Bupati Komit Antikorupsi
Yoyok Riyo Sudibyo
[DIREKTORI] Yoyok Riyo Sudibyo lahir di Batang, Jawa Tengah, 27 April 1972. Dia pensiun dini dari TNI dengan pangkat Mayor TNI (Purn) pada 2004. Sempat menjadi pengusaha (2006-2012) sebelum dilantik menjadi Bupati Batang 13 Februari 2012. Bupati yang mengusung jargon ‘Batang harus berubah, ekonomi bangkit dan birokrasi bersih’ itu berhasil mendapat penghargaan Bung Hatta Anti-Corruption Award (BHACA) 2015.
Catatan Redaksi TokohIndonesia.com, Bupati Batang periode 2012-2017 itu memang salah seorang pemimpin (bupati) yang komit antikorupsi. Dia komit dan konsisten melakukan perubahan di Kabupaten Batang dengan menciptakan birokrasi yang bersih. Sama halnya sebagaimana dikemukakan dewan juri BHACA 2015, Endy M. Bayuni di Cikini, Jakarta Pusat, Rabu (4/11/2015) bahwa sejak awal ketika terpilih menjadi bupati, dia membuat komitmen dan konsisten. Yoyok melibatkan masyarakat dan lembaga-lembaga masyarakat untuk membantu menjalankan pemerintahan yang bersih dan transparan
Sebagai contoh,sejak menjabat Bupati Batang, Yoyok telah membuat Surat Pernyataan tidak meminta proyek dengan mengatasnamakan pribadi, keluarga atau kelompok. Dia juga membuat pakta integritas pelaksana kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk mencegah dan memberantas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Yoyok pun menyelenggarakan Festival Anggaran agar seluruh perencanaan anggaran dipamerkan kepada masyarakat secara transparan, termasuk menanyakan sisa anggaran di rekening tiap suku dinas.
Dia menggandeng Transparency International Indonesia (TII), Indonesia Corruption Watch (ICW) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mendorong terciptanya pemerintahan yang bersih. Batang menjadi daerah pertama di Jawa Tengah dalam pencanangan zona integritas bebas korupsi, melakukan penghematan Kabupaten Batang sampai Rp 5-6 miliar, berkontribusi dalam peningkatan pendapatan daerah Rp 14,4 miliar dan efisiensi belanja pegawai Rp 42,2 miliar.
Yoyok menerima BHACA 2015 bersama Mantan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Keduanya mengungguli 14 nominator lainnya. Upacara penganugerahaan dilangsungkan Kamis (5/11/2015) di Financial Club, Graha Niaga, Sudirman, Jakarta. Tim juri terdiri dari Wartawan Senior The Jakarta Post Endy M. Bayuni, aktivis antikorupsi Luky Djani dan Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi Universitas Gajah Mada (Pukat UGM) Zainal Arifin Mochtar. Acara itu dihadiri, antara lain mantan Menteri Pemberdayaan Perempuan Meutia Farida Hatta, yang juga putri kandung proklamator Bung Hatta, dan Gubernur DKI Basuki T Purnama yang sudah pernah dianugerahi BHACA.
Menurut Endy, Risma dan Yoyok terpilih lantaran dinilai bersih dari praktek korupsi, tidak pernah menyalahgunakan kekuasaan atau jabatannya, menyuap atau menerima suap. Keduanya juga dianggap berperan aktif memberikan inspirasi atau memengaruhi masyarakat atau lingkungannya dalam pemberantasan korupsi.
Sementara itu, Bupati Batang Yoyok Riyo Sudibyo mengaku mencontoh kepemimpinan mantan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini dalam memimpin birokrasi yang transparan dan tepat guna. Dalam pidatonya ketika menerima BHACA tahun 2015, Yoyok mengemukakan bahwa Mbak Risma sudah punya sistem yang sudah baku yang sudah terkenal. “Saya hanya mencontoh satu di sistem pemerintahan.
Tahun 2013, saya mencontoh sistem single window di Surabaya,” kata Yoyok. Sistem single window tersebut adalah layanan publik terpadu atau terintegrasi secaraonline. Dari tahap perencanaan hingga pelaksanaan kebijakan daerah dapat terpantau. Pelaporan secara online, pembuatan akta kelahiran dan kematian juga bisa dilakukan secaraonline oleh masyarakat. Selain menerapkan sistem satu pintu dalam pembuatan perizinan tanpa pungli, dia juga menerapkan pengadaan lelang dan tender tanpa pungutan.
Pensiun Dini dari Militer
Suami dari Budi Prasetyawati dan ayah dua anak (Yumna Wira Pratama dan Danendra Arya Wangsa) itu mengecap pendidikan dasar dan menengah pertama di daerah kelahirannya yakni di SD Negeri 3 Bawang (1984), dan SMP Negeri 1 Bawang (1987). Kemudian dia melanjut ke SMA Negeri 1 Batang (1990). Setamat SMA dia masuk Akademi Militer dan lulus tahun 1994.
Kemudian dia meniti kariernya di dinas militer, mulai dari Danton Mer Rai Q Yon Arhanudse-6 (1995), Danton Turbak Rai Q Yon Arhanudse-6 (1996), Paops Rai Q Yon Arhanudse-6 (1997), Komandan Baterai Q Yon Arhanudse-6 (1998), Komandan Baterai R Yon Arhanudse-6 (1999), Kasi Intel Yon Arhanudse-6 ( 2000), Pasiops Denintel Dam Jaya (2001), Komandan Bakor Intel Jakarta Selatan (2002), Danramil 03 Tanjung Priok (2002), Pasi Intel Kodim 0502 Jakarta Utara (2003), Kasubdit Rah dan Gal Deputi V BIN (2004), hingga menjabat Dansatgas BIN Wilayah Jaya Wijaya (2004).
Dia pun sempat mengikuti Sekolah Lanjutan Perwira (2004). Namun, setelah mengabdi selama 12 tahun di dinas militer, pada 2006 Yoyok pun memilih pensiun dini dengan pangkat terakhir Mayor. Dia ingin mengabdi di dunia usaha. Dia pun menjabat Direktur Utama PT Smile Papua dan PT Papua Maju Sejahtera (2006-2012).
Kemudian, Yoyok terpanggil untuk mengabdi di kampung halamannya, memilih pulang kampung untuk membangun daerahnya, Babupaten Batang, Jawa Tengah. “Bali ndesa ben luwih cedak karo wong ndesa,” kenangnya saat memutuskan untuk kembali ke Kabupaten Batang.
Menang Pilkada 2011
Yoyok pun mengikuti Pilkada (Pemilihan Kepala Daerah) Bupati, Kabupaten Batang tahun 2011 berpasangan (wakilnya) Soetadi, di usung oleh Partai Golkar, PAN, PPP, Demokrat dan PDP. Mereka berhasil memenangkan Pilkada tersebut dengan perolehan 113.027 suara (40,03 persen). Mengalahkan dua kandidat lainnya yakni Dheddy Irawan-Mujarwo yang meraih suara 107.992 (37,87 persen) dan Susi Iriani-Lafran Panca Putranto meraih suara 62.397 (22,10 persen).
Pasangan Yoyok dan Soetadi dilantik oleh Gubernur Jateng Bibit Waluyo, pada Senin (13/02/2012), untuk memimpin Kabupaten Batang selama lima tahun, periode 2012 – 2017. Saat upacara pelantikan, masyarakat tumpah ruah menyambutnya di alun-alun dan sekitar pendopo. Ribuan rakyat juga mengiringi Yoyok dari kampung halamannya, Kecamatan Bawang, menuju pendopo Kabupaten.
Beberapa saat usai dilantik menjadi Bupati Batang, Yoyok mengatakan bahwa dirinya bersama wakil bupati (Soetadi) siap mengabdikan diri untuk masyarakat Batang. “Sekarang saya milik masyarakat, luruskan jika melenceng, dan ingatkan saya jika salah,” kata Yoyok.
Dia menunjukkan kepemimpinan yang tegas dan merakyat. Kedisiplinan militer yang sudah mengalir dalam darahnya selama mengabdi di beberapa kesatuan TNI, diterapkan kepada para PNS di jajaran pemerintahan mulai dari tingkat kabupaten hingga ke kecamatan dan kelurahan. “Seorang PNS harus memiliki jiwa pengabdian, karena sebagai abdi masyarakat dan sekaligus abdi negara. PNS harus memberikan tauladan bagi yang lain, karena PNS dibayar dengan uang rakyat,” ujarnya, sebagai dirilis di laman resmi Pemkab Batang (http://batangkab.go.id/?page_id=317).
Jargon yang diusung ketika pilkada: ‘Batang harus berubah, ekonomi bangkit dan birokrasi bersih’; langsung diimplementasikan beberapa jam saja setelah dilantik. Gebrakan awalnya, dia menolak rencana pembelian mobil dinas baru. Yoyok memilih menggunakan mobil sendiri untuk operasional. Sedang jika operasional ke luar kota, dia menyatakan masih cukup dengan mobil dinas yang ada.
Jargon itulah menjadi visinya dalam membangun Batang. Visi itu dijabarkan dalam misi yang meliputi masyarakat yang sejahtera lahir dan batin, meningkatkan potensi ekonomi lokal, mewujudkan birokrasi yang bersih dan berwibawa, mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, transparan dan akuntabel, meningkatkan pembangunan sarana dan prasarana infrastruktur, meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.
“Kami juga ingin mewujudkan sarana dan prasarana kesehatan dan sosial yang lebih baik, meningkatkan potensi pariwisata, dan akhirnya mewujudkan Kabupaten Batang menjadi daerah yang menarik bagi investor lokal, regional maupun investor asing,” tegasnya.
Guna mewujudkan misi aparatur yang bersih, Yoyok telah melakukan gebrakan sejak minggu-minggu awal bertugas. Seluruh pejabat dan PNS diwajibkan menandatangani Pakta Integritas. Pakta Integritas ini sebagai komitmen agar PNS terhindar dari perbuatan tercela khususnya tindak pidana korupsi.
Dalam mewujudkan birokrasi yang bersih itu, Yoyok lebih dulu menyerap aspirasi. Dia tidak mau langsung membenahi penataan birokrasi semena-mena. Di hari pertama masuk kerja usai dilantik, Yoyok lebih dulu mengumplkan para pejabat dan PNS di jajaran Setda guna menampung uneg-uneg atau aspirasi. “Silahkan tulis uneg-uneg sebebas-bebasnya, dari lubuk hati terdalam. Sak njeplak-njeplake,” kata Yoyok dalam pertemuan itu.
Pada kesempatan itu, Yoyok juga menyatakan tak mau dihormati secara berlebihan. Yoyok menegaskan dalam bekerja sebagai bupati dia perlu dukungan semua pihak dengan tulus, ikhlas dan tanpa pamrih. “Saya milik masyarakat, dan milik Pemda termasuk para PNS. Saya tidak gila hormat, jangan menghormati saya secara berlebihan seperti bersalaman sambil mencium tangan,” ungkap Yoyok.
Penghematan dan Efisiensi Anggaran
Selain menolak membeli mobil dinas, Yoyok juga melakukan penghematan antara lain tidak mau menggunakan patroli pengawal, tiap acara pemerintahan konsumsi yang diberikan selalu singkong dan kacang rebus dan penghematan dalam sistem penganggaran. Pada tahun pertama anggaran penghematan tersebut telah mencapai Rp 5 – 6 miliar. Efisiensi belanja pegawai berhasil ditekan sampai Rp 42,4 miliar, dan efisiensi pengadaan barang jasa sampai Rp 21,3 miliar.
Sementara, pendapatan daerah juga melonjak. Pada 2012, meningkat Rp 14,4 miliar dibanding tahun sebelumnya. Bahkan, dalam selama satu tahun lebih pemerintahannya, sudah berhasil meningkatkan nilai aset Pemkab Rp 347,2 miliar. Dia juga berhasil meningkatkan jumlah paket lelang elektronik yang signifikan, yakni dari 87 paket pada 2011 menjadi 240 di 2012. Terjadi efisiensi sampai Rp 9,66 miliar (9,14 persen).
Atas prestasinya itu, Yoyok berhasil menjadikan Pemerintah Kabupaten Batang meraih penghargaan ISO 27001:2013 dari lembaga ACS Registrars Indonesia untuk Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) lelang barang dan jasa.
Bupati Pelayan Masyarakat
Yoyok menegaskan posisinya sebagai bupati adalah pelayan masyarakat. Maka dalam masa kepemimpinannya, rumah dinas Bupati menjadi tempat terbuka yang bisa didatangi siapa saja. Jika ingin bertemu langsung dengannya, masyarakat juga bisa langsung melakukannya tanpa izin berbelit-belit.
Gazebo yang terletak di halaman rumah dinasnya sering digunakan masyarakat untuk beristirahat dan melakukan pertemuan. Masyarakat juga dibebaskan untuk bermain di halaman rumah bupati tersebut karena pagar selalu terbuka. Siapa saja juga bebas memotret di tempat itu tanpa ditanya apalagi dihalangi oleh petugas penjaga. Tiap pagi, Yoyok juga lari pagi di sekitar rumah dinas. Atau kadang kala menaiki motor bersama ajudannya berkeliling Batang.
Guna meningkatkan pelayanan publik, Bupati Yoyok membentuk Tim Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik di lingkungan Pemerintah Kabupaten Batang. Tim ini berada langsung di bawah pengawasan bupati, terdiri dari sekretaris daerah, kepala bagian yang merupakan satuan kerja perangkat daerah, asisten III bupati, dan wakil bupati.
Melaui tim ini pula intesitas hubungan langsung dengan masyarakat dapat meningkat. Dalam tim ada unit yang terjun langsung di lapangan. Unit itu menampung keluhan masyarakat terhadap pelaksanaan pemerintahan kabupaten, yang dapat langsung ditindaklanjuti secara langsung oleh tim ini. Selain secara langsung, masyarakat juga dipersilakan menyampaikan aspirasi melalui pesan singkat, telepon, maupun website. Masalah yang banyak disampaikan antara lain mengenai kesehatan, pendampingan masyarakat berkasus, dan pendidikan.
Yoyok juga menerapkan pesta demokrasi pemilihan kepala desa (Pilkades)yang bebas politik uang. Dia mengawali dengan melakukan eksperimen Pilkades di tiga desa, yakni: Desa Kemiri, Kecamatan Subah; Desa Surjo, Kecamatan Bawang; Desa Kalasari, Kecamatan Blado. Pemkab memfasilitasi desa untuk melakukan pemilu kepala daerah yang bebas politik uang tersebut. Eksperimen itu berhasil. Penulis: bhs – tsl | Bio TokohIndonesia.com