Pelatih Pembelajar Sukses

Andrias Harefa
 
0
325
Andrias Harefa
Andrias Harefa | Tokoh.ID

[DIREKTORI] Trainer, motivator, dan penulis buku yang ‘gagal’ menjadi sarjana ini terpanggil untuk menebarkan semangat belajar dan optimisme bagi setiap orang agar dapat menjadi pembelajar terbaik dan berguna bagi orang lain. Ia memiliki sebuah mimpi “VISI INDONESIA 2045” dimana pada saat HUT RI ke-100, Indonesia menjadi salah satu dari lima negara paling maju di dunia. Iapun bertekad menyelesaikan 100 buku, menyumbang 1.000 writer, 1.000 wartawan, dan 1.000 motivator/speaker/trainer/learning facilitator.

Pria keturunan Nias yang lahir di Curup, Bengkulu, 6 September 1964 ini, sempat mengecap pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Pada awalnya, ia sangat bangga bisa lulus tes dan masuk ke salah satu universitas terbaik di Indonesia itu. Namun belakangan, Andrias memilih untuk tidak menyelesaikan kuliahnya karena kecewa dengan sistem pembelajaran yang masih menekankan komunikasi satu arah. Sifatnya hafalan dan sikap para dosen tidak demokratis. Orang tidak bisa berbeda pendapat dan dosen selalu benar. Sebenarnya ia masih bisa maklum bila hal itu terjadi di fakultas teknik namun hal itu sulit diterima akal sehatnya bila terjadi di fakultas hukum. Kekecewaannya pun semakin memuncak ketika ia meminta konsultasi tesis sarjana kepada dosen pembimbingnya namun selalu ditolak.

Pendidikan formalnya berakhir sebelum menyelesaikan skripsi dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 1987. Ia kemudian ingin mewujudkan cita-citanya mendirikan lembaga pembelajaran dan pelatihan yang ia sebut sebagai sekolah atau universitas kehidupan. Ia juga berhasrat melahirkan guru-guru model baru, guru-guru tanpa tembok-tembok bangunan yang kiprahnya dirasakan langsung oleh tiap orang yang berinteraksi dengan mereka. Kelak, ia bisa mewujudkan cita-cita tersebut setelah melalui beberapa proses.

Setelah mengundurkan diri dari universitas, lulusan SMAN 3 Padmanaba, Yogyakarta ini mengawali karirnya sebagai writerpreneur di beberapa majalah (1985-1988) dan mendirikan majalah bulanan SAKSI (1988-1989). Ia juga ikut membidani kelahiran Majalah Antusias, penerbitan khusus untuk alumni Dale Carnegie Training di Indonesia tahun 1990. Ia kemudian menjadi instruktur Dale Carnegie Training selama tujuh tahun (1990-1998) merangkap HRD Consultant PT Dasindo Media.

Sebagai profesional trainer dan motivator, ia sering diundang oleh berbagai perusahaan untuk meningkatkan kemampuan para karyawan maupun para manajernya. Seperti Acer, Alfamart, Bank BCA, Bank Danamon, Bank Mandiri, Bank NISP, Bernofarm, Charoen Pokphand Group, Ciba Vision, HM Sampoerna, Indomaret, Indosat, Infomedia, Konimex, Toyota Astra Motor, TRAC, Trans Corp, United Tractors dan lain-lainnya.

Selain sibuk melayani perusahaan, ia juga sering diundang menjadi dosen tamu di berbagai unversitas terkemuka untuk memberikan kuliah tamu bagi mahasiswa maupun para dosen seperti Universitas Atmajaya, Universitas Bina Nusantara, Universitas Indonesia, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Universitas Kristen Duta Wacana, Universitas Maranatha, Universitas Sanata Dharma, Universitas Surabaya, dan Universitas Terbuka.

Selama tahun 90-an itu, sejumlah penghargaan berhasil diterimanya sebagai konsultan berprestasi yakni Club 250 (1992), Diamond Club selama empat tahun berturut-turut (1993-1996), dan instruktur yang kreatif-inovatif (1995).

Pada tahun 1998, Andrias mulai melebarkan sayapnya dengan menggandeng seniornya Jansen H Sinamo dan Agus Santoso untuk mendirikan Institut Darma Mahardika. Lembaga ini kemudian ditinggalkannya sejak 2007 dan diteruskan oleh Jansen H. Sinamo yang disebut sebagai Guru Etos Indonesia.

Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 14 Februari 2001, Andrias bersama rekan-rekan dari Yogyakarta, Ang Tek Khun dan Hendri P. Bun, meluncurkan situs www.pembelajar.com. Situs ini menjadi wadah untuk berbagi pemikiran dan pengetahuan lewat tulisan. Situs ini diisi para profesional, motivator, trainer, dan penulis diantaranya Adi W. Gunawan, Agoeng Widyatmoko, Andrew Ho, Andrie Wongso, Edy Zaqeus, Eni Kusuma, Her Suharyanto, Pitoyo Amrih, Rab Adi Broto. Agus Santosa, Ang Tek Khun, Benyamin Harefa, Fotarisman Zalukhu, Heru K. Wibawa, Jansen H. Sinamo, Jennie S. Bev, Khoe Yao Tung, Paulus Winarto, Ponijan Liaw, dan Wandi S. Brata.

Boleh dibilang, lewat situs pembelajar.com, namanya semakin dikenal dan menjadi sorotan media baik cetak mapun elektronik. Ia juga makin sering diundang menjadi narasumber di media elektronik seperti radio Smart FM, Day FM dan sering muncul di layar televisi seperti Metro TV, RCTI, TVRI, dan Jak TV. Sejak saat itu, penggunaan kata pembelajar semakin meluas dan sering digunakan.

Advertisement

Setelah sukses mendirikan situs pembelajar.com, Andrias kemudian mendirikan Indonesia School of Life bersama Parpudi Lubis, Muhamad Ichsan, dan Heru K. Wibawa pada 2002. Namun lembaga ini bubar tak lama kemudian. Masih di tahun yang sama, ia juga mendirikan Palembang School bersama Nanik Listijani, Imelda, Benny, dan Sunoto. Lembaga ini menjadi pionir dalam penyelengaraan seminar-seminar bisnis, entrepreneurship dan motivasi di kota pempek tersebut.

Sedangkan untuk melatih seseorang menjadi penulis artikel dan penulis buku, ia mendirikan lembaga khusus bernama Sekolah Penulis Pembelajar yang kemudian berganti nama menjadi Writer Schoolen. Pelatihan diberikan secara berjenjang mulai dari tingkat dasar, menengah, dan lanjutan. Selain melahirkan penulis yang handal, lembaga ini menawarkan jasa pendampingan penulisan dan penyuntingan buku agar dapat diterbitkan oleh penerbit terkemuka serta menyediakan jasa penulisan ghost writing, menuliskan gagasan orang lain dengan nama orang tersebut.

Pada awal 2008, Andrias kemudian mendirikan Proaktif Schoolen yang fokus pada jasa pengorganisasian kelas-kelas pelatihan, workshop, dan seminar untuk umum. Narasumber, konsultan, penulis, atau trainer yang kesulitan mengorganisasi penjualan training atau worskhop untuk umum bisa terbantu lewat lembaga ini. Setelah itu, ia mendirikan Trainer Schoolen, lembaga khusus untuk mengembangkan dan mempersiapkan trainer-trainer profesional dan para pembicara publik yang siap terjun dalam dunia yang biasa disebut industri sukses, industri pelatihan, industri bicara.

Menurut Andrias, orang-orang yang memiliki spirit keberhasilan dibedakan oleh cara pandang mereka terhadap setiap masalah yang dihadapi. Dalam bukunya ke-37 “Mindset Therapy”, Andrias menulis bahwa yang menentukan pesimis atau optimisnya seseorang terletak pada pola respons-nya terhadap suatu keadaan yang dianggap sebagai kesulitan/masalah. Pola respon yang telah menjadi kebiasaan untuk jangka waktu tertentu akan bersifat permanen. Jika dibiarkan akan semakin meluas dan menghancurkan segalanya seperti mulai menyalahkan diri sendiri. Beda dengan cara pandang orang optimis yang memandang kesulitan/masalah sebagai sesuatu yang bersifat sementara dan bisa diatasi.

Selain piawai sebagai trainer dan motivator, Andrias juga pandai menulis. Bakat terpendam Andrias dalam menulis pertamakali ditemukan guru bahasanya saat ia duduk di bangku SMP. Atas saran gurunya, ia mengikuti lomba karya ilmiah dan berhasil menyabet juara I. Ketika menjadi mahasiswa, kepandaiannya dalam menulis membuahkan hasil dengan menjuarai Lomba Karya Tulis Mahasiswa Hukum tingkat Propinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta. Sejak saat itulah, ia mulai berpikir untuk menekuni dunia kepenulisan lebih serius.

Buku trilogi pertamanya (Sukses Tanpa Gelar, Berguru Pada Matahari, dan Menerobos Badai Krisis) yang terbit pada tahun 1998, sukses di pasaran. Terhitung sejak 1998 sampai 2008, Andrias telah berhasil menerbitkan sebanyak 35 judul buku yang semuanya masuk dalam kategori buku best-seller karena terjual lebih dari 6.000 eksemplar dalam 6 bulan pertama. Buku-buku karangannya itu menjadi referensi dan pilihan para penikmat buku-buku motivasi.

Misalnya buku karangan pertamanya yang berjudul Sukses Tanpa Gelar. Buku ini lahir untuk memberikan inspirasi kepada pembaca bahwa universitas bukanlah satu-satunya jalan untuk belajar. Mereka yang merasa kurang beruntung karena tidak bisa melanjutkan kuliah tidak boleh patah semangat sebab banyak anak manusia yang tanpa gelar bisa meraih kesuksesan dalam hidupnya.

Menurutnya, kesuksesan itu bisa diraih lewat belajar mandiri dari kehidupan itu sendiri. Ilmu yang didapat jauh lebih luas dari yang ditawarkan di sekolah dan universitas. Hal ini jugalah yang mendorong Andrias bersama rekan-rekannya mendirikan Sekolah Kehidupan Indonesia sebagai tempat pembelajaran alternatif. Menurutnya, belajar harus ditempatkan dalam konteks yang memungkinkan pengembangan kemanusiaan dan memberikan sesuatu kembali ke masyarakat.

Setelah lebih dari 20 tahun manjadi trainer, motivator, dan penulis buku best seller, Andrias masih ingin mewujudkan satu lagi mimpinya yang disebutnya sebagai VISI INDONESIA 2045 dimana Indonesia menjadi salah satu dari lima negara paling maju di dunia di tahun 2045.

Untuk mewujudkannya, ia bertekad menyelesaikan 100 buku yang ingin ia persembahkan kepada rakyat Indonesia bertepatan pada HUT RI ke-100 pada tahun 2045. Dengan target membuat 3 buku pertahun, ia optimis bahwa impiannya berhasil menulis 100 buku pada saat HUT RI ke-100 akan terwujud. Selain itu, melalui komunitas Writer Schoolen yang ia dirikan, ia ingin menyumbang lahirnya 1.000 penulis dan 1.000 wartawan dengan standar Writer Schoolen. Sedangkan lewat komunitas Trainer Schoolen yang didirikannya, Andrias Harefa bercita-cita menyumbangkan lahirnya 1.000 motivator, speaker, trainer, dan learning facilitator.

Berani Menetapkan Tujuan

Dalam tulisannya berjudul ‘Membangun Spirit Keberhasilan’, Andrias Harefa menekankan bahwa latar berlakang tidaklah menjadi halangan untuk menjadi orang sukses. Karena sesungguhnya, spirit kesuksesan atau dorongan untuk mencapai kesempurnaan atau kesuksesan hidup itu sudah ada dalam diri seseorang. Sekolah kehidupan mengajarkan bahwa setiap orang didorong oleh suatu keinginan untuk maju, untuk bertumbuh, untuk berkembang, untuk meraih apa yang dipahaminya sebagai kesempurnaan atau kesuksesan hidup. Sehingga untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan spirit keberhasilan (the spirit of success) untuk mengembangkan daya imajinasi pada hal-hal apa yang ingin dicapai.

Namun dalam perjalanannya, yang sering menjadi kendala adalah, spirit keberhasilan ini perlahan-lahan meredup dalam diri sebagian orang ketika hendak mencapai apa yang diinginkan. Berbagai masalah mulai menghampiri seolah menjadi amunisi untuk melunturkan semangat seseorang dan tidak lagi yakin akan kemampuannya. Pada gilirannya, menurutnya, inilah yang telah melahirkan orang-orang yang pesimis akan masa depannya.

Meski demikian, menurut Andrias tidak semua orang mengalami hal tersebut. Karena ada sebagian yang sudah terlatih menghadapi berbagai kesulitan hidup dan memiliki cita-cita besar yang mampu mengubah situasi dan kondisi hidupnya. Secara sadar mereka meyakini bahwa keberhasilan hanya akan diraih oleh orang-orang yang berani menetapkan tujuan-tujuannya. Mereka memiliki komitmen dan mulai bekerja keras terus menerus, melakukan evaluasi atas kemajuan di setiap langkahnya serta menarik pelajaran dari setiap proses yang sudah dilaluinya hingga mencapai keberhasilan. Dengan adanya harapan di setiap gagasan-gagasan, maka ada harapan untuk berkembang menjadi orang-orang yang optimis dalam menyongsong masa depan.

Lalu dimanakah letak perbedaan antara orang optimis dan pesimis? Menurut Andrias, orang-orang yang memiliki spirit keberhasilan dibedakan oleh cara pandang mereka terhadap setiap masalah yang dihadapi. Dalam bukunya ke-37 “Mindset Therapy”, Andrias menulis bahwa yang menentukan pesimis atau optimisnya seseorang terletak pada pola respons-nya terhadap suatu keadaan yang dianggap sebagai kesulitan/masalah. Pola respon yang telah menjadi kebiasaan untuk jangka waktu tertentu akan bersifat permanen. Jika dibiarkan akan semakin meluas dan menghancurkan segalanya seperti mulai menyalahkan diri sendiri. Beda dengan cara pandang orang optimis yang memandang kesulitan/masalah sebagai sesuatu yang bersifat sementara dan bisa diatasi.

Antara rasa tidak berdaya dengan rasa percaya diri juga merupakan hasil dari pembelajaran. Begitu juga cara seseorang merespons suatu peristiwa dengan sikap pesimis dan optimis juga hasil pembelajaran. Karena semua itu merupakan pola respons yang dibiasakan lewat proses pembelajaran, maka ia bisa dihentikan dan diubah. Jika merasa tidak berdaya, mulai belajar untuk merasa berkemampuan. Jika terbiasa memberikan respons yang pesimis, mulai belajar untuk memberikan respons yang optimis. Jika ia tidak mendatangkan kebaikan dan bermanfaat, semuanya bisa diubah melalui proses pembelajaran.

Andrias juga mengingatkan bahwa rasa tak berdaya dan respons pesimis bukanlah faktor nasib atau faktor genetika yang diwariskan dari orangtua dan nenek moyang dan bukan juga faktor permanen seperti sifat dasar (traits) yang tak bisa diubah. Demikian juga rasa berkemampuan, percaya diri, dan respons optimis bukanlah faktor keberuntungan, melainkan hasil pembiasaan yang bisa dipelajari tahap demi tahap dan terus menerus. Namun jika spirit keberhasilan dibiarkan terus teraniaya, maka hidup semakin jauh dari potensi yang sesungguhnya dan perlu diperjuangkan.

Menurut Andrias, untuk mengubah cita-cita menjadi realita membutuhkan keyakinan yang kuat. Sikap optimis memiliki peranan yang penting untuk memiliki pengharapan akan hal-hal baik dan menyenangkan dalam segala hal yang diusahakan. Tanpa optimisme yang memadai, perjuangan menjadi orang sukses kemungkinan besar akan berakhir dengan kisah yang tidak menyenangkan.

Seseorang yang menjadi pribadi yang rapuh/pesimis dapat berubah jika memutuskan untuk mengubah kata-kata dan kalimat yang dikatakan kepada diri sendiri. Mulailah dengan membuang kata-kata yang menganiaya pengharapan, begitu pesan Andrias. eti | hs, mlp

Data Singkat
Andrias Harefa, Motivator, Trainer, Penulis / Pelatih Pembelajar Sukses | Direktori | Pembelajar, penulis, motivator, trainer, pembicara

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini