Inginkan KA Unggulan Transportasi Massal

 
0
85
Inginkan KA Unggulan Transportasi Massal
e-ti | tokohidonesia.com

[WAWANCARA] – Menteri Perhubungan Hatta Rajasa menginginkan kereta api benar-benar bisa dikembangkan menjadi alat transportasi massal unggulan di Indonesia. Pesan singkat na-mun bermakna ini langsung diter-jemahkan Dirjen Perkeretaapian Soemino Eko Saputro dengan program yang disebutnya sebagai Kebijakan Strategis Direktorat Jenderal Perkeretaapian.

Soemino, yang memilih berkarir di kereta api, menyusun kebijakan strategis untuk mengembangkan perkeretaapian secara optimal, suatu strategi besar, yang diyakininya dalam dua tahun ini sudah harus membawa kereta api mendapat kepercayaan masyarakat.

Dengan bersemangat dan cekatan, mantan Dirut Perum Kereta Api ini menjelaskan kebijakan strategisnya memimpin Direktorat Jenderal Perke-retaapian, Departemen Perhubungan, dalam percakapan dengan Wartawan Tokoh Indonesia di ruang tamu kantornya di Gedung Dephub, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta. Berikut petikannya:

MTI: Apa pesan Hatta Radjasa selaku Menteri Perhubungan kepada Anda selaku Dirjen Per-keretaapian mengenai pembangunan kereta api

SES: Beliau mengingin-kan agar kereta api benar-benar bisa dikembangkan menjadi alat transportasi massal unggulan di Indo-nesia. Sebab KA sebagai suatu transportasi massal sampai sekarang belum bisa dikem-bangkan secara optimal. Bagaimana kita berpikir untuk mengembangkan perkere-taapian secara optimal. Untuk itu saya telah menyusun grand strategy penanganan perkereta-apian Indonesia.

 

MTI: Bisa Anda gam-barkan bagaimana grand strategy perkeretaapian Indonesia itu?

SES: Jadi dalam me-nangani suatu program, suatu strategi besar, pertama, saya amati kondisi perkeretaapian saat ini. Maka saya dituntut dalam dua ta-hun ini harus membawa kereta api mendapat kepercayaan masyarakat.

 

Kecelakaan kemarin yang di Kebayoran Lama, sore hari sudah langsung saya tangani. Karena faktor utama adalah armada. Dan penanganan kami menyeluruh, mulai dari yang ada sekarang, kondisi yang sudah tidak beroperasi. Ini berawal dari adanya organisasi yang baru, yakni Direkto-rat Jenderal Perkereta-apian.

Kemudian Soemino memperlihatkan grand strategy dimaksud di layar laptopnya. Sebuah kebijakan strategis yang tersusun sedemikian lengkap, faktual dan implementatif. Mulai dari organisasi, visi-misi, moto, potensi pasar, kebijakan, strategi, jaringan KA, peta lintas KA yang masih beroperasi dan yang sudah tidak beroperasi, rencana pengembangan KA perko-taan di Jabotabek, pergerakan orang di Jabotabek dan peran KA, sampai rencana pembangunan lintas kereta api di seluruh Indonesia.

MTI: Perihal visi dan misi Ditjen Perkeretaapian yang Anda rumus-kan dalam grand strategy tersebut, bisa Anda jelaskan?

SES: Visi dan misi ini adalah turunan dari visi Departemen Perhubungan, tapi saya lebih fokuskan, lebih tajamkan. Jadi bukan hanya sekedar impian yang tidak menentu. Visi ini pun sudah saya aplikasikan, jadi tidak sekedar asal omong, ada aplikasi. Makanya saya katakan meningkatkan peran kereta api sebagai angkutan publik. Angkut-an publik harus dari pemerintah.

 

Kemudian peran kereta api sebagai tulang punggung angkutan massal, baik barang maupun penumpang. Karena itu harus sudah kita lakukan. Lalu meningkatkan kereta api sebagai pelopor angkutan terpadu. Kenapa dikatakan sebagai pelopor? Karena angkutan hanya bisa dilakukan kalau kita punya space, punya lahan, baru kita bisa membuat integrated terminal. Untuk mewujudkan ini seharusnya yang berperan pemerin-tah. Pemerintah mempunyai kereta api, dan kereta api punya ruangan, punya space, punya tanah. Ini yang nanti akan kita gunakan sebagai simpul, sehingga mereka akan menyatu pada satu titik. Nah ini harus terjadi.

MTI: Kemudian mengenai motto: Dengan Cara TEPAT dan Tujuan TEPAT Kita Bangun Perkeretaapian Indonesia. Apa maknanya?

SES: Saya dalam melaksanakan pekerjaan di mana pun selalu punya moto. Pada waktu saya di kereta api, saya punya moto: top twenty one. T adalah teknologi, o untuk operation, p adalah prime services. Saya dulu orang bisnis, sekarang orang pemerintah.

 

Advertisement

Khusus mengenai t = teknologi. Kita tidak akan mungkin menangani semuanya tanpa adanya teknologi. Dengan tekno-logi maka kita akan bisa mengelola apa pun. Dan o = operation excellent, kita tidak akan bisa melaksa-nakan murah kalau kita tidak efisien. Maka harus berbiaya rendah. Biaya rendah dulu baru harga murah, bisa hancur, bisa bangkrut kita.

Tapi kalau kita low cost sudah pasti kita bisa buat beroperasi terus, excellent operation. Ukuran kita itu excellent, pelayanan prima. Kita orang bisnis di bidang transport, bidang jasa. Kalau bidang jasa tanpa kondisi pelayanan yang prima, nonsen kita bisa. Oleh karena itu, kita sebagai orang kereta api, kenal yang namanya TOP 21, technology, operation, excellent and prime services.

Semenatra, 2 (dua), artinya kita punya dua misi. Misi pertama, public service. Misi kedua, dapat menghidupi diri sendiri. Karena waktu itu Perum, bukan PT. Kalau PT itu sudah pasti profit oriented. Perum itu public services oriented, kita harus bisa memberikan pelayanan publik. Me-mang tujuan kita hidup, sehingga mana yang bisa dikembangkan sebagai profit, mana yang disubsidi, sehingga terjadi profit. Ini yang ada di Perum. Oleh karena itu yang paling tepat Perum, bukan PT.

Satu, artinya kereta api harus menjadi angkutan yang terpercaya. Apapun harus bagus. Bukan dipercaya, tapi terpercaya.

Sedangkan sekarang, sebagai Dirjen mottonya: Dengan Cara TEPAT dan Tujuan TEPAT Kita Bangun Perkeretaapian Indonesia. Moto TEPAT, ini pemerintah. Kalau sebagai Dirut KA saya seorang yang bergerak di bidang bisnis, waktu itu saya bicara bisnis. Sekarang saya di pemerintah, bicara pemerintah. TEPAT itu mutlak.

Prasyarat pertama, transparan (T). Kemudian tidak akan ada artinya kalau kita tidak mengelo-la secara efektif dan efisien (E). Efektif tanpa efisien pun hancur, efisien tapi tidak efektif, tidak akan ada gunanya juga. Jadi efektif dan efisien, karena kita pengelola anggaran. Kita punya anggaran APBN.

Di kereta api itu harus pelayan publik. Tidak ada cerita kereta api tidak pelayan publik. Jadi salah besar kalau orang lain mengira kereta api itu berorientasi pada profit, apalagi kami pemerintah, harus bicara pelayanan publik.

Kemudian pertanggung-jawaban (accountable=A). Itu mutlak, kita bagian dari pemerintah. Jadi, transparan dan bisa dipertanggungjawabkan. Kemudian ada teknologi (T). Apapun kalau kita tidak menggunakan teknologi, kita akan ketinggalan jauh. TEPAT, itu adalah moto kami.

Tujuan juga harus TEPAT. Apa itu? Tepat sasaran (efektif). Sasar-annya jelas. Kemudian tepat anggaran. Anggaran kita kelola dengan efisien. Anggaran yang sekecil ini harus benar-benar kita gunakan secara optimal. Jangan gunakan duit asal buang. Kemudian tepat waktu. Prinsip dari orang transportasi itu adalah tepat waktu.

Begitu pula dengan kinerja. Tanpa kinerja, jangan katakan itu transportasi yang baik. Ada satu lagi pengertian yang lain, kapan kita butuh, segera di situ ada moda transportasi, itu orang transpor. Kalau kita ingin ke Jakarta, kalau tidak ada alat transportasi yang baik tidak akan bisa. Kalau bisa kita lakukan seperti itu, kalau bisa kita mulai pada kondisi sekarang ini.

MTI: Bagaimana poten-si pasar dan kondisi perkeretaapian Indonesia saat ini?

SES: Potensi pasar sangat besar, sudah gila-gilaan, baik penumpang perkotaan dan antarkota, maupun barang antara lain BBM, batubara, kertas, pulp, semen, baja, CPO dan pupuk. Ini potensi luar biasa, gila-gilaan ini. KA itu tidak usah promosi penumpangnya ada di situ. Kemudian kita punya barang, luar biasa, ini potensi market yang demikian besar. Mengha-dapi kondisi seperti ini, potensi seperti ini, masyarakat membutuh-kan kebijakan.

 

Lalu kita harus meng-ambil kebijakan. Kebijak-an kita, bagaimana meningkatkan peran KA sebagai angkutan massal. Peran kita sebenarnya mengejar, tidak menunggu. Kalau peran kita tidak meningkat, ya tidak ada gunanya. Kedua, kebijak-annya bagaimana meningkatkan peran swasta otonomi daerah (Otda). Otda itu kalau kita bisa manfaatkan mempunyai dampak yang luar biasa.

Sementara kondisi saat ini, kita punya prasarana dan sarana, juga SDM. Itu potensi yang kita miliki. Kemudian bagaimana prestasi KA. Saya baru bicara KA. Prestasi KA 2005 ternyata penumpang dan barang, baru menyerap 7,3 % terhadap transportasi nasional, dan 0,6% transportasi angkutan darat. Secara nasional kecil sekali. Masalahnya, antara lain, sering terjadi kecelakaan, kualitas pelayanan rendah, waktu tempuh lama, jumlah KA terbatas dan sudah tua, dan belum terpadu dengan moda transportasi lainnya.

MTI: Untuk menganti-sipasi dan menangkap peluang pasar serta mengatasi masalah keterbatasan itu, apa strategi kebijakan dan sasaran Anda

SES: Ada tiga strategi yakni, peningkatan, pengembangan aksebilitas dan pembangunan. Tentang strategi peningkatan, diperlukan peningkatan keselamatan dan pelayanan, peningkatan utilitas dan peningkatan kapasitas lintas (pos blok dan parsial double track).

 

Kemudian strategi mengenai bagaimana aksesibilitas. Kita harus segera menciptakan aksesibilitas kereta api perkotaan, mengaktifkan lintas cabang, menghi-dupkan lintas mati dan keterpaduan intra dan antarmoda.

Setelah strategi pening-katan dan aksesibilitas, baru pembangunan. Diperlukan pembangunan KA kecepatan 250 km per jam, beban gandar KA penumpang lebih 18 ton maupun barang lebih 22 ton dan gauge (lebar spoor) 1.435 mm.

Kemudian, sasarannya apa? Sasarannya, KA kita menjadi semakin bagus. Dalam jangka pendek dan menengah diharapkan keselamat-an, pelayanan, ketepatan waktu, kapasitas angkut, aksebilitas dan keterpaduan intra dan antarmoda semakin baik. Kemudian untuk jangka panjang, perlu dibangun high speed train untuk penumpang (Jakarta-Surabaya 3 jam dan Jakarta-Bandung 1 jam). Lalu kemampuan angkut KA barang tinggi menca-pai tekanan gandar lebih 22 ton.

Tentu sasarannya ini kita tunjukkan jaringan yang ada, kita lihat yang punya Jawa, dan Sumate-ra. Jaringan jalan rel eksisting di Jawa, Madura dan Sumatera sepanjang 6.482 km. Namun yang beroperasi hanya 4.360 km, selebihnya 2.122 km tidak beroperasi.

Sepanjang 2.122 rel dulu zaman Belanda ada. sekarang menjadi tidak ada. Ini harus kita apakan. Selama ini orang tidak pernah bicara. Orang KA tidak mikirin itu. Saya dan pemerintah yang memikirkan itu. Kalau orang KA sampai mikirin ini, maaf saja, urus bisnis saja. Sudah compang-camping. Mengurus penumpang saja sudah pusing, apa lagi mikirin ini. Biarlah ini menjadi tugas Dirjen.

Kalau tidak ada Dirjen KA, tidak ada orang yang mengungkap, ini. Sekarang kita ungkap. Ini tugas kita. Dulu, berapa banyak lintas yang begini, jadi mati, tidak ada yang tahu. Itu kita ungkap semua. Ini bisa terungkap karena ada Dirjen.

Perlu pemikiran meng-hidupkan lintas yang sudah mati (tidak beroperasi) untuk mendukung angkutan lokal dengan melibatkan Pemda dan swasta. Harus dengan Pemda, Pemda pasti akan punya peran di dalam membangkitkan. Kita perkenalkan pilihan kita dengan kereta api kecil sehingga dengan biaya murah, kita dapat memberi transportasi baru. Harapannya, Pemda berperan menghidupkan lintas-lintas KA dengan biaya yang relatif ringan, tapi manfaat transport-asinya besar.

MTI: Mengenai ang-kutan penumpang KA perkotaan, terutama di Jabodetabek, yang tampaknya semakin tahun semakin mem-prihatinkan. Mengapa demikian?

SES: Masalahnya adalah jumlah pengguna jasa kereta api jauh melebihi kapasitas angkut. Hal ini ber-kaitan dengan jumlah armada yang terbatas dan kapasitas lintas mendekati jenuh. Ditambah lagi disiplin pengguna jasa KA masih kurang, stasiun masih sangat terbuka (tidak steril) dan tarif KA kelas ekono-mi yang sangat murah.

 

Langkah terobosan yang saya lakukan mengatasi-nya, antara lain, tahun ini saya membeli 218 kereta, terdiri dari KRL 160, K3 20, rehab KRDE 10, rehab K3 20 dan Rehab KRD 8. Ini belum pernah terjadi sebelum-nya. Penumpang kita itu sekarang luar biasa. Bu-tuhnya sekarang bukan besok, bukan tahun depan. Karena kita butuh sekarang, maka kita harus segera selesaikan sekarang. Kalau tidak disegerakan, kesempatan kita hilang, sudah telat. Maka haras sekarang saya beli di Jepang kereta api second (bekas) dari hibah.

MTI: Dengan Grand Strategy Perkeretaapian Indonesia yang Anda buat, tampaknya Ditjen yang Anda pimpin benar-benar siap mem-bangun perkereta-apian agar menjadi unggulan transportasi massal?

SES: Sekarang pengembangan dan pembangunan KA sudah gampang sekali. Ibarat orang, kita sedang lapar-laparnya, dikasih apapun enak. Tapi kalau kita tidak lapar dikasih makanan yang enak, harganya mahal tidak mau makan, lemas-lemas saja. Ini yang saya lakukan dengan program ini. Sekarang pemerintah sudah bisa memperhatikan, coba sekarang minta apapun, akan dilayani dengan biaya yang ada. Saya sudah sangat terinci menangani ini.

 

Saya sebagai komisaris utama, sebagai Dirjen, menggambarkan pada mereka bahwa Ditjen Perkeretaapian, Dephub, tidak tanggung-tanggung untuk mendukung KA, untuk PT KA. mti/crs-sh-ri

***TokohIndonesia DotCom (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

Tokoh Terkait: Soemino Eko Saputro, | Kategori: Wawancara | Tags: dirjen, perhubungan, perkeretaapian

TINGGALKAN KOMENTAR

Please enter your comment!
Please enter your name here