Tanjung Priok (Persero) yang didirikan sejak 1891, PT. Kodja (Persero) yang didirikan sejak tahun 1964, PT. Pelita Bahari (Persero) didirikan sejak 1964, dan PT. Dok & Galangan Kapal Nusantara (Persero) yang didirikan sejak tahun 1964. Penggabungan ini bertujuan mengonsolidasikan sinergi di antara galangan kapal BUMN itu untuk meningkatkan produktivitas dan efektifitas. Soeparno pula menjadi Komisaris Utama Dok Kodja Bahari yang pertama (1990-1994). (http://www.dokkodjabahari.com/external/our-profiles.html)

Data Singkat
Soeparno Prawiroadiredjo, Dirut PT Kodja (Persero) 1966-1988 / Dari Dunia Maritim ke Dirjen | Ensiklopedi | CEO, Kodja

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini