Demi Ragam Flora Indonesia
Enny Sudarmonowati
[WIKI-TOKOH] Berbekal DNA, ia bisa melacak praktik penebangan ilegal sampai memperkaya kandungan karotena ubi kayu.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kembali mengukuhkan tiga peneliti mereka sebagai guru besar pada Jumat (21/5). Di deretan penerima gelar guru besar, tampak seorang perempuan anggun mengenakan kebaya.
Enny Sudarmonowati menjadi satu-satunya perempuan peneliti yang memperoleh gelar guru besar LIPI. Orasinya siang itu berjudul Pendekatan Genetika Molekuler imtuk Mengatasi Masalali Pertanian dan Kehutanan.
Penanda molekuler, salah satu metode yang ia gunakan dalam penelitiannya, bahkan mampu digunakan untuk melacak kayu-kayu hasil illegal logging. “Kita ambil DNA dari tiap tanaman sehingga kita punya bank data. Kalau ada kayu-kayu hasil illegal logging, tinggal kita cocokkan DNA-nya, dan kita bisa tahu asal kayu itu dari daerah mana,” jelas Enny saat ditemui di Pusat Biologi Universitas Nasional, Selasa (25/5).
Selain penanda molekuler. Enny melakukan rekayasa genetika. Dengan cara itu, Enny berusaha memperkaya kandungan nutrisi dalam tanaman. Salah satunya, beta karotena dalam ubi kayu. “Ubi kayu biasanya identik dengan masyarakat marginal karena kandungan gizinya yang minim. Dengan memperkaya beta karotena, masyarakat yang mengonsumsinya juga mendapat cukup asupan gizi,” lanjutnya!
Bila kandungan gizi meningkat, imbuh Enny, harga ubi kayu atau singkong pun otomatis akan naik. Harapannya, itu bisa meningkatkan kesejahteraan petani di Indonesia. “Sering saya berpikir, kenapa petani di Indonesia tidak bisa seperti petani di luar negeri? Mudah-mudahan, dengan cara seperti ini mereka bisa lebih sejahtera,” katanya. „
Biodiversity
Penelitian Enny kali ini banyak bermain di area keanekaragaman hayati tanaman di Indonesia. “Saya suka gemas kalau ada yang masihmenyebutkan bahwa Indonesia adalah negara dengan keberagaman terbesar kedua di dunia. Data itu harus dikaji ulang, masih valid atau tidak,” ucap ibu empat anak tersebut. Pasalnya, lanjut Enny, illegal logging yang pernah marak di Indonesia beberapa tahun lalu juga membuat keanekaragaman flora Indonesia turun.
“Misalnya DNA pohon yang tersisa di area pembalakan liar sama semua, kalau ada hama menyerang, karena DNA-nya sama, semua bakal mati,” lanjutnya. Pada 1992, Enny bahkan memelopori penggunaan sebuah teknik baru sebagai solusi altematif menyelamatkan keanekaragaman flora, yaitu kriopreservasi. Teknik itu dilakukan dengan cara menyimpan satu bagian tanaman di dalam tabung cairan nitrogen untuk lalu disimpan di suhu minus 196 derajat celsius.
Karena kondisi yang cukup ekstrem di dalam tabung tersebut, bagian tanaman yang akan diawetkan memerlukan perawatan khusus. “Saya menemukan teknik perawatan bagian tanaman yang akan dimasukkan ke tabung tersebut. Hingga dia bisa tetap tumbuh setelah keluar dari tabung,” tandas perempuan penerima satu-satunya paten LIPI di bidang biologi tersebut.
Dengan kriopreservasi, melestarikan satu jenis tanaman tak harus dilakukan dengan menanamnya. Sementara itu, pengawetan konvensional memiliki risiko terserangjamur bila tidak steril. Belum lagi, ketidakpastian apakah tanaman akan bertahan saat keluar dari tabung pengawet. “Kriopreservasi tidak memiliki batas waktu penyimpanan. Kapan pun dia keluar dari tabung nitrogen dan ditanam kembali, dia bisa tumbuh lagi, lima, sepuluh, atau 20 tahun kemudian,” jelasnya lagi.
Enny pun telah merekomendasikan perihal keanekaragaman hayati agar mendapat perhatian yang lebih lagi dari pemerintah. Selain melalui kriopreservasi, ia berharap pemerintah segera mengonservasi area yang telah mengalami pembalakan liar. “Beberapa di antara tanaman tersebut juga harus segera dikawinsilangkan agar keanekaragamannya tetap kaya,” ucap pengajar mahasiswa S-3 Universitas VVagenigen dan Universitas Radboud, Belanda, tersebut.
Aktivis lingkungan
Selain berusaha menyelamatkan keanekaragaman flora, ia dikenal sebagai aktivis lingkungan. Peneliti LIPI dan dosen di beberapa universitas itu menjabat manajer program di Fauna and Flora International (FFI), sebuah lembaga nirlaba di bidang lingkungan serta menjadi ketua umum dari Jakarta Green Monster, komunitas relawan yang peduli akan kebersihan lingkungan di Ibu Kota.
Selama lima tahun berjalan, komunitas berlogo sebuah monster hijau dengan wajah yang tersenyum ramah itu banyak melakukan kegiatannya di area jakarta Utara.
Kekaguman Enny kecil akan pohon-pohon yang berbuah lebat membawanya hingga ke titik saat ini ia berdiri.
“Dulu kalau saya lihat pohon, saya suka berpikir, gimana ya caranya supaya pohon ini lebih lebat lagi? Makanya saya masuk Agronomi IPB,” kenang peneliti yang telah menerbitkan lebih dari 140 publikasi ilmiah tersebut.
Tidak puas sampai di situ, Enny melanjutkan pendidikan strata dua dan tiganya di Inggris. Bahkan, ia sempat menjadi muridteladan di Universitas of Bath, Inggris.
Enny mengaku, setelah menyelesaikan pendidikan strata tiga, beberapa pihak di luar negeri memberikan tawaran pascadok-toral kepada dirinya.
Namun, semua tawaran itu tak digubris-nya. “Karena ada banyak permasaiahan lingkungan yang harus segera diselesaikan, saya lebih baik mendedikasikan ilmu di Indonesia,” tegasnya. (M/6) e-ti
Sumber: Media Indonesia, Selasa, 1 Juni 2010 | Penulis: Maria Jeanindya