Revitalisasi Kejayaan Bumi Sriwijaya

Syahrial Oesman
 
0
199
Syahrial Oesman
Syahrial Oesman | Tokoh.ID

[ENSIKLOPEDI] Gubernur Sumatera Selatan Ir Syahrial Oesman, MM berupaya merevitalisasi kejayaan bumi Sriwijaya. Tercermin dari visinya:  Sumatera Selatan 2008 bersatu, lebih maju, sejahtera dan berdaya saing global dengan menerapkan otonomi daerah secara murni dan konsekuen. Mantan Bupati Ogan Komering Ulu, kelahiran Palembang, 25 Mei 1955, ini mencanaNgkan Sumsel sebagai lumbung pangan dan enerji.

Guna mewujudkan obsesinya, alumni Lemhannas 2001, ini melaksanakan empat misi, yakni: Pertama, Meningkatkan kinerja pemerintahan daerah ke arah realitas kepemerintahan yang baik untuk memacu kerjasama dan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat dan dunia usaha.

Kedua, Mengoptimalkan pendayagunaan potensi berbagai sumberdaya secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan guna meningkatkan daya saing Sumatera Selatan terhadap pasar regional, nasional dan internasional.

Ketiga, Meningkatkan pengembangan bidang-bidang unggulan guna mempercepat pengembangan industri serta peningkatan pendapatan masyarakat dan daerah.

Keempat, Meningkatkan kemandirian kabupaten/kota melalui penguatan kemampuan pembiayaan dalam rangka penyelenggaraan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab

Keempat misi itu dicanangkan untuk mencapai lima tujuan utama, Yakni: Pertama, Menjadikan Provinsi Sumatera Selatan sebagai pusat pertumbuhan ekonomiSumatera Bagian Selatan yang konduktif bagi ketertiban dan stabilitas regional maupun nasional.

Kedua, Memacu kepariwisataan daerah yang mengngkat harkat social budaya local sehingga menjadi sumber pendapatan masyarakat dan daerah yang semakin dapat diandalkan.

Ketiga, Mempercepat pertumbuhan agroindustri untuk meningkatkan nilai tambah produk dan nilai pendapatan masyarakat.

Keempat, Mengangkat potensi sumberdaya energi dan migas untuk memenuhi kebutuhan tenaga listrik daerah serta untuk menunjang percepatan pembangunan wilayah secara berkelanjutan.

Kelima, Memajukan sitem perdagangan yang mendorong peran aktif masyarakat dalam memperbesar intensitas dan volume perdagangan lintas kabupaten atau lintas provinsi dan perdagangan antar pulau ataupun ekspor impor.

Advertisement

Jadi Gubernur
Syahrial Oesman berpasangan denganMahyuddin terpilih menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur Sumsel periode 2003-2008 dengan meraih 38 dari 75 suara. Pasangan yang didukung Fraksi Persatuan Gabungan ini menang dengan hanya selisih satu suara dari pasangan Rosihan Arsyad dan Radjab Semendawai yang dijagokan F-PDIP dan F-PG dengan mengantongi 37 suara. Sementara, pasangan Harry Salman Farizi Sohar-Marzuki Alie didukung Fraksi Reformasi tidak meraih satu suara pun.

Pemilihan Gubernur Sumsel yang berlangsung dalam rapat paripurna DPRD Sumsel dipimpin Wakil Ketua Zamzami Achmad itu nyaris kisruh saat perhitungan suara yang terpaksa diulang tiga kali. Pada perhitungan pertama pasangan Syahrial Oesman-Mahyuddin meraih 38 suara dan pasangan Rosihan Arsyad-Radjab Semendawai 36 suara. Berarti ada suara yang hilang.

Perhitungan kedua dilakukan suara untuk pasanganSyahrial-Mahyudin berkurang dua, sementara untuk pasangan Rosihan- Radjab bertambah menjadi 37 suara. Masih ada satu suara yang hilang. Suasana makin tegang. Penghitungan ulang ketiga dilanjutkan, hasil akhirnya pasangan Syahrial-Mahyuddin memperoleh 38 suara dan Rosihan-Radjab 37 suara.

Kekalahan pasangan Rosihan-Radjab ini mengejutkan. Sebab berdasarkan kursi fraksi yang mendukungnya sedikitnya ia meraih 41 suara. Sebab di DPRD Sumsel Fraksi PDI-P memiliki 26 anggota dan Fraksi Partai Golkar 15 anggota. Tapi tampaknya tidak semua anggota kedua fraksi itu memilih Rosihan Arsyad yang ytengah menjabat Gubernur Sumsel (1998-2003).

Talenta yang dimiliki pria kelahiran 25 mei 1955 ini luar biasa. Dia menguasai tak kurang 7 bahasa asing pasif dan 1 bahasa asing aktif. Ketujuh bahasa asing pasif yang dikuasai Syahrial adalah; bahasa Arab, Perancis, Belanda, China, Jepang, Rusia, Inggris dan Jerman. Ditambah satu bahasa asing aktif yang dikuasainya, yakni bahasa Inggris.

Dengan kepiawaian dan kepandaiannya yang dimilikinya, membuat Syahrial sangat mudah bergaul dan diterima oleh siapapun juga dari berbagai kalangan.

Dengan kepiawaiannya juga Syahrial memiliki sejumlah penghargaan atas prestasi dan jasanya membangun Sumsel. Beberapa penghargaan tersebut adalah sebagai berikut; Tahun 1986 Syahrial mendapat Piagam Ekspidisi Pinisi-Vouncover RI dari Presiden kedua Indonesia, Soeharto. Penghargaan ini diberikan atas erhatian dia terhadap dunia maritime, khususnya kapal Phinisi. Menurut sejarah, Palembang terkenal dengan sebutan lain Bumi Sriwijaya ini terkenal dengan dunia miritimnya. Bukan hanya di Indonesia tapi juga mancanegara mulai China hingga Madagaskar, Benua Afrika.

Disusul kemudian penghargaan Satya Lencana pembangunan bidang koperasi, atas keberhasilan membangun Sumsel melalui koperasi terpadu. Penghargaan ini ia dapatkan tahun 1995. Penghagaan lain yang dia raih tahun 1995 adalah Peran serta pengadian dari presiden RI tahun 1995, disusul penghargaan Bintang Legiun Veteran RI dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2005. Pada tahun yang sama Syahrial mendapat penghargaan penghargaan pembina karang taruna dari Presiden. Serta masih banyak penghargaan-penghargaan lain yang dia dapatkan seperti penghargaan dari menteri Pertanian, Kepala BKKBM Pusat dan Kuartir Gerakan Pramuka Pusat.

Syahrial Oesman, beristrikan Maphilinda, kelahiran Palembang 2 Agustus 1964 yang merupakan campuran antara ibu yang berasal dari Lubuk Jantan – Kecamatan Lintau Buo Utara Kabupaten Tanah Datar dengan ayah yang berasal dari Sumatra Selatan. Maka secara adat Minang Kabau menurut garis ibu Maphilinda adalah orang Minangkabau. Sementara Syahrial Oesman disebut sebagai Urang Sumando.
Sebagai orang Sumando Minagkabau, sosok Syahrial Oesman Selama ini telah memberikan perhatian yang tinggi kepada para perantau Sumatra Barat yang bermukim di Sumatra Selatan. Telah banyak motifasi dan bantuan yang di berikan oleh Sahrial Oesman dan warga perantau Minangkabau pun telah merasakannya.

Berdasarkan keberadaan beliau sebagai ” Urang Sumando Ninik Mamak”. Oleh sebab itulah maka para Ninik Mamak dari kerapatan Adat Nagari dan Nagari Lubuk Jantan memberinya gelar Bagindo Raso nan Kayo.

Pemimpin Sederhana Bertoleransi Tinggi
Syahrial Oesman sebagai pemimpin bersahaja. Suatu hari ia bersama istrinya berkeliling ko Tarutung, Tapanuli Utara dengan mengendarai sepeda motor. Tak ada sedikitpun sikap gengsi atau malu, kendati dia adalah orang nomor satu di Palembang. Kemudian Syahrial menyempatkan diri singgah di kantor pusat HKBP di Pearaja, Tarutung.

Walau dia beragama Islam, rasa toleransinya begitu tinggi. Diapun merasa kagum melihat kebesaran gereja HKBP. Para jemaat gereja tersebut menyebar sampai kepelosok negeri dan bahkan luar negeri. Gereja HKBP di Tapanuli tersebut hamper sama dengan HKBP yang ada di Palembang. Hanya di Tapanuli gerejanya lebih besar.

Selama berada di Tarutung Syahrial pun menyempatkan melihat langsung objek wisata Salib Kasih. Dan diapun menyempatkan diri bertemu dengan warga Tarutung secara langsung di gedung Sopo Partungkoan. Bahkan pada kesempatan tersebut Syahrial mendapatkan pakaian adat Batak Toba “sape-sape dan piso halasan . Tak ketinggalan Nyonya Maphilinda pun merasa bangga menerima sarung hajut dan sirtoli.

Pada kesempatan tersebut Syahrial mendapatkan gelar Raja Pargomgom. Gelar ini diberikan atas dedikasinya sebagai pelindung dan penasehat orang Batak rantau yang ada di Sumsel. Syahrial mengaku sangat senang dengan gelar tersebut. Kedatangan Syahrial ke Tapanuli memberikan kesan yang mendalam bagi Bupati Tapanuli Utara, Torang Lumbantobing. Dia meminta gubernur senantiasa peduli dan melindungi orang Batak yang ada di Sumsel.

Selaku Gubernur Sumsel, Syahrial yang memiliki sifat toleransi yang tinggi terhadap berbagai agama dan suku yang ada di tempatnya dan ia berjanji akan selalu melindungi dan menghormati pemeluk agama lain atau suku lain di daerahnya.

Di Palembang sendiri menurut Syahrial sering diadakan pagelaran budaya Batak dan mendapat respon positif dari warga di sana. Bahkan mereka mendirikan perkumpulan dan arisan marga per marga untuk menjalin rasa persaudaraan bagi sesama.

Usai dari Tarutung, rombongan Gubernur Sumsel menuju Hutaginjang, Kecamatan Muara, untuk melihat panorama Danau Toba. Sesudahnya mereka ke Medan untuk menghadiri acara yang digelar alumni Universitas Sriwijaya yang berdomisili di Sumut. e-ti/az

Sumatera Selatan Lumbung Pangan dan Energi
Melihat potensi sumberdaya alam yang melimpah ruah, tidaklah berlebihan bila Propinsi Sumatera Selatan menjadi terdepan dalam dua pilar penting yang selama ini menjadi pijakan bagi kesejahteraan masyarakat Palembang. Dua pilar tersebut adalah Propinsi Lumbung Pangan dan Propinsi Lumbung Energi.

Sumatera Selatan sebagai Propinsi Lumbung Pangan ini mempunyai orientasi mengatasi masalah kemiskinan, pengangguran dan peningkatan pendapatan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumatera Selatan.

Dalam penjabaran lebih luas lagi propinsi lumbung pangan dimaknai sebagai potensi non migas yang berasal dari sektor pertanian dan beberapa sector lain yang terkait. Tahun 2006 total PDRB non migas Sumatera Selatan memberi konstribusi sebesar 66.54 persen. Konstribusi ini selain berasal dari sector pertanian juga berasal dari sector industri dan sector perdagangan.

Pencanangan sebagai Propinsi Lumbung Pangan ini diperkuat melalui rencana strategis tahun 2003 – 2008 yang berpijak pada perspektif pembangunan Sumatera Selatan sebelumnya. Dalam salah-satu butirnya dijelaskan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi non migas propinsi Sumatera Selatan tahun 2002 sebesar 4,63 %. Dalam kurun waktu lima tahun 1998-2002, terjadi peningkatan pendapatan perkapita non migas dari US $ 385 menjadi US $ 608. Peningkatan sector non migas tahun 1998 sebesar US$ 63,90 meningkat menjadi US $ 70,38 tahun 2002.

Sementara, sebagai Propinsi Lumbung Energi, pemaknaannya lebih pada potensi sumber daya energi Sumatera Selatan. Sumber ini meliputi minyak bumi yang mempunyai cadangan minyak 705 MMSTB, setara dengan 9,8 % cadangan minyak nasional. Disusul cadangan gas bumi sebesar 7.235 BSCF atau 7,01 % setara dengan cadangan gas nasional, dan batubara memiliki cadangan sebesar18,13 miliar ton atau setara dengan 34% cadangan batubara Indonesia serta sumber energi listrik.

Propinsi Lumbung Pangan Sub Sektor Pertanian
Sebagai propinsi lumbung pangan, Sumatera Selatan memiliki potensi sumber daya lahan yang luar biasa. Luas lahannya mencapai 752.150 Ha. Sumber daya lahan tersebut digunakan sebagai lahan sawah irigasi, tadah hujan, rawa pasang surut, lebak dan lahan kering. Dari lahan ini menghasilkan berbagai produk unggulan yang meliputi; tanaman padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar ditambah komoditas unggulan lain berupa sayuran dan buah – buahan.

Tahun 2005 total produksi padi Sumatera Selatan sebesar 2.320.110 ton gabah kering giling (GKG) atau setara beras 1.466.310 ton. Kontribusi terbesar diperoleh dari lahan sawah dengan kisaran 2.148.182 ton GKG atau mencapai 92,6%. Bila dikalkulasi dengan perhitungan jumlah penduduk sebanyak 6.755.900 jiwa, maka konsumsi beras perkapita/tahun sebesar 124 kg. Sehingga tahun 2005 Sumatera Selatan mengalami surplus beras sebesar 484.088 ton.

Keberhasilan diatas harus terus ditingkatkan dengan memanfaatkan potensi sumber daya lahan yang tersedia secara optimal dan menyeluruh, peningkatan pelayanan jaringan irigasi dan rawa, penggunaan agroinput, peningkatan kemampuan petani mengakses modal perbankan dan pengembangan penggunaan alat mesin pertanian. Selain itu diperlukan pula modal petani, investasi, perbaikan infrastruktur jaringan irigasi dan drainase. kesemuanya itu memerlukan dukungan dana yang cukup besar mencapai Rp3,3 Trilyun. Bila kondisi ideal ini dilaksanakan bukan tidak mungkin kedepan Sumatera Selatan mampu meningkatkan produksi padi hingga 5 juta ton GKG atau setara beras 3 juta ton atau lebih.

Kemudian, peluang investasi sub sector pertanian ini terletak pada potensi pengembangan lahan sawah seluas 238.974 Ha menjadi lahan sawah baru. Lahan ini memang belum dimanfaatkan, selama ini hanya memanfaatkan lahan seluas 752.150 Ha Diharapkan pemanfaatan lahan yang baru satu kali tanam (IP 100) seluas 399.521 Ha ini dikembangkan menjadi dua kali tanam (IP 200) seluas 155.322 ha. Hal yang perlu diperhatikan adalah rehabilitasi sarana irigasi/drainase, Tata Air Mikro (TAM), Pengembangan Alsintan, Handtraktor dan pompa air, Penggunaan Benih Unggul, Pemupukan dan Penyuluhan serta Pendampingan.

Propinsi Lumbung Energi Sektor Pertambangan
Potensi sumber daya alam atau sumber energi Sumatera Selatan melimpah ruah. Sumber energi ini meliputi minyak bumi, gas bumi, batubara dan energi kelistrikan. Semua potensi tersebut merupakan modal dasar dalam mewujudkan Sumatera Selatan sebagai Lumbung Energi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat Palembang.

Sector minyak propinsi Sumatera Selatan memiliki cadangan minyak sebesar 705 MMSTB setara dengan 9,8 % cadangan minyak nasional, Disusul cadangan gas bumi sebesar 7.235 BSCF atau 7,01 % setara dengan cadangan gas nasional, dan batubara memiliki cadangan sebesar18,13 miliar ton atau setara dengan 34% cadangan batubara Indonesia.

Sementara, pembangunan ketenagalistrikan di Sumatera Selatan melalui Pembangkit listrik Tenaga Gas (PLTG) dan pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dua potensi ini yang akan menjawab kelangkaan listrik di Jawa dan Sumatera. Selain itu sebagai ekspor ke Malaysia dalam pengembangan pemanfaatan BBG untuk industri, komersial, rumah tangga dan transportasi.

Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat pula beberapa industri besar seperti PT Tambang Batubara Bukit Asam, PT Semen Baturaja dan Unit Pengolahan dan Pemasaran Pertamina. Khusus pembangunan ketenagalistrikan di Sumatera Selatan melalui Pembangkit listrik Tenaga Gas (PLTG) dan pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebagai potensi yang akan menjawab kelangkaan listrik di Jawa dan Sumatera. Selain itu sebagai ekspor ke Malaysia dalam pengembangan pemanfaatan BBG untuk industri, komersial, rumah tangga dan transportasi.
Peluang investasi sector pertambangan Sumatera Selatan masih terbuka lebar. Dimana masih tersedia cukup banyak cadangan migas, batubara, dan sumber energi kelistrikan yang belum dikelola dan membutuhkan adanya investor untuk mengelolahnya.

Sebagai gambaran beberapa peluang investasi yang di prioritaskan, pertama, potensi minyak bumi, yang mempunyai cadangan sebesar 5.034.082 MSTB. Selama ini ekploitasi pertamina dan mitranya selama 1998-2002 baru memproduksi rata-rata 3.718.720 barrel perhari. Disusul Gas alam yang berlokasi di kabupaten Musi Banyuasin, Lahat, Musi Rawas dan Ogan Komering Ilir. Nilai produksinya mencapai 7.238 BSCF. Ekploitasi 4 tahun terakhir baru menghasilkan pruduksi rata-rata 2.247.124 MMSCF. Kegunaan gas alam ini adalah bahan pembangkit tenaga listik, produk plastik dan pupuk.

Selanjutnya batu bara, cadangan batubara di Sumatera Selatan mencapai 18,13 milyar ton. Lokasi batubara terdapat di kabupaten Muara Enim, Lahat, Musi Banyuasin dan Musi Rawas. Mutu cadangan batubara pada umumnya berjenis lignit dengan kandungan kalori antara 4800-5400 Kcal/kg. Batubara ini baru dikelola PT Bukit Asam dam dan PT Bukit Kendi di lokasi Kabupaten Muara Enim.masih tersedia cadangan batubara senilai 13,07 Milyar Ton yang belum dikelola sama sekali.

Disusul kemudian peluang investasi pembangkit tenaga listrik yang berdaya tampung 411,975 KW. Saat ini PLN Propinsi Sumatera Selatan masih defisit lebih kurang 90 Mega Watt. Dengan kebutuhan setiap tahun meningkat diprediksi tahun 2012 defisit PLN di Sumatera Selatan akan mencapai 291,91 Mega Watt. Oleh sebab itu dibutuhkan investor untuk menenamkan modal menghindari deficit listrik.

Sumsel Lumbung Pangan dan Energi

Gubernur Syahrial Oesman mencanangkan Provinsi Sumatera Selatan sebagai lumbung pangan dan lumbung eneggi. Potensi sumberdaya alam yang melimpah ruah, menjadikannya optimis mengupayakan Sumsel menjadi terdepan dalam dua pilar penting tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumsel sebagai bagian integral NKRI.

Sumatera Selatan sebagai Propinsi Lumbung Pangan mempunyai orientasi mengatasi masalah kemiskinan, pengangguran dan peningkatan pendapatan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumatera Selatan.

Dalam penjabaran lebih luas lagi propinsi lumbung pangan dimaknai sebagai potensi non migas yang berasal dari sektor pertanian dan beberapa sector lain yang terkait. Tahun 2006 total PDRB non migas Sumatera Selatan memberi konstribusi sebesar 66.54 persen. Konstribusi ini selain berasal dari sector pertanian juga berasal dari sector industri dan sector perdagangan.

Pencanangan sebagai Propinsi Lumbung Pangan ini diperkuat melalui rencana strategis tahun 2003 – 2008 yang berpijak pada perspektif pembangunan Sumatera Selatan sebelumnya. Dalam salah-satu butirnya dijelaskan bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi non migas propinsi Sumatera Selatan tahun 2002 sebesar 4,63 %. Dalam kurun waktu lima tahun 1998-2002, terjadi peningkatan pendapatan perkapita non migas dari US $ 385 menjadi US $ 608. Peningkatan sector non migas tahun 1998 sebesar US$ 63,90 meningkat menjadi US $ 70,38 tahun 2002.

Sementara, sebagai Propinsi Lumbung Energi, pemaknaannya lebih pada potensi sumber daya energi Sumatera Selatan. Sumber ini meliputi minyak bumi yang mempunyai cadangan minyak 705 MMSTB, setara dengan 9,8 % cadangan minyak nasional. Disusul cadangan gas bumi sebesar 7.235 BSCF atau 7,01 % setara dengan cadangan gas nasional, dan batubara memiliki cadangan sebesar18,13 miliar ton atau setara dengan 34% cadangan batubara Indonesia serta sumber energi listrik.

Propinsi Lumbung Pangan
Sub Sektor Pertanian: Sebagai propinsi lumbung pangan, Sumatera Selatan memiliki potensi sumber daya lahan yang luar biasa. Luas lahannya mencapai 752.150 Ha. Sumber daya lahan tersebut digunakan sebagai lahan sawah irigasi, tadah hujan, rawa pasang surut, lebak dan lahan kering. Dari lahan ini menghasilkan berbagai produk unggulan yang meliputi; tanaman padi, jagung, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar ditambah komoditas unggulan lain berupa sayuran dan buah – buahan.

Tahun 2005 total produksi padi Sumatera Selatan sebesar 2.320.110 ton gabah kering giling (GKG) atau setara beras 1.466.310 ton. Kontribusi terbesar diperoleh dari lahan sawah dengan kisaran 2.148.182 ton GKG atau mencapai 92,6%. Bila dikalkulasi dengan perhitungan jumlah penduduk sebanyak 6.755.900 jiwa, maka konsumsi beras perkapita/tahun sebesar 124 kg. Sehingga tahun 2005 Sumatera Selatan mengalami surplus beras sebesar 484.088 ton.

Keberhasilan diatas harus terus ditingkatkan dengan memanfaatkan potensi sumber daya lahan yang tersedia secara optimal dan menyeluruh, peningkatan pelayanan jaringan irigasi dan rawa, penggunaan agroinput, peningkatan kemampuan petani mengakses modal perbankan dan pengembangan penggunaan alat mesin pertanian. Selain itu diperlukan pula modal petani, investasi, perbaikan infrastruktur jaringan irigasi dan drainase. kesemuanya itu memerlukan dukungan dana yang cukup besar mencapai Rp3,3 Trilyun. Bila kondisi ideal ini dilaksanakan bukan tidak mungkin kedepan Sumatera Selatan mampu meningkatkan produksi padi hingga 5 juta ton GKG atau setara beras 3 juta ton atau lebih.

Kemudian, peluang investasi sub sector pertanian ini terletak pada potensi pengembangan lahan sawah seluas 238.974 Ha menjadi lahan sawah baru. Lahan ini memang belum dimanfaatkan, selama ini hanya memanfaatkan lahan seluas 752.150 Ha Diharapkan pemanfaatan lahan yang baru satu kali tanam (IP 100) seluas 399.521 Ha ini dikembangkan menjadi dua kali tanam (IP 200) seluas 155.322 ha. Hal yang perlu diperhatikan adalah rehabilitasi sarana irigasi/drainase, Tata Air Mikro (TAM), Pengembangan Alsintan, Handtraktor dan pompa air, Penggunaan Benih Unggul, Pemupukan dan Penyuluhan serta Pendampingan.

Propinsi Lumbung Energi
Sektor Pertambangan: Potensi sumber daya alam atau sumber energi Sumatera Selatan melimpah ruah. Sumber energi ini meliputi minyak bumi, gas bumi, batubara dan energi kelistrikan. Semua potensi tersebut merupakan modal dasar dalam mewujudkan Sumatera Selatan sebagai Lumbung Energi dalam rangka meningkatkan kesejahteraan perekonomian masyarakat Palembang.

Sector minyak propinsi Sumatera Selatan memiliki cadangan minyak sebesar 705 MMSTB setara dengan 9,8 % cadangan minyak nasional, Disusul cadangan gas bumi sebesar 7.235 BSCF atau 7,01 % setara dengan cadangan gas nasional, dan batubara memiliki cadangan sebesar18,13 miliar ton atau setara dengan 34% cadangan batubara Indonesia.

Sementara, pembangunan ketenagalistrikan di Sumatera Selatan melalui Pembangkit listrik Tenaga Gas (PLTG) dan pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dua potensi ini yang akan menjawab kelangkaan listrik di Jawa dan Sumatera. Selain itu sebagai ekspor ke Malaysia dalam pengembangan pemanfaatan BBG untuk industri, komersial, rumah tangga dan transportasi.

Di Provinsi Sumatera Selatan terdapat pula beberapa industri besar seperti PT Tambang Batubara Bukit Asam, PT Semen Baturaja dan Unit Pengolahan dan Pemasaran Pertamina. Khusus pembangunan ketenagalistrikan di Sumatera Selatan melalui Pembangkit listrik Tenaga Gas (PLTG) dan pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) sebagai potensi yang akan menjawab kelangkaan listrik di Jawa dan Sumatera. Selain itu sebagai ekspor ke Malaysia dalam pengembangan pemanfaatan BBG untuk industri, komersial, rumah tangga dan transportasi.

Peluang investasi sector pertambangan Sumatera Selatan masih terbuka lebar. Dimana masih tersedia cukup banyak cadangan migas, batubara, dan sumber energi kelistrikan yang belum dikelola dan membutuhkan adanya investor untuk mengelolahnya.

Sebagai gambaran beberapa peluang investasi yang di prioritaskan, pertama, potensi minyak bumi, yang mempunyai cadangan sebesar 5.034.082 MSTB. Selama ini ekploitasi pertamina dan mitranya selama 1998-2002 baru memproduksi rata-rata 3.718.720 barrel perhari. Disusul Gas alam yang berlokasi di kabupaten Musi Banyuasin, Lahat, Musi Rawas dan Ogan Komering Ilir. Nilai produksinya mencapai 7.238 BSCF. Ekploitasi 4 tahun terakhir baru menghasilkan pruduksi rata-rata 2.247.124 MMSCF. Kegunaan gas alam ini adalah bahan pembangkit tenaga listik, produk plastik dan pupuk.

Selanjutnya batu bara, cadangan batubara di Sumatera Selatan mencapai 18,13 milyar ton. Lokasi batubara terdapat di kabupaten Muara Enim, Lahat, Musi Banyuasin dan Musi Rawas. Mutu cadangan batubara pada umumnya berjenis lignit dengan kandungan kalori antara 4800-5400 Kcal/kg. Batubara ini baru dikelola PT Bukit Asam dam dan PT Bukit Kendi di lokasi Kabupaten Muara Enim.masih tersedia cadangan batubara senilai 13,07 Milyar Ton yang belum dikelola sama sekali.

Disusul kemudian peluang investasi pembangkit tenaga listrik yang berdaya tampung 411,975 KW. Saat ini PLN Propinsi Sumatera Selatan masih defisit lebih kurang 90 Mega Watt. Dengan kebutuhan setiap tahun meningkat diprediksi tahun 2012 defisit PLN di Sumatera Selatan akan mencapai 291,91 Mega Watt. Oleh sebab itu dibutuhkan investor untuk menenamkan modal menghindari deficit listrik e-ti/az

Data Singkat
Syahrial Oesman, Gubernur Sumatera Selatan (2003-2008) / Revitalisasi Kejayaan Bumi Sriwijaya | Ensiklopedi | Bupati, Gubernur, Universitas Sriwijaya, Lemhannas

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini