Menimang Capres Negarawan

 
0
40
Majalah Berita Indonesia Edisi 92
Majalah Berita Indonesia Edisi 92 - Menimang Capres Negarawan

VISI BERITA (Anda Negarawan?, Feb-Maret 2014) – Memasuki tahun pergantian kepemimpinan nasional saat ini, kita merindukan munculnya para negarawan di atas panggung politik Pemilu 2014. Pada Pemilu Legislatif (9 April 2014), sebanyak 6.608 caleg akan memperebutkan 560 kursi DPR. Dan puluhan tokoh telah mengambil ancang-ancang untuk merebut kursi Presiden dan Wakil Presiden pada Pemilu Presiden (9 Juli 2014).

Baca Online: Majalah Berita Indonesia Edisi 92 | Basic HTML

Dari enam ribuan caleg dan puluhan balon Presiden dan Wapres itu, siapakah mereka yang telah menunjukkan jati diri, integritas, dan komitmen sebagai negarawan? Publik harus lebih cermat mengamatinya sebelum menjatuhkan pilihan. Cara termudah adalah dengan mencermati jejak-rekamnya. Jangan mudah terpesona dengan janji-janji muluknya. Pengalaman sepuluh tahun terakhir cukup mahal sebagai guru yang baik.

Kolom ini, selain diniatkan untuk mengingatkan publik (konstituen), juga lebih dikhususkan untuk bertanya kepada para caleg dan balon Presiden/Wapres: Apakah Anda Negarawan? Atau setidaknya: Apakah Anda berobsesi jadi negarawan?

Pertanyaan ini menjadi amat penting, setelah mengamati tingkah-laku para politisi, pejabat publik, dan penyelenggara negara, khususnya dalam era reformasi 16 tahun belakangan ini. Hampir di semua lembaga negara (eksekutif, legislatif, dan yudikatif) korupsi makin merajalela. Padahal, para pejabatnya, umumnya mengaku dan merasa sebagai negarawan.

Sebagai contoh, salah satu yang selama ini diposisikan (dipersyaratkan oleh konstitusi) harus seorang negarawan yakni hakim Mahkamah Konstitusi, ternyata melakukan korupsi (menerima suap) secara masif. Tetapi, menariknya (anehnya), ada ketua (mantan) lembaga tinggi negara itu, yang pada saat dia memimpin, tindak pidana korupsi (suap) di lembaga itu amat masif, masih merasa seorang negarawan.

Selain itu, pada saat dia menjabat di lembaga tinggi negara itu, dia juga sangat terkesan ingin menjadi Capres. Ini hanya sekadar contoh. Di lembaga tinggi negara lain bahkan di lembaga negara independen seperti KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) juga terjadi. Sungguh, apakah mereka itu negarawan? Apakah Anda Negarawan?

Kita berharap mereka menjawabnya secara jujur, yang ditunjukkan dengan sikap dan perbuatannya. Kalau jawabannya tidak, sebaiknya secara ikhlas mengurungkan niat jadi Caleg, apalagi jadi Capres atau Cawapres. Janganlah menyembunyikan diri dan menipu publik seperti ‘hantu berjubah malaikat’.

Salah satu ciri utama negarawan adalah dia seorang ahli dalam menjalankan negara atau pemimpin politik yang telah ‘berhenti’ atau ‘selesai’ memikirkan dirinya sendiri. Dalam konteks ini, seseorang yang giat (berorientasi) pencitraan diri bukanlah seorang negarawan.

Pada saat menjabat, dia tidak memikirkan bagaimana cara untuk mempertahankan jabatan dan merebut jabatan yang lebih tinggi lagi. Misalnya, seorang Ketua MK atau Ketua KPK, dengan prestasinya apalagi pencitraannya, dia tidak pernah lagi berharap jadi Presiden atau Wakil Presiden. Pada saat dia berpikir ke arah itu, semestinya dia jujur mengakui diri bukanlah seorang negarawan.

Advertisement

Begitu juga seorang Presiden, apabila ketika menjabat masih memikirkan pencitraan diri dan partainya, dalam konteks di atas, dia juga bukan negarawan. Negarawan itu taat asas (dasar negara dan konstitusi). Dia berbakti demi kepentingan umum, masyarakat, bangsa, dan negaranya. Dalam hal ini, dia tidak mau tunduk pada tekanan konstituen atau pihak mana pun yang tidak berpihak pada kepentingan rakyatnya. Dia harus berani mengatakan tidak kepada kepentingan diri, partai (konstituen), dan kelompoknya demi kepentingan rakyatnya yang lebih besar. Dia tidak pernah memikirkan supaya dipilih lagi.

James Freeman Clarke mengatakan: “A politician thinks of the next election, but a statesman, of the next generation.” Politisi memikirkan pemilu mendatang, tetapi negarawan memikirkan generasi yang akan datang. Jadi, apakah Anda negarawan atau sekadar politisi? (red/BeritaIndonesia)

Daftar Isi Majalah Berita Indonesia Edisi 92

Iklan

Salam Redaksi

Visi Berita

Visi Tokoh

Berita Terdepan

Berita Utama

Berita Politik

Berita Tokoh

Lentera

Berita Mancanegara

Berita Humaniora

Berita Kota

Berita Lingkungan

Berita Buku

Berita Perempuan

Berita Kesehatan

Berita Wisata

Berita Iptek

Iklan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini