MRLA Landmark Indonesia Masa Depan

 
0
10
Majalah Berita Indonesia Edisi 98
Majalah Berita Indonesia Edisi 98 - MRLA Landmark Indonesia Masa Depan

VISI BERITA (Belajarlah ke Al-Zaytun!, Edisi 98) – Al-Zaytun adalah pusat pendidikan dan pengembangan budaya toleransi dan perdamaian. Lembaga pendidikan Islam yang dikelola Yayasan Pesantren Indonesia. Sebuah Ponpes modern yang tidak terbatas pada kurikulum formal (ilmu dan teknologi) dan pendidikan khusus (Islam) tetapi mencakup pendidikan kemanusiaan dan peradaban secara universal. Bukan hanya mengajar (proses belajar) secara teori, tetapi lebih lagi secara nyata dalam wujud proses perubahan cara berpikir, paradigma, karakter, dan perilaku (behavior) keseharian. Yang tersimpul dalam tagline: Toleran dan Damai. Menjadi rahmat bagi semesta alam, bagi semua orang, tanpa batas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Baca Online: Majalah Berita Indonesia Edisi 98 | Basic HTML

Semua aktivitas yang ada dan diselenggarakan di Kampus Peradaban (Ponpes Modern) Ma’had Al-Zaytun berporos sekaligus bermuara pada toleransi dan perdamaian, sehingga menjadi rahmat bagi semua orang, dan rahmat bagi semesta alam, rahmatan lil’alamin. Dalam bahasa Kristiani: menjadi garam dan terang dunia.

Hal tersebut antara lain terpancar dalam kegiatan teranyar, Perayaan 1 Syuro 1440 Hijriyah (11 September 2018) di Masjid Rahmatan Lil’Alamin, Al-Zaytun. Bukan hanya secara verbal (baca, hafal, dan paham kitab suci, paham soal toleransi dan perdamaian); atau secara ornamental (simbol, nama, gelar kiai haji, ustaz, pastor, pendeta, atau biksu); juga secara ritual (rajin salat, sembahyang, berzikir, dan berdoa); tetapi lebih lagi secara operasional (wujud nyata dalam cara berpikir, paradigma, karakter, dan tingkah laku atau perbuatan sehari-hari).

Dari tamu undangan tokoh lintas agama yang memberi sambutan dan dimintai kesan dan pesannya, semua menyatakan melihat, merasakan, dan menikmati kenyataan toleransi dan perdamaian, serta rahmat semesta alam itu di Al-Zaytun. Semua terinspirasi dan belajar untuk melakukan hal-hal tersebut baik dalam cara pandang (berpikir) maupun perbuatannya.

Romo Dr. Vinsensius (Katolik) mengatakan dari tempat ini, kami belajar apa artinya menjadi saudara sebangsa setanah air; kami belajar, apa artinya membangun sebuah peradaban kasih, civilization of love, tanpa membeda-bedakan siapa dia.

Pendeta Robert Pandiangan, M.Th (Gereja HKBP) menimpali: “Inilah firdaus, taman eden yang pernah hilang; apa yang ada di tempat ini menjadi inspirasi buat kami, di manapun kami berada.”

Pendeta Royke Tumbelaka, GKPB, menegaskan: “Setelah pulang dari sini, kami pun harus memperlakukan semua orang sebagaimana yang diterapkan di sini. Di sini kami belajar tentang keberagaman dan perbedaan dalam satu bingkai persatuan Indonesia.”

Agustinus Haryono, Pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB), Pekalongan: “Saya tidak pernah membayangkan bahwa Islam sebagus ini. Tadinya yang ada di pikiran saya adalah bahwa orang Islam suka teriak-teriakan, dan ternyata tidak. Di Al-Zaytun ini tidak seperti itu. Bahkan toleransi, Islam Nusantara yang menghargai umat lain.”

Victor Erens Ay, S.Th, MA, Pendeta GKPO: “Pandangan saya berubah 180 derajat, bahwa pesantren itu sebenarnya tempat yang luar biasa dan tempat pendidikan yang baik. Di Al-Zaytun tidak hanya diajarkan tentang ilmu tetapi juga bagaimana menghargai sesama.”

Advertisement

Pendeta Nathanael Budi, bilang: “Syaykh cukup memberikan yang terbaik di acara Peringatan 1 Syuro 1440 Hijriyah ini. Intinya bukan soal acaranya, tapi bagaimana menghormati sebuah kebangsaan dengan keanekaragaman.”

Drs. KH. Nana Suryana, MA, Pimpinan Ponpes Darul Hikmah, menimpali: “Al-Zaytun ini luar biasa. Di Zaytun ini mimpi bisa jadi kenyataan.”

Anang Lukman, M.Pd.I, Ketua Yayasan Al Muttaqin, Tasikmalaya, menimpali: “Al-Zaytun luar biasa, di banyak pesantren lain tidak ada yang berani melakukan hal ini, karena banyak pemahaman yang masih dangkal. Ini seharusnya dilakukan negara yang justru terwakili oleh Syaykh. Al-Zaytun benar memprakarsainya, terobosan dalam rangka persatuan Indonesia.”

Nur Iskandar SQ, menyimpulkan: Perayaan 1 Syuro 1440 Hijriyah ini sebagai pertemuan yang sangat indah. “Kita berkumpul di Masjid Rahmatan Lil’Alamin ini sebagai suatu bukti Islam itu rahmat bagi seluruh alam, Islam itu menaungi seluruh umat manusia.”

Maka sebagaimana ditegaskan KH. Ahmad Zaini, MA, yang berbicara atas nama Forum Komunikasi Kaum Intelektual Indonesia: “Kalau ingin makmurkan rakyat Indonesia, belajarlah kepada Al-Zaytun; kalau ingin belajar toleransi, datanglah ke Al-Zaytun; belajar kebhinekaan, Pancasila, perdamaian, kebersamaan, dan peradaban, datanglah ke Al-Zaytun; dan kalau pemerintah mau impor beras, gula, dan garam, imporlah (belajarlah) dari Al-Zaytun.

Begitulah antara lain sambutan, kesan, dan pesan para tokoh lintas agama tersebut yang bisa dibaca dalam Rubrik Lentera. Maka, judul kolom singkat ini bukanlah isapan jempol. Belajarlah ke Al-Zaytun. Bercermin dari pandangan para tokoh itu, tidak ada keraguan untuk mengatakan bahwa siapa saja yang berkunjung dan mau belajar ke/dari Al-Zaytun pasti terinspirasi (berubah, belajar) menjadi insan yang mempunyai cara berpikir dan berperilaku (behavior) yang toleran, damai, menghargai, dan merayakan keberagaman, serta ingin menjadi rahmat bagi semua. (red/BeritaIndonesia)

Daftar Isi Majalah Berita Indonesia Edisi 98

Iklan

Salam Redaksi

Visi Berita

Berita Terdepan

Berita Utama

Berita Sejarah

Lentera

Berita Award

Berita Nasional

Berita Olahraga

Berita Budaya

Berita Daerah

Berita Humaniora

Berita Buku

Iklan

Iklan

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini