Berkarya dengan Batik

Carmanita
 
0
731
Carmanita
Carmanita | Tokoh.ID

[DIREKTORI] Ia dikenal sebagai desainer yang menjadikan batik sebagai kekuatan dalam setiap rancangannya. Motif batik yang tradisional dan cenderung kuno, dia olah sedemikian rupa menjadi berkelas dan modern. Cucu pencipta lagu anak Ibu Sud ini bahkan mampu membatik sebuah sedan mewah dan kain yang terbuat dari bahan berserat renggang, lycra.

Carmanita lahir di Bandung, Jawa Barat, 10 Juli 1956 dari keluarga pengrajin batik tradisional asal Jawa Tengah. Neneknya, Bintang Sudibyo yang lebih dikenal dengan nama Ibu Sud, pencipta lagu anak-anak, termasuk pengrajin batik yang disegani. Sang nenek terkenal dengan motifnya yang bernama “Terang Bulan” yang memperkuat konsepsi Bung Karno tentang batik Indonesia.

Carmanita menamatkan pendidikan tingginya di luar negeri yakni di Pittman College, Perth, Australia, dilanjutkan di City College San Francisco, AS, dan Marketing and Finance di University of San Francisco, AS.

Putri pasangan Osman Tamzil dan Krisnany ini sempat bekerja di berbagai tempat. Delapan bulan lamanya ia bekerja di perusahaan pesawat terbang asal Belanda, Fokker Representative. “Saya kerja sebagai tukang tagih utang. Officer begitu lah. Waktu itu, Fokker digunakan komersial oleh Garuda Indonesia. Jadi, saya tahu utang Garuda waktu itu,” ungkapnya setengah bercanda lantas terbahak seperti dikutip dari situs JPNN. Selain itu, sekitar tahun 1979, Carmanita pernah bekerja paruh waktu di Bank Amerika, San Francisco, serta di Department Store The I Magnin di bagian marketing dan perdagangan.

Setelah menyelesaikan kuliahnya dan kembali ke Indonesia pada tahun 1980, desainer yang fasih berkomunikasi dalam bahasa Inggris dan Belanda ini mulai tertarik dan berkonsentrasi dalam pembuatan batik tradisional. Bisnis sebagai perancang batik dimulai pada tahun 1982 lewat PT. Amtrend Sentana Garment yang didirikannya. Perusahaan tersebut lebih banyak menciptakan fesyen yang dinamis dan masih memiliki akar tradisional, di samping non tradisional.

Carmanita mengawali karirnya sebagai desainer ketika menjuarai lomba perancang baju pada 1987. Itu menjadi semacam lisensi bagi dirinya untuk berkarya, menghasilkan pakaian sesuai imajinasi dan kreativitasnya. Di tangannya, motif kain batik tak hanya berhenti dengan gayanya yang tradisional dan cenderung kuno, melainkan diolah sedemikian rupa menjadi bentuk ekspresi yang lebih modern tanpa meninggalkan kekhasannya sebagai kain asli Indonesia. Dalam menciptakan kreasi batik ala Carmanita, ia menggunakan teknik pewarnaan dengan menahan warna memakai lilin untuk menghasilkan ragam hias.

Carmanita mengawali karirnya sebagai desainer ketika menjuarai lomba perancang baju pada 1987. Itu menjadi semacam lisensi bagi dirinya untuk berkarya, menghasilkan pakaian sesuai imajinasi dan kreativitasnya. Di tangannya, motif kain batik tak hanya berhenti dengan gayanya yang tradisional dan cenderung kuno, melainkan diolah sedemikian rupa menjadi bentuk ekspresi yang lebih modern tanpa meninggalkan kekhasannya sebagai kain asli Indonesia.

Tangan kreatifnya tak hanya mampu memperindah selembar kain polos dengan beragam corak indah yang menjadi ciri khas kain batik. Carmanita juga mampu melahirkan karya yang tergolong langka meski masih bertema batik. Seperti pada tahun 2010 lalu, perempuan paruh baya yang usianya sudah mencapai setengah abad ini berhasil membatik sedan Mercedes-Benz C 250 Avant Garde. Gara-gara warnanya yang batik itu, harga jual Mercy tersebut terdongkrak naik, dari yang awalnya ‘hanya’ Rp 670 juta menjadi laku terjual hingga menembus angka Rp 1 miliar. Kini mobil itu sudah menjadi milik Piyu, gitaris grup band Padi.

Lelang mobil mewah tersebut dilakukan pertengahan Februari 2011 di Balai Kota Jakarta. “Ini hadiah dari Tuhan. It’s like a gift,” ujar desainer yang masih terlihat awet muda dan selalu tampil modis itu. Bagi Carmanita, batik harus dieksplorasi lebih kreatif. Apalagi, sebagai budaya asli Indonesia, batik sudah mendapat pengakuan UNESCO.

Carmanita kemudian menguraikan kisahnya saat mendapat order membatik Mercy. Saat itu, pada Desember 2009, ia diajak bekerja sama oleh PT Mercedes Benz Indonesia (PT MBI) untuk merealisasikan ide membatik Mercy dalam rangka 40 tahun kehadiran merek mobil asal Jerman itu di Indonesia. Carmanita menilai, perpaduan batik dengan Mercedes-Benz sangat pas. “Kita tahu Mercedes itu adalah merek yang heritage. Sejak bentuknya sepeda ratusan tahun lalu sampai sekarang. Kedua, kita juga tahu batik adalah harta benda heritage. Itu semua dikemas dalam satu cerita, bagaimana ini? Mau diapain?” kata cucu Ibu Sud, pencipta lagu anak-anak itu.

Awalnya, Carmanita sempat bingung saat MBI benar-benar mengirimkan sebuah mobil baru warna putih di hadapannya. Setelah beberapa gagasan muncul di benaknya, ia bergegas membuat sketsa pada program Photoshop di komputer. Rancangan-rancangan tadi sempat ditawarkan hingga akhirnya dipilih salah satu. Setelah motif disetujui, Carmanita membentuk tim dengan mengajak delapan orang jagoan airbrush dan tiga orang ahli grafis di komputer.

Advertisement

Ketika nanti Mercy itu dibatik, bodi mobil itu harus tampak seperti ditutupi kain bermotif batik. Setelah berdiskusi dengan tim kecil, ia memulai pekerjaan dengan “menguliti” cat asli Mercy setebal lima lapis coating itu. Pengerjaan dilakukan di sebuah garasi yang sanggup menampung empat mobil. Tapi, saat itu garasi tersebut hanya diisi Mercy itu. Garasinya terdapat di kawasan Cilandak, dibuat sangat steril. “Semua pintu ditutup dan dilapisi plastik. Tidak boleh ada pasir masuk,” ujar perempuan yang memiliki satu ibu tiri dan dua ayah tiri itu.

Ketika ditanya batik jenis apa yang dijadikan inspirasi, Carmanita mengatakan bahwa sudah bukan saatnya berbicara batik berdasar daerah tertentu. “Itu batik saya sendiri! Batik dari (daerah) mana, itu zaman dulu. Sekarang batik kita itu batik Indonesia, sudah,” katanya. Selama bekerja, Carmanita mengatakan banyak belajar dari para timnya tentang karakter permukaan mobil dan seperti apa cocoknya airbrush itu diberikan.

Carmanita merasa beruntung karena tidak sampai terjadi pengulangan kerja. Sesuai rencana, semua diselesaikan berdasar urutan dan berlangsung sukses. “Kami bekerja hati-hati sekali. Itu pun saya merasa masih sedikit ada yang kurang. Tapi, untuk diberi kepercayaan, itu sudah jauh, beyond my imagination,” ungkapnya bahagia.

Carmanita berharap Mercedes mau membuat satu batik lagi untuk disimpan di Museum Mercedes-Benz di Jepang sebagai salah satu bukti sejarah. “Justru saya maunya begitu (masuk museum). Mengapa tidak dibuat satu lagi untuk otentisitas Mercedes, untuk jadi stamp mereka dan menjadi bagian dari sejarah perjalanan Mercedes nanti bahwa pernah membuat seperti ini,” ungkapnya.

Sebelumnya, Carmanita sudah menunjukkan totalitasnya dalam berkreasi dengan batik. Sejak tahun 1999, Carmanita menekuni proses membatik di atas bahan berserat renggang, lycra. Hal ini jarang dilakukan karena selama ini batik lebih banyak dilukis di atas kain katun atau sutra. Berkat kerja kerasnya, Museum Rekor Indonesia memberi penghargaan sebagai Penemu Teknik Batik di atas kain Lycra pada Mei 2009. Dengan keberhasilan itu, kini tak hanya pakaian resmi saja yang bisa bermotif batik. Baju renang dan olahraga yang terbuat dari lycra pun dihiasi batik.

Meski saat ini bergelut di dunia desainer yang feminin, Carmanita sejatinya terbilang maskulin. Carmanita sendiri mengakui hal itu. Ia bahkan berujar bahwa dirinya tidak cantik, indah, dan gemulai. Ia justru merasa serba taktis seperti kaum Adam pada umumnya. Sifat maskulinnya sangat menonjol sekitar tahun 1980 sampai 1986, saat itu ia aktif di arena balapan di Ancol dan tergabung dalam tim Honda untuk kelas balapan Mugen 1.300 cc dan 1.500 cc.

Sejak kecil, kenang Carmanita, dirinya pun kerap mengikuti kegiatan menantang yang biasa diikuti laki-laki. Salah satunya, menjuarai lomba skateboard di Jakarta saat masih SD. Di usianya yang baru menginjak empat tahun, Carmanita bahkan sudah bisa berenang di kedalaman lima meter di Senayan. “Dijeburin ibuku. Kalau nggak renang, tenggelam. Itu pelajaran survive,” ungkapnya mengenang masa kecilnya yang penuh warna.

Kegemaran terhadap otomotif dirasakan Carmanita diturunkan dari kakeknya, Bintang Sudibyo, pemilik dealer mobil. Sementara kecintaannya terhadap salah satu budaya Indonesia yakni batik, diturunkan dari sang nenek, Ibu Sud. “Sering dimarahi saat bikin batik karena dikira tidak serius. Tapi, nggak apa-apa, jadi kritik buat saya. Saya nggak tahu apa yang dia lakukan dulu, tapi ternyata efeknya sekarang,” katanya.

Saat ini, Carmanita lebih banyak menjalankan tugasnya sebagai salah seorang pendiri Yayasan Batik Indonesia. Ia pergi ke berbagai daerah perajin batik untuk memberi semacam pelatihan dan membantu membuka jalur penjualan. “Yang ingin saya lakukan sekarang adalah memusnahkan tengkulak batik. Yang harus diselamatkan kan pembuatnya, bukan mediator atau pedagangnya,” tegas juara ketiga kompetisi desainer yang diselenggarakan sebuah majalah wanita tahun 1987 ini. eti | muli, red

Data Singkat
Carmanita, Perancang Busana, Pendiri Yayasan Batik Indonesia / Berkarya dengan Batik | Direktori | desainer, batik, perancang busana, fashion

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini