Perkenalkan Jazz yang Membumi

Syaharani
 
0
242
Syaharani
Syaharani | Tokoh.ID

[SELEBRITI] Perjumpaannya dengan musisi jazz ternama, Bubi Chen, menjadi awal perjalanan karirnya sebagai penyanyi jazz profesional. Dedikasi perempuan yang biasa menyanyi di kampus dan pub ini dalam dunia jazz terlihat dari kerelaannya untuk menghasilkan banyak karya tanpa terlalu memusingkan aspek bisnis semata. Ia lebih suka bereksplorasi dengan berbagai jenis musik dan menyederhanakan impovisasi solo yang ekspresif dan individual untuk menyiasati kendala yang dihadapi oleh dunia musik jazz Indonesia.

Syaharani lahir di Batu, Malang, pada 27 Juli 1971 dari pasangan Hasan Ali Ibrahim dan Elly Zapantis. Pemilik nama lengkap Saira Syaharani Ibrahim ini sudah akrab dengan musik jazz sejak ia masih kecil. Meski demikian, perempuan yang akrab disapa Rani ini baru berkiprah di dunia jazz saat duduk di bangku kuliah tepatnya di tahun 1990. Selain kerap tampil dalam berbagai acara kampus, Rani juga menjadi penyanyi di sejumlah pub.

Saat tampil menjadi pengisi acara di sebuah pub, ia bertemu dengan seorang musisi jazz ternama, Bubi Chen. Pertemuan tersebut rupanya membuka jalan bagi Rani untuk terjun sebagai penyanyi jazz profesional. Akhir tahun 1998, ia bergabung dengan Bubi Chen, serta beberapa musisi jazz lainnya seperti Benny Likumahua, Sutrisno, Cendi Luntungan, dan Oele Pattiselanno. Mereka kemudian mengeluarkan album jazz bertajuk What a Wonderful World.

Setahun kemudian, Rani merilis album solo jazz perdananya yang diberi judul Love. Di tahun 2002, untuk memaksimalkan kualitas vokalnya, penyanyi berdarah campuran Bone-Yunani ini kemudian merambah ladang musik psikedelik lewat album Magma. Album ini berisi 11 lagu yang bernuansa jazz, fusion, ethnic, dan trip hop yang bercampur menjadi satu sehingga menghasilkan apa yang Rani sebut sebagai psikedelik. Menurut Rani, album keduanya itu amat berbeda dengan album perdananya, Love. Sebab Magma lebih nge-pop dan semua materi lagunya pun enak untuk dinikmati.

Selanjutnya Juni 2004, mantan kekasih rocker Roy Jeconiah ini meluncurkan album solo ketiganya yang bertitel Syaharani. Dalam album ini, ia memaksimalkan bakat jazz-nya. Ada sepuluh tembang lawas di album ini yang diaransemen ulang, sembilan lagu berbahasa Inggris milik Procol Harum, A White Shade of Pale, Careless Whisper (Wham), Fragile (Sting), (Jimmy Cliff), serta Lately (Stevie Wonder), serta satu lagu berbahasa Indonesia berjudul Kesan karya Andy Mapajalous, yang pernah populer lewat alunan vokal Ermy Kulit.

Menurut biduan jazz yang pernah mewakili Indonesia di ajang North Sea Jazz Festival 2001 ini, album daur ulang ini sengaja ia buat karena ingin menghadirkan suasana baru. Rani juga ingin menghilangkan ketakutan orang banyak terhadap musik jazz dengan memilih lagu-lagu yang sederhana.

Uniknya, di bawah label Sangaji Musik, semua lagu yang terdapat di album tersebut tidak dibuat video klipnya karena dipasarkan ke mancanegara seperti Hongkong, Singapura, London, dan Jepang. Lagi pula, menurut Rani, Sangaji Musik selaku label rekamannya memang tidak pernah membuat klip sebagai media promosi. Kalaupun ada lagunya yang dibuat klip, itu merupakan hasil produksi sendiri.

Tak lama setelah meluncurkan album ketiganya, pada 30 Juni 2004, Rani membuat kejutan dengan menggelar konser tunggal bertajuk Cross Genre Music di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM). Disebut kejutan karena lewat konser yang melibatkan Iga Mawarni dan bintang sinetron Lola Amaria ini, Rani ingin mematahkan anggapan orang bahwa untuk menggelar konser tunggal harus sukses luar biasa dengan penjualan album sekian juta. Syaharani memang bukanlah seorang penyanyi yang angka penjualan albumnya hingga menembus jutaan keping. Namun ia termasuk penyanyi yang konsisten pada jalurnya yakni jazz.

Rani membuat kejutan dengan menggelar konser tunggal bertajuk Cross Genre Music di Graha Bhakti Budaya Taman Ismail Marzuki (TIM). Disebut kejutan karena lewat konser yang melibatkan Iga Mawarni dan bintang sinetron Lola Amaria ini, Rani ingin mematahkan anggapan orang bahwa untuk menggelar konser tunggal harus sukses luar biasa dengan penjualan album sekian juta. Syaharani memang bukanlah seorang penyanyi yang angka penjualan albumnya hingga menembus jutaan keping. Namun ia termasuk penyanyi yang konsisten pada jalurnya yakni jazz.

Konser tersebut merupakan gabungan beberapa genre musik seperti jazz mainstream, pop, dan progresif. Dalam perhelatan akbar itu, ia menggandeng Kevin Wahl (terompet dan saxophone), Oele Pattiselanno (gitar), Agam Hamzah (gitar), Adi Dharmawan (bas), Eddy Syahronny (drum), Elanda Yunita (piano dan keyboard), Iwan Wiradz (perkusi), dan Didit Outer (program dan gitar efek) untuk mengiringi aksinya.

Rani juga mengusung misi untuk mengembalikan imej musik jazz. Selama ini, di Indonesia, jazz kerap dianggap sebagai musik mewah untuk masyarakat menengah ke atas. Tapi sebenarnya, menurut Rani, dalam sejarah musik jazz, justru orang-orang pinggiranlah yang mengangkat musik ini.

Advertisement

Maka, untuk lebih menonjolkan kesan “pinggiran”, konsep panggung yang sengaja dipilih pun berbau atribut jalanan. Para artis pendukungnya pun tak mengenakan busana indah nan mahal hasil rancangan desainer ternama melainkan hanya menggunakan pakaian sehari-hari. Tujuannya agar penonton merasa santai dalam mendengarkan musiknya. Pementasan konser terbagi dalam 3 sesi yang sekaligus menandai tahapan perjalanan musik Syaharani di blantika musik jazz. Yang lebih menarik, konser ini tidak dipungut bayaran alias gratis.

Penyanyi bersuara berat yang pernah berkolaborasi dengan beberapa musisi jazz tersohor mancanegara, seperti Al Jarreau, Dave Koz, dan Keith Martin ini rupanya tak hanya berkarya di dunia tarik suara saja tapi juga di bidang akting. Ia pernah tampil dalam pertunjukan teater musikal Madame Dasima, Gallery of Kisses di TIM Jakarta.

Selain itu, Rani juga menjadi pemeran pendukung dalam film produksi Miles Film berjudul Garasi pada tahun 2006. Dalam film ini, ia berperan sebagai Kinar, tokoh wanita yang serius dalam mempertahankan haknya. Kinar memilih melahirkan anaknya dengan caranya sendiri. Ia menganggap, melahirkan adalah bagian dari haknya. Meskipun di sampingnya ada orang yang ikut mempengaruhinya namun Kinar tidak terombang-ambing dengan keputusan itu.

“Saya rasa Kinar adalah sosok yang idealis dan tidak mau kompromi,” aku Rani. Selama menjalani syuting film Garasi, ia mengalami kesulitan ketika berpakaian rok mini. Pasalnya, baru kali ini ia pake rok dengan model duduk. Ia mengaku kesulitan menyesuaikan penampilan dengan skenario yang ada. Walau begitu, ia tetap melakoninya demi profesionalisme. “Pake rok adalah tantangan gue yang paling sulit saat di Garasi. Hikmahnya gue jadi tahu bagaimana caranya pake rok,” komentarnya seperti dikutip dari situs kapanlagi.

Puas menjajal dunia seni peran, Rani kembali masuk ke dapur rekaman untuk menggarap album terbarunya di tahun 2006. Dalam proses pembuatan albumnya itu, ia mengandeng dua teman lamanya, Achmad Fareed dan Donny Suhendra, mantan gitaris Krakatau. Mereka bertiga berkolaborasi dalam Syaharani dan The Queenfireworks yang merilis album bertajuk Buat Kamu. “Bagi kami ini merupakan rumah, dimana kita bisa berbagi ego masing-masing, dengan isi kepala yang berbeda kita mencoba untuk membuat satu terobosan, sebuah karya kreatif,” jelasnya.

Rani menggambarkan, albumnya ini menampilkan komposisi yang light dan cheerful, eksotis, tanpa beban dan tidak njelimet. Pengaruh dari beberapa jenis musik pun terdengar dalam album ini, ada musik pop, jazz, rock n roll, blues, soul dan bahkan disko, tekno atau pun elektronis. Semuanya dikemas dalam nuansa yang simpel, segar, kreatif, ringan, komunikatif dan lugas.

Lebih lanjut Rani mengatakan, bahwa Buat Kamu adalah album Syaharani, tapi milik Syaharani and The Queenfirework karena proyek ini merupakan kerja kelompok bukan individu. Selain itu, Rani dan rekan-rekannya menekankan bahwa kolaborasi mereka lebih berdasar pada otak dan hati. Ketiganya juga tidak ingin musiknya diisi musik yang terkesan tempelan yang hanya akan menimbulkan rasa bosan dan stres.

Di sisi lain, Rani mengakui kalau album ini juga dilatarbelakangi untuk menerobos sekat yang selama ini telah terpatri oleh sistem pemasaran di industri musik. Seperti pengolongan jazz, pop, rock, RnB dan lainnya. “Itu hanya bahasa marketing, dengan warna yang lebih banyak untuk menembus sekat, kita tetap tidak kehilangan jati diri, karena inilah rumah kami yang bisa berubah aksesori dalamnya,” ujarnya.

Album Syaharani dan The Queenfirework merupakan hasil dari perenungan Rani sejak tahun 2002. Bahwa dalam hidup harus terus maju ke depan. Masa lalu memang sulit untuk ditinggalkan. Tapi hidup harus terus berjalan. eti | muli, red

Data Singkat
Syaharani, Penyanyi Jazz / Perkenalkan Jazz yang Membumi | Selebriti | Penyanyi, jazz

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini