
[OPINI] – Siapakah yang layak disebut tokoh Indonesia dan apa kriterianya? Pertanyaan ini sering kami terima dari berbagai kalangan. Termasuk pertanyaan klise dari para tokoh: “Apakah saya sudah layak disebut tokoh Indonesia?” Jawaban kami sederhana: Tokoh Indonesia itu ialah semua pemimpin formal dan informal Indonesia tanpa pembatasan tingkatan. Sebab seorang kolonel bisa mengukir prestasi yang oleh seorang jenderal belum tentu bisa (pernah) melakukannya.
Maka, seandainya pun misalnya dilakukan pembatasan, pasti tidak dilihat dari tinggi rendahnya jabatan, melainkan lebih kepada bobot kepemimpinan atau keahliannya yang dilihat dari berbagai aspek: visi, wawasan, kreatifitas, prestasi, keberhasilan, kemampuan menghadapi tantangan dan lain-lain.
Berkaitan dengan itu, berdasarkan pengalaman kami, seorang pejabat, profesional, manajer atau pengusaha yang tidak punya bobot kepemimpinan atau keahlian, cenderung tidak punya nyali untuk kami wawancara. MAJALAH TOKOH INDONESIA 29 ? TOKOH UTAMA: Syaukani Hasan Rais: Berkapasitas Kepemimpinan Nasional = Profesor Pertama dari PTS Bumi Etam = Dilahirkan Sebagai Pemimpin = Pemimpin Seteguh Batu Karang ? WAWANCARA: Daerah Kuat, NKRI Kukuh ? DEPTHNEWS: Keagungan Kutai Kartanegara ? PERSPEKTIF: Gerbang Dayaku Menuju Kutai Emas = Kutai Kartanegara ‘Emas’ Bagi Investor ? PARIWISATA: Kukar, Surga Bagi Wisatawan ? BUDAYA: Kekayaan Budaya Dayak dan Kutai = Kesultanan Kutai Kartanegara ? PENDIDIKAN: Unikarta Lahirkan Profesor ? LEGISLATIF: Bachtiar Effendi: Mengubah Budaya ‘Penonton’ = DPRD Kutai Kartanegara = Profil Anggota DPRD Kukar 04-09 ? IN HEADNEWS: APBD Kukar 2006 Rp 3,795 Triliun ? KAPUR SIRIH: Bobot Kepemimpinan ? BERITA: Deklarasi Sempekat Keroan Kutai = Peringatan Maulid Nabi di Kukar.Apalagi jika seseorang pejabat atau manejer itu hanya berkemampuan mengikuti prosedur standar operasi yang sudah baku dalam bidangnya, dia akan cenderung berlindung di balik prosedur itu.
Sebagai gambaran, ada seorang Dirjen yang membalas surat kami menyatakan belum pantas disebut tokoh dengan tembusan surat kepada menterinya. Bagi kami, Sang Dirjen, itu justru sedang menunjukkan siapa dirinya. Pasti dia bukan Dirjen yang berbobot! (Terutama terlihat dari tembusan suratnya itu, lho!) Padahal, menurut hemat kami, profil semua pejabat publik dalam semua tingkatan, wajib dikenal publik. Halmana sarananya, secara khusus kami sediakan di majalah ini terutama di website TokohIndonesia DotCom.
Sehingga publik tahu sejauh mana bobot kepemimpinan (dalam arti luas) seseorang itu. Dan manakala ditanya, siapa dan pemimpin seperti apakah yang dibutuhkan saat ini, publik bisa mengapresiasinya dengan baik, sekaligus menentukan pilihan.
Berkaitan secara langsung atau tidak langsung dengan hal itu, kali ini, untuk pertama kali, kami menampilkan profil seorang bupati. Prof Dr H Syaukani HR, SE, MM, Bupati Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Setelah mewawancarai dan meninjau daerahnya dalam beberapa hari, kami mengapresiasinya sebagai seorang bupati yang berkapasitas dan berwawasan kepemimpinan tingkat nasional.
Kepemimpinannya jauh melampaui tantangan tugasnya sebagai bupati. Dia bupati yang punya visi besar, jelas dan berani serta mampu mengimplementasikannya, yang oleh seorang gubernur, menteri bahkan presiden, belum tentu memiliki kemampuan melakukannya. Dia pemimpin berkarakter seteguh batu karang, berpengabdian laksana lilin dan memiliki integritas bak lebah.
Kami melihat, sosok pemimpin nasional seperti dia sangat dibutuhkan, terutama pada masa ‘gonjang-ganjing’ belakangan ini. Pemimpin yang mampu merumuskan realita multidimensi bangsanya secara akurat, serta memilih dan mengartikulasikan visi dan misi yang mampu menjawab penderitaan dan harapan rakyat. Berani membuka telinga dan mata hati, berani bertindak, tanpa ragu-ragu, kendati menghadapi perlawanan. Karena dia yakin apa yang dilakukannya memang untuk kepentingan rakyat, bangsa dan negara. Jakarta, Mei 2006 * Redaksi ? Kapur Sirih, Majalah Tokoh Indonesia 29