
[OPINI] Sosok Negarawan, Negarawan, Kapur Sirih, Majalah Tokoh Indonesia – Republik ini, telah melahirkan negarawan-negarawan hebat seperti Bung Karno, Bung Hatta, Kyai Haji Agus Salim, Syahrir, Kyai Wahid Hasyim, Jenderal Sudirman, Letjen TB Simatupang dan masih banyak lagi. Mereka sungguh tulus mengabdikan diri untuk kepentingan bangsa dan negaranya di atas kepentingan diri dan kelompoknya sendiri.
Berbeda sekali dengan para politisi dan pejabat negara saat ini yang seolah-olah sudah sepakat menganggap gelanggang politik dan jabatan sebagai kesempatan untuk meraih karir untuk kepentingan diri dan kelompoknya sendiri. Jika pada era Orba para politisi nyaris tak punya hati nurani dan idealisme, pada era reformasi ini ditambah lagi tanpa rasa kebangsaan dan tanpa rasa malu.
Tampaknya sebagian mereka, menjadi anggota parlemen dan pejabat negara, tanpa bekal pemahaman seluk-beluk politik dan masalah kenegaraan dengan baik. MAJALAH TOKOH INDONESIA 19 ? VISI TOKOH: Jadikan PAN Miniatur Indonesia = TOKOH UTAMA: Hatta Rajasa Miliki Integritas Pimpin PAN = Hatta Rajasa, Sosok Politisi Negarawan Relijius = Jujur dan Mandiri – Politisi Pluralis – Piawai dalam Komunikasi Politik – Dukungan Keluarga -Internalisasi Demokrasi – Korupsi dan Kemiskinan = TOKOH PILIHAN: Nuzran Zoher, Senator Muda Visioner dari Jambi = PLASA: Effendi Anas – JB Kristiadi – Franciscus Welirang – Sampurno – Gadis Arivia = HOBI TOKOH: Richard Susilo, Penemu Kata Carik Kenanga = KAPUR SIRIH: Sosok Negarawan. Politik uang pun merajalela. Korupsi tak lagi didominasi eksekutif dan yudikatif tetapi telah mengganas di legislatif.
Lebih parah lagi, sepertinya sebagian mereka tak berkenan menganut idealisme, nilai-nilai moral dan rasa kebangsaan yang telah disepakati para bapak pendiri bangsa ini, sebagaimana tertuang dalam Pancasila yang menjadi dasar berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Jika masing-masing elit politik mementingkan diri dan kelompoknya sendiri, maka, bakal sempurnalah kebusukan moral dan kepicikan bangsa ini.
Kondisi ini, jika dibiarkan, akan menyebabkan bangsa ini terjerumus dalam kesulitan yang akhirnya mencekik leher sendiri. Mungkin, hal inilah yang mendorong beberapa LSM menghadirkan gerakan anti politisi busuk. Untuk mencegah makin sempurnanya kebusukan moral dan kepicikan sebagian besar elit politik bangsa ini.
Reformasi, seyogyanya suatu kesempatan baik untuk melahirkan politisi-politisi negarawan di negeri ini. Inilah kesempatan yang sepatutnya digunakan sebagai momentum melahirkan politisi negarawan. Politisi yang tulus, profesional, punya idealisme dan fatsoen politik untuk mengabdikan diri dengan menempatkan kepentingan bangsa dan negaranya di atas kepentingan diri sendiri dan kepentingan kelompoknya sendiri.
Pertanyaan, apakah masih ada politisi atau elit bangsa ini yang negarawan? Tentu kita tidak bijaksana bila selalu apatis dan pesimis. Sesunggunya masih banyak di antara anak bangsa ini kader-kader negarawan. Bahkan terlalu panjang jika namanya dituliskan satu-persatu dalam kolom ini. Kendati harus pula dimaklumi bak kata pepatah: Tak ada gading yang tak retak.
Pada kesempatan ini, kami menampilkan sosok anak bangsa (kader) negarawan, paling tidak berobsesi menjadi negarawan. Ia, Hatta Rajasa! Visi pemikirannya sangat kuat tentang kenegarawanan. Tidak hanya dalam intelektual rasional dan emosionalnya dia berpikir tentang kenegarawanan melainkan juga dalam sisi religiusnya. Dan, kami yakin (paling tidak berharap) dia adalah satu dari sekian banyak anak bangsa yang berjiwa negarawan. Jakarta, Februari 2005 * Redaksi ?Kapur Sirih, Majalah Tokoh Indonesia 19