Pembukaan & Refleksi 150 Hari Pemerintahan Prabowo Subianto

Wawancara Terbuka Presiden Prabowo dengan Tujuh Jurnalis

 
0
41
Pembukaan & Refleksi 150 Hari Pemerintahan
Wawancara Terbuka Presiden Prabowo dengan Tujuh Jurnalis

Wawancara terbuka antara Presiden Prabowo Subianto dan tujuh jurnalis senior dari media nasional pada Minggu, 6 April 2025 menjadi salah satu momen penting dalam 150 hari pertama masa kepemimpinannya. Diselenggarakan di kediaman pribadinya di Hambalang, Bogor, wawancara ini tidak hanya menampilkan sisi strategis dari kebijakan pemerintahan, tetapi juga refleksi personal seorang Presiden yang baru saja menapaki jabatan tertinggi di republik ini.

Tujuh jurnalis yang hadir dalam wawancara ini adalah Alfito Deannova (Pemimpin Redaksi Detikcom), Uni Lubis (Pemimpin Redaksi IDN Times), Lalu Mara Satriawangsa (Pemimpin Redaksi TV One), Najwa Shihab (Founder Narasi), Sutta Dharmasaputra (Pemimpin Redaksi Harian Kompas), Retno Pinasti (Pemimpin Redaksi SCTV dan Indosiar), dan Valerina Daniel (TVRI Nasional).

Tulisan ini mengangkat isi Sesi 1: Pembukaan & Refleksi 150 Hari Pemerintahan, yang disusun berdasarkan video wawancara lengkap di kanal YouTube Narasi Newsroom, berjudul “Presiden Prabowo Menjawab.” Mengingat durasi wawancara yang cukup panjang – sekitar 3 jam 26 menit – tidak menutup kemungkinan ada bagian-bagian yang tidak tertangkap secara utuh atau sempurna dalam proses transkripsi.

Untuk memudahkan pembaca menikmati isi wawancara secara nyaman dan terstruktur, transkrip telah ditata ulang tanpa mengubah substansi, termasuk menyusun ulang kalimat-kalimat yang panjang, menghapus pengulangan yang tidak perlu, serta menambahkan tanda baca agar lebih mudah dipahami.

Untuk memahami konteks penuh, ekspresi nonverbal, dan keseluruhan dinamika diskusi, kami menganjurkan pembaca menyimak langsung wawancara lengkap melalui kanal resmi Narasi di YouTube.

Sesi 1: Pembukaan & Refleksi 150 Hari Pemerintahan

Valerina Daniel (TVRI):
Halo pemirsa di seluruh tanah air, senang sekali hari ini kami bisa menjumpai Anda dari kediaman Presiden Prabowo Subianto di Hambalang, Jawa Barat, dalam acara “Presiden Menjawab: Wawancara dengan Tujuh Jurnalis Indonesia”. Saya, Valerina Daniel, mewakili TVRI, hari ini bersama enam jurnalis media lainnya diberikan kesempatan untuk berdialog langsung bersama Presiden Prabowo Subianto tentang beragam topik terkait 150 hari masa pemerintahan, pencapaian Asta Cita, dan topik menarik lainnya yang hangat diperbincangkan masyarakat.

Sebelum dialog kita mulai, saya sapa terlebih dahulu Bapak Presiden Prabowo yang sudah bersama kita hari ini. Apa kabar, Bapak?

Presiden Prabowo:
Alhamdulillah, alhamdulillah. Sehat ya.

Valerina:
Senang sekali kita bisa masuk ke library Bapak ini yang luar biasa sekali, banyak sekali bukunya. Lengkap sekali ya, Pak.

Advertisement

Presiden Prabowo:
Pertama kali ya?

Valerina:
Pertama kali, iya. Ini dan pertama kali kita semua berkumpul di sini untuk berdialog langsung dengan Bapak. Terima kasih sekali lagi, Bapak, atas kesempatan yang diberikan kepada kami semua pada hari ini.

Nah, mungkin untuk mengawal dialog kita pada hari ini, Bapak mungkin bisa ceritakan kepada kita semua apa saja pencapaian yang sudah dilakukan oleh pemerintah selama 150 hari masa pemerintahannya sampai dengan hari ini?

Refleksi Presiden Prabowo atas 150 Hari Pemerintahan

Presiden Prabowo:
Terima kasih, Mbak Valerina, dan semua rekan-rekan jurnalis senior yang saya hormati – Mas Vito, Mbak Uni, Pak Lalu, Mbak Nana, Pak Sutta, Mbak Retno. Terima kasih atas kehadiran di sini. Memang saya merasa perlu untuk berdialog langsung mengenai 150 hari ini. Sebentar lagi ini, kalau tidak salah, sudah sampai 150 hari ya.

150 hari pemerintahan yang saya pimpin, sebenarnya boleh saya katakan dengan apa adanya, bahwa saya mempunyai suatu keberuntungan. Masa antara saya ditetapkan oleh KPU sebagai pemenang pemilihan presiden dan saat saya dilantik cukup lama – kalau enggak salah, 6 bulan.

Nah, 6 bulan itu saya manfaatkan benar-benar untuk persiapan. Saya kumpulkan beberapa pakar inti saya, saya diskusi. Tentunya kita sudah punya program, strategi yang sudah kita umumkan. Tapi kuncinya adalah bagaimana strategi yang sudah kita canangkan, yang sudah kita godok, bisa diimplementasikan, bisa dieksekusi. Kuncinya itu. Gagasan terbaik, cita-cita terhebat, ujungnya adalah: bagaimana mewujudkan, bagaimana men-deliver.

6 bulan itu saya manfaatkan. Bisa dikatakan waktu itu saya sudah tidak ada waktu istirahat. Memang tidak di-cover oleh wartawan, media, tapi kita kerja terus. Dan saya harus akui juga, saya sangat dibantu oleh pendahulu saya, Presiden Joko Widodo. Beliau sangat membantu saya. Setelah saya dinyatakan presiden terpilih – bukan presiden yang belum dilantik – saya diajak hampir semua pertemuan kabinet, termasuk yang bukan bidang saya. Saya waktu itu Menteri Pertahanan, tapi saya sudah diikutkan dalam rapat tentang pertanian, ekonomi, keuangan. Jadi saya benar-benar memiliki waktu persiapan yang cukup.

Begitu kita mulai, kita sudah tahu apa yang harus dilaksanakan: eksekusi, eksekusi, eksekusi.

 

Pembangunan Fondasi: Swasembada Pangan, Energi, dan Air

Presiden Prabowo:
Sebagaimana sudah diketahui, dan sudah bertahun-tahun saya merasa bahwa pembangunan Indonesia – pembangunan ekonomi Indonesia – kuncinya adalah landasan paling kokoh, yaitu swasembada pangan, swasembada energi, dan swasembada air.

Dan ternyata memang, PBB – United Nations – dan hampir semua perencana dan pemikir ekonomi dunia, melihat masalah yang dihadapi oleh dunia di abad ke-21 dan saat-saat sekarang justru adalah itu: pangan, energi, air. Yang mereka sebut “Food, Energy, Water”.

Saya berkeyakinan itu. Di situlah tim saya mewujudkan. Berarti apa? Kita harus swasembada pangan. Bagaimana caranya? Kita harus membuat semua ladang, semua kawasan sawah, dan lahan-lahan pertanian efisien. Kita harus memudahkan para petani kita untuk berproduksi. Kita harus membuat petani kita makmur.

Perkembangan 30-40 tahun terakhir menunjukkan bahwa anak-anak petani banyak yang tidak mau jadi petani lagi, meninggalkan desa-desa karena merasa kehidupan petani identik dengan susah, dengan miskin.

Saya sudah memperhatikan itu sejak puluhan tahun lalu, sejak saya masih muda – mayor bahkan – saya sudah melihat bahwa masalah kunci Indonesia adalah, antara lain, pertanian. Saya belajar sejarah semua negara kuat, semua negara besar, semua negara sukses: pertaniannya kuat, pertaniannya sukses.

Begitu saya dilantik, keyakinan-keyakinan saya itu saya wujudkan. Bagaimana pupuk sampai ke petani tanpa terlalu banyak perizinan, tanda tangan, dan tanpa terlalu banyak perantara – middleman, broker, dan sebagainya. Bagaimana juga harga penerimaan petani, income dia, penghasilannya, bisa naik.

Ini fenomena puluhan tahun di semua negara agraris: petani sering jadi korban dari sistem yang tidak membela mereka. Kalau panen, produksi banyak, pengusaha mau tekan harga serendah mungkin. Ini mematikan motivasi produksi. Padahal petani adalah produsen pangan.

 

Eksekusi Program dan Stabilitas Harga

Presiden Prabowo:
Alhamdulillah saya jadi Presiden, saya laksanakan keyakinan saya. Saya berterima kasih, saya punya tim di bidang pertanian yang cukup bagus – Menteri Pertaniannya, Wakil Menteri, dan timnya. Alhamdulillah, yang awalnya diperkirakan tahun 2025 akan terjadi krisis beras, kita berhasil mengatasinya.

Tetangga-tetangga kita krisis beras, kesulitan beras.

Apa yang kita capai dalam 150 hari? Sebenarnya sangat banyak. Saya sendiri juga kaget, terus terang, dengan kecepatan dan hasil-hasil yang kita lakukan.

Saya harus katakan, ini hasil kerja keras tim saya, kabinet yang saya bentuk. Saya merasa ada semangat dari menteri-menteri yang saya pilih – semangat untuk berprestasi, untuk berkarya, saling mengisi. Sehingga banyak yang kita bisa capai.

 

Program Makan Bergizi dan Pemantauan Langsung

Presiden Prabowo:
Khususnya menghadapi Lebaran dan Ramadan ini, saya merasa sangat terkesan.

Pertama, harga-harga sembako terkendali. Saya sudah lama jadi orang Indonesia – saya mengalami tahun ’60-an, tahun ’80-an, krisis pangan. Ayahanda saya waktu itu Menteri Perdagangan, ikut mengurus. Saya besar dalam kondisi itu.

Selalu urusannya harga beras, gula, minyak goreng, daging, telur, dan sebagainya.

Alhamdulillah, saat saya presiden, Lebaran dan Ramadan pertama, harga-harga aman. Saya sangat bahagia. Menjelang Lebaran, hampir tiap dua malam saya telepon Menteri Pertanian atau Wakil Menteri – jam 11 malam, jam 12 malam:
“Bagaimana harga daging hari ini?”
“Bagaimana harga gabah kering panen di kabupaten ini?”

Kita pantau. Saya sangat senang, Menteri Pertanian punya pos komando, memantau seluruh daerah. Laporannya masuk, ada dashboard. Saya pernah sidak pagi-pagi – mereka lagi monitor semua kabupaten.

 

Program Makan Bergizi untuk Anak Sekolah

Selain harga terkendali, saya juga bahagia karena program makan bergizi yang saya canangkan berjalan. Awalnya banyak yang tidak percaya – “tidak perlu”, “tidak bisa”, “tidak akan berhasil”, dan sebagainya.

Alhamdulillah, Januari tanggal 6 kita roll out, kita gelar, berkembang terus. Sampai hari ini sudah lebih dari 3 juta penerima manfaat, dan akan terus berjalan sampai Desember. Saya perkirakan Oktober atau November, kita sudah bisa hampir mencapai 100% sasaran.

 

Stabilitas Ekonomi dan Ketahanan Fiskal

Presiden Prabowo:
Saya juga merasa bahagia. Saya dapat laporan beberapa hari yang lalu dari Menteri Keuangan, Menteri Koordinator Perekonomian, dalam sidang kabinet paripurna terakhir, bahwa kondisi fundamental ekonomi kita cukup baik.

Kita punya inflasi salah satu yang terendah di dunia.

Banyak orang bilang utang kita banyak. Memang utang kita besar, tapi rasio utang kita terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) termasuk salah satu yang terendah – sekitar 39%. Yang di bawah kita: Vietnam, Swiss, Arab Saudi, Turki, dan Rusia. Tapi coba lihat, banyak negara lain yang jauh di atas kita: Malaysia 68%, Singapura 175%.

Jadi ini yang harus kita sadari: our economy is doing well.

Defisit kita juga salah satu yang rendah. Kalau lihat Malaysia defisitnya di atas 5%, Brazil di atas 7%, Filipina di atas 6%, kita masih di bawah 3%.

Indikatornya menunjukkan bahwa ekonomi kita cukup baik. Tantangan banyak, hambatan banyak. Kita sudah tahu semua: ketidakefisienan, kartel-kartel, birokrasi yang lambat, korupsi, kebocoran.

Kita tahu tantangan kita besar: kemiskinan, ketimpangan hasil pembangunan. Kita sedang mengoreksi itu.

 

Peluncuran Danantara: Tonggak Sejarah Baru

Salah satu yang saya sangat merasa penting: kita meluncurkan Danantara pada 24 Februari. Ini adalah dana investasi – bisa dikatakan sovereign wealth fund, bisa juga disebut investment fund. Merupakan konsolidasi dari aset-aset milik pemerintah Indonesia dalam manajemen yang transparan dengan standar internasional.

Dan ternyata kekayaan kita luar biasa. Aset under management kita itu $982 miliar. Mengagetkan semua pihak – juga kami sendiri, sebetulnya.

Kita memang agak terlambat dibanding negara lain: Norwegia (1990), Abu Dhabi (1976), Singapura (Temasek 1981, mungkin bahkan 1974). Tapi sekarang kita sudah sampai di sana.

Banyak yang meragukan, tapi juga banyak pihak luar negeri yang memuji. Saya dihubungi banyak pimpinan pemerintahan luar negeri – menelepon, menyampaikan bahwa ini akan jadi tonggak keberhasilan saya sebagai Presiden.

Ini cita-cita lama. Saya terinspirasi oleh almarhum ayah saya, seorang ekonom, Profesor Ekonomi, penasihat Presiden Soeharto. Beliau sering cerita kepada saya bahwa dulu beliau berusaha meyakinkan Presiden membentuk dana ini, tapi tidak disetujui. Beliau cerita ke saya di meja makan. Saya mendengarkan. Sekian puluh tahun, saya yang akhirnya bisa mewujudkan.

Saya tahu bahwa pemerintah Pak Joko Widodo pun punya niat seperti ini. Bahkan rencana RUU BUMN yang memungkinkan adanya Danantara sebenarnya sudah dimulai di masa pemerintahan beliau. Jadi sekarang dianggap, “Kok cepat sekali?” – karena prosesnya memang sudah lama.

 

Terobosan Awal: Pemeriksaan Kesehatan Gratis, Reformasi Sosial

Saya juga bikin ringkasan hasil kerja: satu halaman yang berisi hasil-hasil kita.

Untuk pertama kali dalam sejarah, kita adakan cek kesehatan gratis untuk setiap warga negara – satu kali setahun. Ini sangat penting. Lebih baik tahu lebih awal daripada menunggu sakit.

Kita punya penderita TBC salah satu tertinggi di dunia. Para ahli bilang, ketahuan biasanya sudah stadium lanjut. Padahal TBC itu mudah diobati, banyak negara sudah tidak ada TBC. Tapi kita sering batuk-batuk dianggap masuk angin, alergi. Tidak mau periksa.

Kita juga turunkan biaya haji. Kita naikkan gaji guru. Dan untuk pertama kali dalam sejarah, kita punya data tunggal sosial ekonomi nasional – kita tahu persis orang miskin di mana, rumahnya di mana, anggota keluarga siapa. By name, by address.

Dengan data ini, bantuan bisa tepat sasaran. Jangan ada yang sudah tidak tergolong miskin tapi masih menerima, atau yang berhak malah tidak menerima.

Saya sangat antusias. Saya sangat yakin kita berada di ambang transformasi besar.

 

Penutup Sesi

Kita menghadapi masa yang penuh cobaan – apalagi dengan program tarif oleh Presiden Trump dari AS yang mengguncangkan dunia. Puluhan negara terkena dampaknya.

Tapi meskipun tantangan besar, saya tetap optimis. Kita harus tabah, kita harus kuat. Negara kita punya sumber daya sangat besar. Kita sangat kaya. Tapi, ada filosofi dari Tiongkok kuno:

“Kalau kaya, harus kuat. Kalau tidak kuat, kekayaan akan dirampok.”

Presiden Prabowo:
It’s as simple as that. Kalau enggak salah, dalam bahasa Tiongkok: “Fuen fuen” – kaya kuat.

📌 Catatan Redaksi
Sesi pembuka wawancara ini menampilkan Presiden Prabowo dalam mode reflektif – menyampaikan pencapaian awal, mengakui kekurangan, dan menegaskan komitmen pada isu-isu pokok yang ia nilai sebagai fondasi kedaulatan bangsa. Meskipun banyak jawaban yang masih bersifat normatif, dan arah kebijakan belum sepenuhnya konkret, kesediaan untuk tampil dalam forum terbuka patut dicatat sebagai langkah awal menuju keterbukaan pemerintahan.

(Redaksi TokohIndonesia.com)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini