Wakafkan Diri untuk Kedamaian Bangsa

Nasaruddin Umar
 
0
52
Menteri Agama Nasaruddin Umar
Menteri Agama Nasaruddin Umar

Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA adalah Imam Besar Masjid Istiqlal sejak 2016 sampai sekarang. Tokoh Islam moderat yang aktif sebagai Rais Syuriah PB Nahdlatul Ulama dan pernah menjabat sebagai Wakil Menteri Agama RI (2011-2014), kini dipercaya sebagai Menteri Agama RI (2024-2029). Seorang Imam Besar yang kalam, santun, bersahaja dan memiliki pemahaman agama mumpuni yang sangat dibutuhkan negara yang menganut keberagaman. Dia berprinsip mewakafkan diri untuk kedamaian bangsa, agar bangsa Indonesia bisa tenang, sejuk, dan damai.

Nasaruddin Umar lahir pada 23 Juni 1959 di Rappang, Sulawesi Selatan, dalam lingkungan keluarga religius. Ayahnya, H. Umar, adalah seorang ulama dan guru agama yang dihormati, yang menanamkan nilai-nilai keislaman dalam keluarganya. Sejak kecil, Nasaruddin Umar telah menunjukkan minat besar dalam menuntut ilmu agama. Ia menempuh pendidikan dasar di SD Negeri Ujung-Bone, lalu melanjutkan ke Madrasah Ibtida’iyah di Pesantren As’adiyah Sengkang. Pendidikan agamanya semakin mendalam saat ia belajar di PGA 4 tahun dan PGA 6 tahun di pesantren yang sama. Pada 1980, ia meraih gelar Sarjana Muda dari Fakultas Syariah IAIN Alauddin Makassar, dan melanjutkan hingga meraih gelar Sarjana Lengkap pada 1984.

Hasratnya dalam menimba ilmu membawanya ke berbagai belahan dunia. Ia melanjutkan studi pascasarjana dan meraih gelar Magister dalam Studi Islam di Universitas McGill, Kanada. Gelar Doktor (Ph.D.) diperolehnya di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 1998, setelah sebelumnya mengikuti Program Doktoral di Universitas Leiden, Belanda (1994-1995). Selain itu, ia juga menjadi sarjana tamu di beberapa universitas bergengsi seperti Sophia University, Tokyo (2001), SOAS University of London (2001-2002), dan Georgetown University, Washington DC (2003-2004).

Sebagai seorang akademisi, Nasaruddin Umar memulai kariernya sebagai dosen di UIN Jakarta. Ia dikenal sebagai pemikir progresif yang aktif menulis dan menerbitkan berbagai buku serta artikel ilmiah, khususnya dalam kajian tafsir Al-Qur’an, kesetaraan gender, dan tasawuf. Beberapa karyanya yang terkenal antara lain Argumen Kesetaraan Gender: Perspektif Al-Qur’an (Paramadina, 1999) dan Tafsir Kebencian: Studi Bias Gender dalam Tafsir Al-Qur’an. Dalam kajiannya, ia menyoroti bias gender dalam penafsiran agama dan menyerukan pentingnya reinterpretasi teks-teks keagamaan dengan perspektif yang lebih inklusif. Menurutnya, Al-Qur’an membawa pesan keadilan dan kesetaraan, termasuk dalam relasi antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, ia juga mendalami tasawuf modern, yang menurutnya bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi bagaimana seseorang bisa hidup dengan kesadaran spiritual, kedamaian hati, dan keseimbangan sosial.

Selain berkarier di dunia akademik, Nasaruddin Umar juga berkiprah di pemerintahan. Ia menjabat sebagai Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam di Kementerian Agama, lalu pada 2011-2014 dipercaya sebagai Wakil Menteri Agama Republik Indonesia. Pada 22 Januari 2016, ia dilantik sebagai Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, posisi yang masih diembannya hingga kini. Sebagai pemimpin spiritual di masjid terbesar di Asia Tenggara, ia aktif menyampaikan khutbah dan ceramah yang menekankan nilai-nilai perdamaian, toleransi, dan keadilan sosial. Puncak kariernya dalam pemerintahan terjadi pada 21 Oktober 2024, saat Presiden Prabowo Subianto menunjuknya sebagai Menteri Agama Republik Indonesia dalam Kabinet Merah Putih.

Di luar jabatan pemerintahan, Nasaruddin Umar juga aktif dalam berbagai organisasi keagamaan, di antaranya sebagai pendiri Masyarakat Dialog Antarumat Beragama, Rais Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) periode 2022-2027, Ketua Umum BP4 periode 2019-2024, dan Ketua Umum Pengurus Pusat Pondok Pesantren As’adiyah sejak 2022. Pada tahun 2024, Nasaruddin Umar menandatangani Deklarasi Bersama Istiqlal 2024 bersama Paus Fransiskus, yang menandai momen bersejarah dalam hubungan lintas agama di Indonesia.

Atas kontribusinya dalam dunia keislaman, Nasaruddin Umar telah menerima berbagai penghargaan, termasuk Bintang Mahaputera Utama dari pemerintah Indonesia pada 2014. Sebagai sosok yang dikenal rendah hati dan sederhana, ia tetap meluangkan waktu untuk keluarga serta aktif berdialog dengan berbagai kalangan masyarakat.

Pemikiran dan gagasannya mengenai kesetaraan gender, moderasi Islam, dan spiritualitas terus menginspirasi generasi Muslim di Indonesia. Melalui tulisan dan ceramahnya, ia membuka ruang dialog yang lebih terbuka tentang isu-isu kontemporer dalam Islam. Meski sudah menjadi pejabat pemerintah, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, MA, tetap aktif sebagai akademisi, penulis, dan pemimpin spiritual, serta terus berkontribusi dalam membangun masyarakat yang lebih adil, toleran, dan beradab, sesuai dengan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin. (atur/TokohIndonesia.com)

Advertisement

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini