Kecantikan Bukan Modal Utamanya
Angelina Sondakh
[SELEBRITI] Puteri Indonesia 2001, Angelina Patricia Pingkan Sondakh mengakhiri masa keputriannya dengan meluncurkan buku setebal 185 halaman berjudul Kecantikan, Bukan Modal Utama Saya. Ia sangat menyayangkan peran yang diberikan kepadanya selama menyandang gelar Putri Indonesia yang lebih banyak tampil untuk acara demo kecantikan dan berbicara tak pernah jauh dari topik kecantikan.
Perempuan cantik yang berasal dari Menado, ini dinobatkan sebagai Puteri Indonesia tanggal 20 Juni 2001 mewakili propinsi Sulawesi Utara. Penobatannya berlangsung di Jakarta Convention Centre, Jakarta ditandai penyematan mahkota Puteri Indonesia oleh Bernika Irnadianis Ifada, Puteri Indonesia 2000 disaksikan Ketua YPI BRA Mooryati Soedibyo dan Miss Universe 2001, Denise M Quinones August asal Puerto Rico.
Angel, panggilan akrab Angelina Patricia, mengakhiri ‘keratuannya’ juga dengan menyematkan mahkota Puteri Indonesia kepada penggantianya Melanie Putria Dewita Sari, Puteri Indonesia 2002. Pada acara ini, pihak penyelenggara tampaknya tidak menampilkannya secara wajar sebagaimana lazimnya. Banyak orang menduga mungkin karena kritiknya yang demikian baik dalam bukunya mengenai peran seorang Puteri Indonesia.
Dalam bukunya ia menyatakan sama sekali tidak keberatan mengenai demo dan topik kecantikan, asalkan diimbangi dengan kegiatan yang menonjolkan kriteria lain, seperti kecerdasan intelektual. Peluncuran buku itu diadakan di Salsa Cafe, Kemang, hari Kamis 4/7/02. Sehari setelah para finalis Putri Indonesia 2002 menjalani proses karantina di Jakarta. Final di Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), 12 Juli 2002. Peluncuran buku itu dihadiri juga oleh penulis kata pengantar, Rheinald Kasali, dan penulis pendamping Asteria Elanda.
Sejak remaja, Angelina sudah jadi menerima gelar “putri” dan “ratu.” Gadis kelahiran Armidale, Australia, 28 Desember 1977, ini telah meraih sejumlah penghargaan mulai dari Juara I lomba pidato Bahasa Inggris se-Sulut tahun 1997, Juara I lomba Debat Ilmiah se-Sulut 1998, Noni Sulut (1996), Sertifikat of Merit Achievement in Chemistry dan menjadi Duta Wisata Miss Novotel tahun 1999. Gadis yang sangat fasih berbahasa Inggris dan Jerman, ini lulus dari sekolah berasrama Presbiterian Ladies School Sydney, Australia. Kemudian melanjut di Fakultas Ekonomi, Universitas Atma Jaya, Jakarta.
Setelah itu, ia pulang ke Manado dan bekerja di sebuah perusahaan kontraktor. Ia anak bungsu dari 5 bersaudara, puteri pasangan Prof. Dr. Ir. Lucky Sondakh,MEc (dosen Universitas Sam Ratulangi, Menado) dan Ir Saul Kartini Dotulong. Ia gadis yang ramah, tenang, cerdas dan tampak dewasa. Tutur katanya halus. Puteri yang hobi membaca ini juga mampu memainkan keyboard dan organ.
Menurutnya, tugas sebagai Putri Indonesia seharusnya lebih dari kehadiran di berbagai demo kecantikan ataupun menjadi salah satu tokoh terkenal dunia hiburan. Ia tidak sependapat dengan banyak kalangan yang menilai keberhasilan seorang Putri Indonesia diukur jika ia bisa menjadi presenter terkenal, laris sebagai bintang iklan dan sinetron, ataupun pekerjaan lain yang berhubungan dengan dunia hiburan.
Ia menyoroti hal ini secara tajam dalam bukunya ‘Kecantikan Bukan Modal Utama Saya’. Buku setebal 185 halaman dan terdiri dari lima bab ini, berisi sejumlah pengalamannya selama satu tahun menjabat sebagai Putri Indonesia. Ia tidak bermaksud membanggakan diri sendiri menulis buku ini. Tapi hanya didorong keinginan untuk berbagi pengalaman yang ia dapat selama satu tahun menjadi Putri Indonesia.
Tapi, lewat buku ini, setidaknya ia ingin meluruskan pendapat sebagian orang yang belakangan ini cenderung beranggapan bahwa kekuatan wanita adalah kecantikan. Kecantikan seringkali dijadikan tujuan utama, yang akhirnya selalu menggiring pada ketidakpercayaan diri. Kecantikan haruslah dijadikan sebagai elemen pendukung bukan kekuatan yang utama. Menurutnya, kekuatan wanita justru seharusnya terletak pada kecerdasan intelektualnya. Anggapan bahwa kekuatan wanita adalah kecantikan justru sudah harus dirubah menjadi kekuatan wanita adalah EQ (Emotional Quotient) dan IQ (Intelectual Quotient).
Hal-hal semacam ini, sering ia temui tatkala melakukan berbagai kunjungan ke daerah-daerah. Maka, pada buku Kecantikan Bukan Modal Utama Saya itu, banyak hal yang ia tuturkan, seperti pada bagian keduanya, Hak Mahkota Itu Saya Miliki, menceritakan jalan menuju kecantikan sejati. Pada bagian ketiga, Aneka Lomba yang Mematangkan Kepribadian, ia menceritakan pengalamannya saat mengikuti sejumlah perlombaan yang menggiringnya menjadi pribadi yang matang.
Gadis berperawakan 170 cm dengan berat 54 kg yang menggenggam motto “Ambisi tapi tidak harus ambisius” ini menulis dalam bagian kelima bukunya, tentang Hari-hari Putri Indonesia. Selama satu tahun sebagi seorang Putri Indonesia, ia telah melakukan berbagai kegiatan sebagai wakil dari puteri Indonesia, berkeliling tanah air bahkan berkunjung ke berbagai negara untuk ikut mempromosikan segala hal yang berkaitan dengan Indonesia, baik wisata maupun komoditi tanah air.
Gadis penggemar bubur Manado ini pernah menjadi MC acara Kadin dalam pembukaan House of Indonesia di Bangkok, peragaan-peragaan pengantin Lampung di Kuala Lumpur dalam Acara Asia Pacific Bridal Summit, dan berkunjung ke Amerika Serikat atas undangan Asosiasi Kawanua. Ia berharap, mudah-mudahan pengalamannya berharga buat Putri Indonesia berikutnya untuk dapat mengubah persepsi sebagian wanita yang sering memandang kecantikan itu segala-galanya.
Dalam bukunya ini, ia menyisipkan dua buah sajak, yang salah satunya berjudul Dream. Edisi pertama buku yang diterbitkan PT Intana Grafinusa dicetak sebanyak 3000 eksemplar. Bakat menulis memang dimiliki perempuan yang gemar membaca ini. Ia bahkan pernah bercita-cita jadi wartawan. Pada tahun 1994, ia pernah mengirim beberapa kali cerita pendek ke berbagai majalah, meski semuanya harus pasrah masuk keranjang sampah. Tiga kali kirim semuanya ditolak. “Aku rasa sudah cukup deh,” kenangnya.
Setelah melepas gelar Puteri Indonesia, ia makin aktif dalam kegiatan yang sifatnya tidak mengampanyekan kecantikan. Ia memutuskan terlibat dalam kampanye pencegahan kepunahan primata langka Tarsius spectrum. Primata berukuran mini, serupa monyet, bermata besar, panjang tubuhnya 9,5-10 cm, dikenal hidup endemik di hutan semak Sulawesi Utara (Sulut). Binatang ini bisa ditemukan hidup liar di Minahasa, Bitung, Dumoga, dan Gorontalo. Bahasa setempat menyebutnya “tangkasi”. Spesies lain tarsius juga bisa ditemukan di hutan semak Sumatera, Bangka, dan Kalimantan, serta Filipina.
Sejak tahun 1990, Tarsius telah masuk dalam “daftar merah” IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources)-lembaga internasional yang bergerak pada perlindungan sumber daya alam. Tarsius dianggap sebagai binatang yang terancam kepunahan.
Binatang ini monogami, hanya berpasangan dengan satu lawan jenis. Konon, begitu salah satu mati, tidak berapa lama pasangan monogaminya akan mati juga. “Hidup berpasangan binatang ini seperti kisah cinta abadi,” kisah Angel.
Putri Indonesia 2001 ini, pada Oktober 2002, hadir di Los Angeles, New York, Boston, dan New Hampshire diupayakan melalui organisasi masyarakat Maesa Eastcost, media Cahaya Times, Yayasan Pelestarian Selat Lembeh dalam rangka membantu usaha-usaha pemerintah untuk mengangkat kembali image negatif mengenai Indonesia.
Road Show Angelina Sondakh ini merupakan promosi kekayaan Indonesia dikaitkan dengan budaya, alam, dan senyum orang Indonesia. Iabanyak menjelaskan soal lingkungan dan pelestarian kekayaan Indonesia yang tidak ada di negara lainnya seperti binatang langka satu-satunya di Batuangus Tangkoko, Sulawesi Utara, yakni Tarsius dan Orang Utan di Kalimantan yang hampir punah.
Pendidikan yang diberikan kedua orang tuanya, terutama semasa kanak-kanak, telah membentuk karakter dirinya. Tak lupa ia pula menceritakan bagaimana cinta kasih orang tua yang telah dirasakannya, bahkan hingga kini. Berulang kali, Angie menegaskan bahwa kesuksesan dirinya bukan karena kemampuannya sendiri saja tapi karena berkat dan penyertaan Tuhan. Ia pun mengakui, bahwa dirinya tidak berarti apa-apa tanpa kehadiran orang lain.
Cho Telew, orang yang pertama kali menemukan bakatnya, berkali-kali memuji pribadi Angie. “Ia tak pernah melupakan dari mana ia datang, bagaikan kacang yang tidak lupa kulitnya,” ungkap Cho Telew seorang pemandu bakat di bidang fashion dan modeling. e-ti