Duet Sais dan Joki

 
0
58
Majalah Berita Indonesia Edisi 05
Majalah Berita Indonesia Edisi 05

VISI BERITA (Duet Pemimpin Bersinergi, November 2005) – Satu tahun pemerintahan SBY-JK (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla) diberitakan dan diulas secara luas oleh media massa, baik cetak, elektronik, maupun internet. Umumnya, media massa menyoroti kinerja Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) dan duet kepemimpinan SBY-JK. Kinerja KIB, terutama tim ekonomi, dinilai oleh berbagai pihak masih merah, sehingga opini publik berkembang bahwa perlu dilakukan reshuffle.

Baca Online: Majalah Berita Indonesia Edisi 05 | Basic HTML

Di sisi lain, duet kepemimpinan SBY-JK diduga mengalami disharmoni. Mereka digambarkan seperti dua matahari yang menyebabkan koordinasi KIB terlihat sering berebutan. Apakah hal ini benar atau hanya lebih panas semprong dari apinya? Hal ini perlu dicermati dengan jernih tanpa ada kepentingan politik kelompok.

Pers, politisi, pakar, dan pengamat yakin bahwa telah terjadi friksi kekuasaan dalam duet SBY-JK. Keyakinan ini didasari oleh berbagai tindakan kedua pemimpin, mulai dari Surat Keputusan Wakil Presiden terkait BAKORNAS PBP dan penanganan bencana gempa Tsunami Aceh dan Nias yang dianggap melampaui wewenangnya. Selain itu, ada pula peranan JK dalam penandatanganan MoU Damai dengan GAM, hingga perbedaan sikap tentang reshuffle kabinet serta kenaikan harga BBM, di mana beredar isu bahwa Wapres lebih menentukan daripada Presiden.

Jika dugaan ini benar, duet SBY-JK bisa disebut tengah berduel secara politik. Sebagai contoh, ketika Wapres melawat ke Cina dan rupiah anjlok, Presiden menyatakan mengambil alih kepemimpinan tim ekonomi, memunculkan pertanyaan tentang siapa yang sebenarnya memimpin tim ekonomi sebelumnya. Wapres pun mempersingkat lawatannya. Selanjutnya, saat Presiden melawat ke AS, ia terkesan tak ingin melepaskan mikrofon pimpinan sidang kabinet, bahkan melakukan sidang melalui telekonferensi tanpa kehadiran Wapres.

Opini dan pemberitaan media hampir seragam, menyebutkan adanya disharmoni dalam duet SBY-JK. Majalah Tempo bahkan menurunkan laporan utama bertajuk: Duet atau Duel?

Tergambarkan, sepertinya duet ini tengah berlomba berbagi kekuasaan, dan nanti pada Pemilu 2009 benar-benar akan bersaing merebut kekuasaan. Bahkan, telah diberitakan bahwa JK, yang menjabat Ketua Umum DPP Golkar, sudah menyatakan siap bersaing menjadi Presiden pada Pemilu 2009. Berita terakhir ini membuat suhu makin memanas. Ditambah suara-suara elite Partai Golkar mendesak perombakan kabinet dengan jatah kursi lebih pantas bagi partai pemenang Pemilu yang punya kekuatan lebih besar di legislatif. Sehingga terkesan elite partai yang telah berpengalaman berkuasa itu seperti merangkul akrab SBY (pemerintah) namun seraya menginjak kaki.

Jika kondisi seperti itu benar terjadi, tampaknya masa duet ini tidak terlalu lama lagi. Tapi, anggapan ini sangat terasa berlebihan, tatkala melihat penampilan kedua pemimpin ini dalam beberapa kegiatan. Terakhir ketika tampil bersama pada acara gelar diversifikasi enerji di Arena Pekan Raya Jakarta (26/10). Mereka terlihat akrab, lepas dan bersahabat. Tidak ada kesan bahwa mereka sedang bersaing berbagi kekuasaan.

Memang jika diamati, penampilan duet SBY-JK ini sangat jauh berbeda dari duet Presiden-Wapres sebelumnya, juga dengan duet Presiden-Wapres di negeri mana pun. Duet SBY-JK sering kali tampil pada acara yang sama. Suatu hal yang tidak lazim. Karena tidak lazim, tak heran bila banyak pihak mengira telah terjadi persaingan di antara kedua pemimpin ini.

Maka alangkah baik jika kita mencoba melihat dari sisi yang lain. Bahwa kemungkinan justru telah terjadi sinergi yang saling mengisi, mutual simbiosis, di antara kedua pemimpin ini. Bukankah mereka sudah saling mengenal dan bekerjasama sejak masih sama-sama menjabat Menteri Koordinator pada Kabinet Megawati? Kala itu, JK yang menjabat Menko Kesra terkadang memasuki area kerja SBY sebagai Menko Polkam. Seperti pada proses perdamaian Malino. Dan, mereka selalu akur, bahkan kemudian bersepakat berduet jadi pasangan Capres-Cawapres.

Advertisement

Dipandang dari sisi ini, duet SBY-JK adalah dwitunggal yang bersinergi. Perpaduan penampilan SBY yang tenang dan konsepsional (sehingga terkesan lamban dan ragu) dengan penampilan JK yang lebih agresif, cepat, dan pragmatis.

Kita berharap, inilah yang sedang terjadi dalam duet pemimpin ini. Walaupun kita juga menyarankan, agar kedua pemimpin ini tidak membuat preseden buruk adanya pembagian kekuasaan antara Presiden dengan Wapres. Karena hal itu tidak sesuai dengan konstitusi dan akan berbahaya bagi negara dan bangsa jika hal seperti itu (dua matahari) terjadi. (red/BeritaIndonesia)

Daftar Isi Majalah Berita Indonesia Edisi 05

Salam Redaksi

Visi Berita

Berita Utama

Berita Newsmaker

Berita Khas

Berita Feature

Lintas Media

Berita Tokoh

Berita Nasional

Highlight Berita

Lentera

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini