Tiga Dunia BGS: Fisika Nuklir, Bankir, Menteri Kesehatan
Budi Gunadi Sadikin
Budi Gunadi Sadikin (BGS) bertransformasi dan menggeluti tiga dunia yang berbeda. Dia merupakan alumnus Fisika Nuklir dari Institut Teknologi Bandung (ITB) yang bertransformasi menjadi seorang profesional di bidang perbankan. Direktur Utama Bank Mandiri (2013-2016) ini kemudian bertransformasi lagi menjadi Menteri Kesehatan Indonesia dalam Kabinet Indonesia Maju sejak 23 Desember 2020. Dalam sejarah Indonesia, Budi Gunadi Sadikin menjadi Menteri Kesehatan kedua yang tidak mempunyai latar belakang kesehatan dan yang pertama pada era Reformasi. Hal ini menunjukkan adaptabilitas dan kemampuan dia yang luar biasa dalam menghadapi tantangan di bidang yang berbeda.
Budi Gunadi Sadikin lahir di Bogor, 6 Mei 1964. Suami dari Ida Rachmawati ini meraih gelar sarjana dalam bidang Fisika Nuklir dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1988. Kemudian, pada tahun 2004, ia memperoleh sertifikasi Chartered Financial Consultant (CHFC) dan Chartered Life Underwriter (CLU) dari Singapore Insurance Institute.
CHFC adalah sebutan bagi para profesional yang telah menyelesaikan kursus komprehensif mengenai pendidikan keuangan, menunjukkan pengetahuan mendalam tentang masalah keuangan dan kemampuan untuk memberikan nasihat yang baik. Sementara itu, CLU adalah gelar bagi individu yang mengkhususkan diri dalam asuransi jiwa dan perencanaan kekayaan, yang memerlukan lulus ujian dan kursus yang ketat.
Karier Budi Gunadi Sadikin dimulai sebagai Staf Teknologi Informasi di IBM Asia Pasifik, Tokyo, Jepang, dari tahun 1988 hingga 1994. Setelah itu, dia menjabat sebagai General Manager Electronic Banking dan Chief GM Jakarta di PT Bank Bali Tbk dari tahun 1994 hingga 1999, serta sebagai Senior VP Consumer dan Commercial Banking di ABN Amro Bank Indonesia & Malaysia dari tahun 1999 hingga 2004.
Dia kemudian meniti karirnya di Bank Danamon sebagai Executive VP Consumer Banking dari tahun 2004 hingga 2006, dan kemudian sebagai Direktur Micro and Retail Banking di Bank Mandiri dari tahun 2006 hingga 2013. Puncak karirnya di dunia perbankan adalah ketika ia menjabat sebagai Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk dari tahun 2013 hingga 2016.
Setelah itu, Budi Sadikin beralih ke dunia pemerintahan sebagai Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno pada periode 2016-2017. Pada 2017, ia diangkat menjadi Komisaris Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) sebelum akhirnya efektif menjadi direktur utama pada 14 September 2017.
Di bawah kepemimpinan Budi Gunadi Sadikin, Inalum berhasil membeli 51 persen saham PT Freeport Indonesia, sebuah prestasi yang dicapai melalui kerja keras pemerintah dan Inalum dalam mencari pendanaan untuk pembelian saham Freeport.
Setelah menjabat sebagai Dirut Inalum, Budi Gunadi Sadikin kembali ke lingkup Kementerian BUMN saat Menteri BUMN Erick Thohir mengangkatnya menjadi Wakil Menteri BUMN pada 25 Oktober 2019. Di tengah pandemi Covid-19, ia dipercaya sebagai Ketua Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional (Satgas PEN).
Pada 23 Desember 2020, Budi Gunadi Sadikin dilantik oleh Presiden Joko Widodo sebagai Menteri Kesehatan Indonesia, menggantikan Terawan Agus Putranto. Ini merupakan catatan sejarah karena Budi Gunadi Sadikin adalah Menteri Kesehatan kedua dalam sejarah Indonesia yang tidak mempunyai latar belakang kesehatan, dan yang pertama pada era Reformasi.
Sebagai Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin memiliki tanggung jawab besar dalam mengelola sektor kesehatan di Indonesia, terutama saat menghadapi tantangan seperti pandemi COVID-19.
Dalam pernyataan resmi, 31 Mei 2021, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin telah menguraikan 6 pilar yang menjadi fokus Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
“Dalam transformasi kesehatan, kami memprioritaskan 6 pilar. Salah satu yang sangat penting bagi saya adalah layanan primer karena ini adalah fondasi dari kesehatan masyarakat yang berkelanjutan. Kami berkomitmen untuk merevitalisasi 300.000 Posyandu dan meningkatkan standar pelayanan di Puskesmas,” ungkapnya.
“Selanjutnya, kami akan meningkatkan laboratorium kesehatan masyarakat. Belajar dari pengalaman pandemi, kami akan melakukan langkah-langkah yang terstruktur di seluruh daerah agar kita lebih siap menghadapi pandemi berikutnya, dan masyarakat kita dapat hidup lebih sehat.”
Pilar kedua dari transformasi kesehatan adalah transformasi rujukan. Hal ini melibatkan peningkatan kualitas seluruh rumah sakit di Indonesia agar mampu menangani 4 penyakit penyebab kematian terbesar, yaitu penyakit jantung, stroke, kanker, dan gangguan ginjal.
Pilar ketiga adalah sistem ketahanan kesehatan. “Kami ingin memastikan bahwa industri kesehatan siap menghadapi pandemi di masa depan, mulai dari hulu hingga hilir. Kami juga berupaya untuk memiliki tenaga cadangan kesehatan yang memadai,” jelas Budi Gunadi.
“Rencananya, kami akan melibatkan fakultas kedokteran, Politeknik Kesehatan, serta organisasi sosial seperti Pramuka dalam membantu membangun tenaga cadangan kesehatan, sehingga beban pemerintah menjadi lebih ringan.”
Transformasi keempat adalah pembiayaan kesehatan. Budi Gunadi mengakui bahwa biaya kesehatan sangatlah mahal dan terus meningkat. “Kami harus memastikan adanya transparansi dalam keuangan kesehatan. Kami akan menerapkan National Health Account dan melakukan evaluasi terhadap teknologi kesehatan yang digunakan oleh BPJS Kesehatan,” tambahnya. “Kami juga akan meninjau teknologi kesehatan baru yang lebih terjangkau agar dapat diadopsi.”
Pilar kelima adalah transformasi dalam sumber daya manusia kesehatan. “Menurut WHO, setiap dokter harus melayani 1.000 penduduk. Saat ini, kita hanya memiliki 120.000 dokter praktik, sedangkan kebutuhan seharusnya mencapai 270.000 dokter. Kekurangan ini harus segera diatasi,” tambah Menkes Budi Gunadi.
“Diperlukan waktu sekitar 15 tahun untuk memenuhi standar minimal WHO dalam hal jumlah dokter. Negara-negara maju mampu mencapai rasio 3 atau 4 dokter per 1.000 penduduk.”
Pilar keenam pada transformasi kesehatan adalah penerapan teknologi kesehatan. Kemenkes akan mengharmonisasikan rekam medis elektronik dan memanfaatkan bioteknologi kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan.
Dengan pengalaman luasnya di dunia korporasi dan pemerintahan, diharapkan Budi Gunadi Sadikin dapat memberikan kontribusi yang signifikan dalam meningkatkan kesehatan masyarakat Indonesia dan memajukan sistem kesehatan negara. (roy, red)