Tatkala Didaulat Jadi Presiden

Sumitro
 
0
302
Sumitro
Sumitro | Tokoh.ID

[ENSIKLOPEDI] Jenderal TNI AD Sumitro saat menjabat Pangkopkamtib/Wapangab (1971-1974), sebuah jabatan yang sangat berkuasa pada era itu, didaulat para aktivis mahasiswa untuk berkenan menjadi Presiden RI menggantikan Jenderal Soeharto. Akibatnya, Sumitro yang akrab dengan mahasiswa ‘terpaksa’ mengundurkan diri.

Kala itu terjadi unjuk rasa mahasiswa menentang berbagai kebijakan pemerintah, antara lain tentang produk-produk Jepang yang menguasai pasar domestik. Unjuk rasa itu ditentang penguasa dan berujung pada terjadinya kerusuhan. Sehingga pemerintah menyebutnya sebagai Peristiwa Malari (Malapetaka 15 Januari 1974).

Dalam situasi demonstrasi yang memanas tersebut, Jenderal Sumitro menemui mahasiswa. Ia berpidato di hadapan mehasiswa untuk menenangkan situasi. Mahasiswa menyambutnya dengan hangat dan bahkan mendaulatnya untuk berkenan menjadi presiden menggantikan Soeharto.

Situasi ini membuat posisi Sumitro menjadi sulit dan harus disingkirkan dari jabatan yang amat berpengaruh saat itu. Sumitro tampaknya sangat menyadari situasi itu, ia pun mengundurkan diri dari jabatan Pangkopkamtib.[1]

Kemudian, Sumitro kelahiran 13 Januari 2007, berada di luar lingkaran kekuasaan. Dia pun tetap bersuara nyaring untuk mencerahkan kehidupan bangsa yang lebih baik hingga akhir hayatnya. Dia meninggal di Jakarta, 10 Mei 1998.

Situasi itu membuat posisi Sumitro menjadi sulit dan harus disingkirkan dari jabatan yang amat berpengaruh saat itu. Sumitro tampaknya sangat menyadari situasi itu, ia pun mengundurkan diri dari jabatan Pangkopkamtib.

Soemitro, putera seorang kasir di PG Gending, yang juga aktivis PNI. Kasih sayang ibunya, ibu rumah tangga, membekas dalam kalbunya. Dia mengecap pendidikan di pondok pesantren. Tapi, saat usia 16 tahun, ia mendapat firasat akan menjadi tentara (mayor). Ia pun meyakini firasat itu.

Maka ketika ada permintaan menjadi prajurit pembantu PETA, ia segera melamar. Dia diterima bersama beberapa orang rekannya. Mereka diberangkatkan ke Bogor. Selama pendidikan, ia terkenal sebagai perwira yang paling nakal dan sering melanggar peraturan.

Ketika agresi Belanda II, ia telah dipercaya menjabat wakil Komandan Sub-Wehkreise di Malang. Dia mendapat perintah dari Panglima Komando Jawa, Kolonel Nasution untuk melakukan perang wingate, sebuah strategi yang dilakukan Jenderal Wingate asal Burma, mirip dengan strategi gerilya. Ia sukses menjalankan tugas itu.

Kemudian dia diangkat menjadi Komandan Batalyon I di Malang. Saat itu ia ditantang Mayjen Bambang Sugeng untuk membersihkan segitiga Sidoarjo, Mojokerto dan Pasuruan. Enam bulan kemudian dia berhasil membersihkan para laskar liar, dan diperhadapkan dengan Bung Karno, yang saat itu berada di Sidoarjo. [2] Penulis: Ch. Robin Simanullang | Bio TokohIndonesia.com

Referensi:
– [1] Pusat Data Tokoh Indonesia
– [2] PDAT

Advertisement
Data Singkat
Sumitro, Pangkopkamtib/Wapangab (1971-1974) / Tatkala Didaulat Jadi Presiden | Ensiklopedi | Jenderal, TNI, Pangdam, Pangkopkamtib

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini