
[SELEBRITI] Musiknya yang easy listening kental melodi gitar akan membawa kembali pendengarnya ke era 90-an saat Kurt Cobain dan Eddie Vedder sedang berjaya. Kreativitasnya dalam bermusik juga ia gunakan untuk menyuarakan kecintaan dan kepeduliannya pada alam.
Nugie terlahir dengan nama Agustinus Gusti Nugraha dari pasangan A.R Djuano dan Agnes Mirasih. Ia merupakan adik kandung dari dua musisi ternama tanah air yakni Andre Manika dan Katon Bagaskara. Ketertarikan Nugie untuk menekuni dunia musik sudah terlihat sejak ia beranjak remaja. Niatnya itu sempat mendapat tentangan dari sang ayah, A.R Djuano, yang menginginkan Nugie untuk fokus pada kuliahnya hingga berhasil meraih gelar sarjana.
Meski sempat tak direstui, Nugie yang sudah yakin akan jalan hidup yang dipilihnya, tetap tak ingin mengecewakan orangtuanya. Maka sebelum terjun ke dunia musik secara total, ia terlebih dahulu menyelesaikan pendidikannya di FISIP UI. Setelah menamatkan studinya, pria kelahiran Jakarta, 31 Agustus 1971 ini mulai merintis karirnya di dunia tarik suara.
Beruntung Nugie memiliki kakak yang piawai di bidang musik. Dengan dukungan sang kakak, Katon Bagaskara, Nugie terus mengembangkan bakat bermusiknya. Katon pula yang mengizinkan Nugie menggunakan studio miliknya. Tak hanya itu, suami dari aktris Ira Wibowo itu juga sekaligus menjadi produser rekaman Nugie.
Tahun 1995, kerja keras dan tekad kuat Nugie akhirnya berbuah album trilogi pertamanya, yaitu Bumi yang berhasil mencetak hit single Tertipu. Setahun kemudian dilanjutkan dengan hits berikutnya Burung Gereja yang terangkum di album Air pada 1996, lalu disusul dengan Udara di tahun 1998 dengan lagu jagoannya, Pembuat Teh. Setelah itu ia meluncurkan album bertajuk Bahagia yang merupakan album Trilogi seri II dengan tembang andalannya, Bisa Lebih Bahagia.
Album-album Nugie membuahkan sederet penghargaan, antara lain Penyanyi Alternatif Terbaik dalam ajang Anugerah Musik Indonesia tahun 1997, setahun kemudian Majalah Hai menobatkannya sebagai Penyanyi Pria Terbaik.
Selain tampil solo, Nugie juga pernah tergabung dalam sebuah band bernama ALV. Bersama band yang digawangi Alex, Nitto, dan Gerry itu, Nugie merilis album bertajuk ALV di tahun 2001 dengan hit single Yang Tak Kasatmata. Dua tahun berselang, ALV merilis album berikutnya yang berjudul Senyawa Hati dengan lagu unggulan, Terancam Punah. Album tersebut merupakan album kedua sekaligus album terakhir ALV Band karena dinilai kurang sukses di pasaran. Ditambah dengan kesibukan masing-masing personil, band tersebut akhirnya tak bisa bertahan, hingga akhirnya memutuskan untuk membubarkan diri pada 2 Juni 2003.
Enam tahun setelah itu, Nugie kembali berkiprah sebagai anak band. Kali ini ia berkolaborasi dengan nama-nama yang sudah tak asing lagi dalam dunia musik tanah air, mereka adalah Pongki (Jikustik), Baim (eks Ada Band), dan Ariyo Wahab (eks SOG band). Bersama ketiga rekannya itu, Nugie membentuk band bernama The Dance Company yang telah merilis album perdana di tahun 2009, dengan hit single Papa Rock n Rol dan Coba Kau Bayangkan. Di band tersebut ia mengisi posisi drummer.
Berbeda dengan ALV yang kurang disambut antusias, kemunculan Nugie dengan The Dance Company-nya mendapat respon yang cukup positif. Selain karena wajah para personilnya sudah banyak dikenal masyarakat, lagu-lagunya pun easy listening. Sehingga tidak mengherankan kalau band itu manggung tak pernah sepi penonton.
Setelah dunia tarik suara sukses dirambahnya, Nugie melebarkan sayapnya di dunia hiburan dengan merambah bidang seni peran. Debutnya sebagai aktor dimulai dengan membintangi dua judul sinetron yang masing-masing berjudul Dua Pelangi dan Mambo. Baru kemudian di tahun 2009, ia berkesempatan untuk menunjukkan kebolehannya dalam berakting dalam film layar lebar berjudul Sang Pemimpi yang rilis tahun 2009.
Setelah dunia tarik suara sukses dirambahnya, Nugie melebarkan sayapnya di dunia hiburan dengan merambah bidang seni peran. Debutnya sebagai aktor dimulai dengan membintangi dua judul sinetron yang masing-masing berjudul Dua Pelangi dan Mambo. Baru kemudian di tahun 2009, ia berkesempatan untuk menunjukkan kebolehannya dalam berakting dalam film layar lebar berjudul Sang Pemimpi yang rilis tahun 2009. Di film yang disutradarai Mira Lesmana dan Riri Riza itu, Nugie kebagian peran sebagai seorang guru.
Meski terhitung sebagai pendatang baru, namun akting Nugie cukup mendapat apresiasi positif dari masyarakat. Terbukti, setahun setelah debutnya di Sang Pemimpi, ia mulai kebanjiran tawaran untuk kembali berakting dalam sejumlah film layar lebar. Walaupun begitu, Nugie bukan tipe orang yang memanfaatkan setiap kesempatan yang datang. Ia tetap selektif dalam memilah peran yang disodorkan. Selain itu film yang dibintanginya harus berbobot dan sarat akan pesan moral.
Sebagai musisi yang mulai menjajaki karirnya sebagai aktor, tentunya Nugie memiliki jadwal kegiatan yang padat. Namun kesibukan tak membuatnya lupa meluangkan waktu sejenak untuk melakukan kegiatan sosial terutama yang menyangkut kepedulian terhadap lingkungan. Selain dikenal sebagai seniman musik, Nugie juga dikenal sebagai aktivis pecinta lingkungan. Dalam karir bermusiknya, kecintaan Nugie terhadap lingkungan dapat dilihat dari pemilihan judul album-album solonya, yakni Bumi, Air, dan Tanah. Selain dituangkan dalam kreativitas bermusiknya, Nugie juga berperan aktif sebagai aktivis lingkungan dengan terlibat dalam LSM WALHI dan WWF.
Partisipasinya dalam mengkampanyekan gerakan peduli lingkungan dituangkannya lewat musik. Seperti yang dilakukannya pada pertengahan Juni 2009, Nugie berkolaborasi dengan sang kakak, Katon Bagaskara. Kedua kakak beradik itu meluncurkan single yang berjudul ‘Jika Bumi Bisa Bicara’ yang didedikasikan untuk mendukung program penyelamatan lingkungan. Separuh hasil penjualannya akan disalurkan untuk pendanaan program WWF.
Selain lewat lagu, suami dari Shinta Dewi ini juga menunjukkan kepeduliannya terhadap lingkungan dalam kesehariannya. Misalnya, dalam rangka penghematan bahan bakar, Nugie tak segan menggunakan sepeda atau sepeda motor yang irit bahan bakar sebagai moda transportasinya. Selain itu, Nugie juga hemat memakai listrik di lingkungan rumahnya dengan cara meminimalisir penggunaan lampu dan air. Untuk mengurangi polusi udara, pekarangan rumahnya ditanam berbagai macam tumbuhan. Sedangkan untuk mengurangi sampah plastik sebagai penyumbang terbesar polusi tanah, ia menggunakan tas belanja yang bisa dipakai berulang kali.
Gaya hidup cinta lingkungan itu yang kemudian ia coba kampanyekan ke seluruh lapisan masyarakat Indonesia mulai dari yang berada di kota besar hingga pelosok desa terpencil. Dia menyerukan agar masyarakat hidup selaras dengan alam dengan menjunjung prinsip 3R: Reduce (kurangi konsumsi), Reuse (gunakan lagi), dan Recycle (daur ulang). Selain itu, ia acap kali menyampaikan edukasi mengenai pentingnya melestarikan lingkungan pada kalangan pelajar serta mahasiswa. eti | muli, red