Sejahtera Petani, Sejahtera Indonesia

 
0
230
Sejahtera Petani, Sejahtera Indonesia
Siswono Yudo Husodo | TokohIndonesia.com – Atur

[WAWANCARA] – WAWANCARA SISWONO: Sekitar 51 persen populasi masyarakat Indonesia adalah petani, maka sejahteranya petani adalah sejahteranya Indonesia. Ketua Umum HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia), Dr. (Hc) Ir. Siswono Yudohusodo menegaskan hal itu dalam wawancara dengan Wartawan TokohIndonesia.Com Ch. Robin Simanullang. Menurutnya, bangsa dengan etos ekonomi mandiri tidak membelanjakan devisa yang diperoleh dengan susah payah itu untuk membeli bahan pangan selama produk itu dapat diproduksi sendiri.

Siswono, seorang anak bangsa yang tergolong bersih KKN itu mengatakan negara yang bersemangat membangun masa depan, kebanyakan menggunakan devisanya untuk menambah physical asset dan kegiatan pendidikan, dan tidak menggunakannya untuk konsumsi. Bangsa yang bersemangat mandiri akan meningkatkan produksi sebagai solusi kekurangan kebutuhannya, dan bukan dengan cara gampang mengimpornya.

Kemandirian, katanya, adalah salah satu unsur penting berbangsa yang memberikan kebanggaan pada warga negaranya, dan itulah hal yang sementara ini hilang dari diri kita. Dengan kemandirian itulah eksistensi bangsa dan standar kesejahteraan yang tinggi dari setiap warga negara dapat dijamin pencapaiannya.

Membangun Kemandirian Bangsa juga memiliki arti meningkatkan integritas dan kapabilitas bangsa untuk dapat secara cerdas menentukan pilihan dan mewujudkan cita-cita membangun negara modern“Membangun Kemandirian Bangsa juga memiliki arti meningkatkan integritas dan kapabilitas bangsa untuk dapat secara cerdas menentukan pilihan dan mewujudkan cita-cita membangun negara modern, yang bertumpu pada kemampuannya sendiri, seraya mewujudkan dirinya sebagai bagian dari dunia internasional yang dihormati oleh bangsa dan negara-negara lain. Kemandirian dengan semangat globalisasi dan modernisasi,” ujarnya

Berbagai hal dibicarakan dalam wawancara ini, di antaranya tentang kesediaannya dicalonkan pada Pemilu Presiden 2004. Ia mengaku bukan seorang pemimpi. “I’m not a dreamer,” ujarnya. Namun dia menegaskan tidak akan bersedia dicalonkan menjadi Presiden bila tidak memiliki peluang.

Juga dibicarakan tentang pentingnya penggalian potensi ekonomi Indonesia di darat dan di laut. Maka, menurutnya, pemerintahan yang akan datang perlu memiliki visi entrepreneurial, bukan hanya presidennya tapi juga anggota kabinetnya, di samping memiliki kemampuan administrasi negara (public administration).

Sebagai bangsa yang paternalistik, menurut Siswono, masalah bangsa kita bisa menjadi sederhana jika hadir pemimpin yang dapat memberi ketauladanan, dan mampu memobilisir potensi yang ada, serta merumuskan langkah yang tepat. Berikut kami sajikan petikan percakapan dengan Dr. (Hc) Ir. Siswono Yudohusodo di rumah kediamannya, Jl. H. Abd. Majid No. 48, Cipete, Jakarta Selatan, Minggu 14 Maret 2004:

M-TI: Anda seorang independen, nonpartisan, profesional tani, pengusaha, cukup populer sebagai salah satu tokoh berpengaruh, dan mantan pejabat bersih KKN, apa yang melatar belakangi keinginan Anda menjadi Calon Presiden RI 2004?

SIS (Siswono): Perlu saya klarifikasi bahwa sejak awal saya tidak pernah berambisi untuk menjadi seorang presiden dengan cara mencalonkan diri sendiri. Sikap politik saya bersama banyak kawan-kawan yang lain di MPR dari berbagai golongan beberapa bulan setelah penggantian Presiden Gus Dur kepada Ibu Megawati Soekarnoputeri, adalah meneliti para tokoh nasional untuk mencari seorang calon presiden yang paling mampu dan paling tepat untuk memimpin negara yang amat saya cintai ini melalui Pemilu 2004. Saya akan mendukung penuh tokoh tersebut, dengan segala akses yang saya punyai, walaupun misalnya tokoh tersebut adalah orang yang secara pribadi paling tidak saya sukai.

Dalam upaya mencari tokoh nasional tersebut, tanpa saya perkirakan sebelumnya, saya menerima banyak sekali pernyataan yang disampaikan oleh perseorangan, para tokoh nasional, kelompok-kelompok masyarakat, organisasi-organisasi sosial kemasyarakatan dan beberapa partai politik baik secara lisan (langsung) dan telpon maupun pernyataan tertulis, SMS, fax dan lain-lain yang menginginkan saya menjadi Presiden RI melalui Pemilu 2004.

Advertisement

Pernyataan-pernyataan tersebut datang dari berbagai daerah, dari Propinsi NAD, petani-petani di tanah Karo, petani-petani kelapa sawit di Riau, Jambi, tokoh-tokoh masyarakat di Sumatera Selatan, Lampung, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, seluruh propinsi di Jawa, Bali, NTB, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, juga tokoh-tokoh masyarakat di Papua.

Sungguh, saya merasa memperoleh kehormatan yang amat tinggi atas berbagai pernyataan itu. Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang telah secara terbuka mancalonkan diri saya adalah HKTI (Himpunan Kerukunan Tani Indonesia) dan beberapa organisasi sosial kemasyarakatan lokal. SOKSI dan KOSGORO 1957 juga mencalonkan saya untuk ikut menjadi capres melalui konvensi partai Golkar.

Sampai 13 Januari 2004, Partai Sarikat Indonesia (PSI), Partai Politik Peserta Pemilu 2004 secara resmi telah mencalonkan saya sebagai calon presiden. Juga beberapa partai peserta Pemilu 2004 lain yang menominasikan saya sebagai calon presiden di antara calon-calon presiden lainnya seperti Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI), PKP Indonesia, PNI Marhaenis dan lain-lain. Selain itu, beberapa partai politik yang tidak lulus verifikasi KPU, juga tetap mendukung saya sebagai capres, yaitu Partai PDKB, PNI-BK 1927, dan Partai Kongres Pekerja Indonesia (PKPI).

Sebagai seorang warga negara biasa, yang kurang dikenal rakyat, saya sungguh menyadari tugas berat yang terbentang di depan saya untuk menjadi seorang calon Presiden. Sejak harus memperkenalkan diri pada para pemilih yang jumlahnya lebih dari 130 juta orang yang tersebar di wilayah yang sangat luas. Terutama tugas berat seorang presiden untuk dapat memenuhi harapan rakyat, mengatasi berbagai persoalan berat yang sedang dihadapi negara kita.

Antara lain berupa ancaman disintegrasi bangsa, tingkat pengangguran yang tinggi, pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah, hutang negara yang sangat besar & APBN yang sangat terbatas, maraknya penyelundupan, korupsi dan money politic, maraknya konspirasi pelanggar hukum dengan penguasa, kriminalitas dan terorisme yang menyebar, berkembangnya etnosentrisme, terkurasnya SDA, berkurangnya investasi, meningkatnya impor pangan dan lain-lain. (Bersambung) ?tsl/ht

*** TokohIndonesia.Com (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

 

02 | Kriteria Pemimpin Nasional

M-TI: Banyak pihak menilai Anda salah seorang putera bangsa terbaik yang lebih cocok untuk memimpin bangsa lima tahun ke depan? Menurut Anda kemampuan apa yang harus dimiliki pemimpin nasional saat ini?

SIS: Setelah mengikuti dan mendalami dengan seksama perkembangan negara kita sejak lima tahun terakhir, serta terlibat langsung dalam berbagai proses perubahan yang terjadi, saya memandang bahwa ke depan, negara Republik Indonesia membutuhkan hadirnya kepemimpinan nasional yang dari track record-nya telah teruji memiliki kemampuan manajerial yang tinggi baik dalam bidang public administration maupun entrepreneurship di samping syarat-syarat umum tentang ideologi dan moral yang baik. Ke depan, diperlukan tahapan baru yang lebih berwarna managerial, penegakan hukum yang tegas, peningkatan kesejahteraan yang tinggi, dan kehidupan masyarakat yang tertib berdasarkan hukum.

M-TI: Apa yang mendorong sikap Anda akhirnya menerima pencalonan presiden itu?

SIS: Dengan melihat bahwa Pemilu 2004 adalah peluang emas bagi negara kita untuk dapat melahirkan lembaga-lembaga politik yang mampu mengatasi krisis multidimensi yang masih melanda negara kita, maka sikap politik saya dalam menerima pencalonan ini adalah untuk memberikan peluang yang seluas-luasnya pada seluruh rakyat Indonesia rakyat memiliki kesempatan untuk memilih calon yang merupakan Primus Inter Pares atau calon yang terbaik diantara yang baik-baikagar dapat memberikan pilihannya pada putra terbaik bangsa untuk menjadi Presiden RI melalui Pemilu 2004.

Kita mengharapkan agar pada Pemilu Presiden 2004 mendatang, rakyat memiliki kesempatan untuk memilih calon yang merupakan Primus Inter Pares atau calon yang terbaik diantara yang baik-baik.

M-TI: Selain identitas di atas yang sudah lama melekat pada diri Anda, modal kekuatan apa lagi yang mendorong hati nurani Anda tulus menerima pencalonan memimpin bangsa yang masih terlilit krisis multidimensional ini?

SIS: Setamat dari ITB pada tahun 1968, bekerja siang malam sebagai pengusaha, membangun rumah sederhana, dan berbagai usaha untuk membuka ribuan lapangan kerja untuk rakyat. Sewaktu menjadi Menteri Negara Perumahan Rakyat, membangun ratusan ribu rumah sangat sederhana, meremajakan pemukiman kumuh, perumahan nelayan dan desa-desa, juga untuk rakyat. Sewaktu menjadi Menteri Transmigrasi dan PPH, menyediakan ratusan ribu hektar lahan-lahan pertanian untuk para buruh tani, petani yang tidak memiliki lahan, juga untuk rakyat.

Seusai 10 tahun di pemerintahan, bersama kawan-kawan memperjuangkan hak-hak petani yang adil melalui HKTI, juga untuk kepentingan rakyat.

Tidak pernah terbayangkan sebelumnya bahwa hal itu, puluhan tahun kemudian membuahkan harapan sebagian rakyat Indonesia untuk mencalonkan saya sebagai calon presiden melalui Pemilu 2004 yang akan datang. Bila melalui Pemilu 2004 saya terpilih menjadi Presiden, sekali lagi saya akan bekerja untuk rakyat. Bila saya tidak terpilih, saya akan tetap bekerja untuk rakyat. (Bersambung) ?tsl/ht

*** TokohIndonesia.Com (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

 

 

 

 

03 | Mengapa Petani Termarjinalkan

M-TI: Indonesia adalah negara agraris. Dahulu petani bisa hidup berkecukupan bahkan ada yang kaya-raya. Namun, anehnya sekarang termarjinalkan bahkan semakin termarjinalkan. Maka, selain alasan teknis, sesungguhnya alasan apa lagi yang bisa membuat petani (demikian juga nelayandan buruh) termarjinalkan?

SIS: Petani termarjinalkan karena untuk waktu yang lama, pemerintah menganut paham untuk menekan harga pangan, khususnya beras semurah mungkin, agar upah buruh bisa tetap murah. Dan upah buruh yang murah dapat menjadi daya tarik bagi investasi asing. Artinya petani menyubsidi investor asing.

Kalau harga barang-barang lain meningkat, pemerintah tak dapat melakukan langkah-langkah pengendalian. Tetapi bila harga beras meningkat, pemerintah langsung melakukan operasi pasar untuk menekan kembali harga beras. Petani juga termarjinalkan oleh proses budaya pewarisan lahan yang membuat luas lahan per KK petani semakin menyempit, dan negara seolah-olah membiarkannya.

M-TI: Adakah kekuatan lain yang sengaja membuat grand design untuk mermarjinalkan petani (nelayan-buruh), dan bagaimana sesungguhnya bentuknya?

SIS: Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk lebih 200 juta jiwa, terbanyak keempat di dunia, merupakan pasar pangan yang amat besar. Negara-negara produsen pangan menginginkan Indonesia menjadi pasar yang empuk bagi prduksinya. Pada waktu ini, Indonesia adalah importir beras terbesar di dunia. Negara tujuan ekspor sapi terbesar bagi Australia, dan importir gula terbesar, kedua di dunia. Aturan-aturan yang ditetapkan dalam LOI-IMF tidak kondusif bagi upaya membangun kemandirian pangan.

M-TI: Jika Anda berkehendak memakmurkan kembali petani (termasuk nelayan dan buruh) Indonesia, kemakmuran seperti apa yang Anda kehendaki, dan bagaimana grand design-nya?

SIS: Pada waktu ini, sebagai negara agraris, dalam arti mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani, angka impor pangan negara kita sangat besar dan cenderung terus meningkat. Sebagai contoh, impor beras lebih kurang 2 juta ton/tahun (terbesar di dunia); impor gula lebih kurang 1,6 juta ton/tahun (no.2 terbesar di dunia); impor kedelai lebih kurang 1,3 juta ton/tahun; impor gandum lebih kurang 4,5 juta ton/tahun; impor jagung lebih kurang 1 juta ton/tahun; dan impor ternak sapi lebih kurang 450.000 ekor/tahun.

Dari data-data tersebut dapat kita lihat betapa besar pasar pangan yang kita miliki telah diambil oleh produsen pangan luar negeri yang sebenarnya dapat kita penuhi sendiri sekaligus menyediakan lapangan kerja yang amat besar.

Rasio ketergantungan makanan pokok kita, beras dari impor mencapai 9,1% pada periode 1998-2001, bertambah secara signifikan dari rasio pada tahun 1995-1997 yang baru mencapai 4,3%. Dalam ukuran dunia, rasio impor beras kita atas seluruh beras yang diperdagangkan dalam pasar beras internasional mencapai 12,8% pada periode 1998-2001.

Guna membangun dunia pertanian kita yang telah sangat tertinggal dibandingkan dengan negara-negara tetangga, diperlukan insentif berupa harga produk pertanian yang baik. Cara ini ditempuh oleh semua negara yang sukses dalam pertanian seperti Jepang, Thailand, Eropa, Amerika Serikat, dan sebagainya.

Dengan harga produk pertanian yang lebih baik, petani dapat hidup lebih sejahtera dan produksi meningkat. Oleh karena jumlah petani kita mencakup sekitar 51% populasi masyarakat Indonesia, maka sejahteranya petani adalah sejahteranya Indonesia.

Dengan harga produk pertanian yang baik, tingkat kesejahteraan penduduk desa akan meningkat dan desa-desa kita akan terbangun. Dengan demikian akan terjadi peningkatan permintaan produk barang dan jasa yang signifikan dan industri di perkotaan akan berkembang dengan lebih pesat. Dengan stimulus harga, maka petani akan terpacu untuk lebih produktif sehingga volume produksi akan meningkat. Di sisi lain akan terjadi proses diversifikasi pangan yang akan mengurangi ketergantungan kita pada beras.

Dengan jumlah penduduk yang sangat besar, utang negara yang besar, potensi pertanian yang juga besar, dan seiring dengan pertambahan populasi dunia yang pada gilirannya berdampak pada peningkatan permintaan produk pangan, maka kebijakan pangan negara kita perlu diarahkan pada dua tahap; yaitu pertama mengejar swasembada dan setelah itu kita memasuki tahap menjadi negara eksportir pangan. (Bersambung) ?tsl/ht

*** TokohIndonesia.Com (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

 

 

04 | Membangun Kemandirian Bangsa

M-TI: Apa yang Anda maksud dengan kemandirian bangsa itu?

SIS: Kemandirian adalah salah satu unsur penting berbangsa yang memberikan kebanggaan pada warga negaranya, dan itulah hal yang sementara ini hilang dari diri kita. Dengan kemandirian itulah eksistensi bangsa dan standar kesejahteraan yang tinggi dari setiap warga negara dapat dijamin pencapaiannya.

Membangun Kemandirian Bangsa juga memiliki arti meningkatkan integritas dan kapabilitas bangsa untuk dapat secara cerdas menentukan pilihan dan mewujudkan cita-cita membangun negara modern, yang bertumpu pada kemampuannya sendiri, seraya mewujudkan dirinya sebagai bagian dari dunia internasional yang dihormati oleh bangsa dan negara-negara lain. Kemandirian dengan semangat globalisasi dan modernisasi

Meningkatnya utang luar negeri sebagai sumber pembiayaan negara di satu sisi dan impor bahan pangan yang semakin meningkat di sisi lainnya, menggambarkan situasi yang membingungkan. Di satu sisi kita kekurangan devisa untuk membangun negara tapi di sisi lain kita menghamburkan devisa untuk bahan konsumsi yang sebenarnya dapat kita buat sendiri.

Kedua hal itu juga menunjukkan betapa kita saat ini belum memiliki orientasi sebagai bangsa dengan etos ekonomi yang hemat devisa dan etos membangun ekonomi yang kuat dan mandiri agar memiliki martabat di kalangan bangsa-bangsa di dunia.

Bangsa dengan etos ekonomi mandiri tidak membelanjakan devisa yang diperoleh dengan susah payah itu untuk membeli bahan pangan selama produk itu dapat diproduksi sendiri. Negara yang bersemangat membangun masa depan, kebanyakan menggunakan devisanya untuk menambah physical asset dan kegiatan pendidikan, dan tidak menggunakannya untuk konsumsi. Bangsa yang bersemangat mandiri akan meningkatkan produksi sebagai solusi kekurangan kebutuhannya, dan bukan dengan cara gampang mengimpornya.

Salah satu hal yang merisaukan kita adalah munculnya gejala yang kuat bahwa kita telah masuk dalam jebakan utang (debt trap) luar negeri; menjadi negara yang tergantung pada hutang luar negeri, dan karenanya kebijakan nasionalnya harus mengikuti saran-saran pemberi pinjaman. Setidaknya ada dua dimensi persoalan yang terkait di situ. Pertama adalah dari sisi politik, makna kedaulatan kita sebagai bangsa berkurang. Kedua, secara ekonomi, upaya kita untuk menjadi bangsa yang sejahtera dan mandiri di masa depan berada dalam ketidakpastian.

Hidup dalam aturan-aturan dunia yang semakin liberal yang kurang memperhatikan pemberdayaan negara-negara yang lemah memang akan semakin membuat kuat negara-negara maju dan semakin membuat negara-negara lemah menjadi semakin bergantung kepada bantuan negara-negara kuat.

M-TI: Anda telah menjalani up and down pergulatan hidup, baik secara pribadi tanpa embel-embel, sebagai anggota Keluarga Besar Dokter Suwondo, sebagai kepala keluarga bersama Istri dan anak-anak, saat menjalani masa anak-anak, remaja, kuliah yang penuh perjuangan, sebagai pengusaha dan tokoh peletak dasar konsep perumahan sederhana yang layak huni, anggota kabinet penentu cetak-biru kehidupan berbangsa, dan anggota dewan pembina kekuatan politik yang mayoritas tunggal di parlemen. Bisakah Anda menjelaskan hal-hal terpenting dan menarik sepanjang menjalani semuanya berikut up and down-nya?

SIS: Saya juga melihat bahwa bangsa kita yang paternalistik akan lebih cepat menjadi baik manakala ada keteladanan dari yang di atas. Saya melihat bahwa untuk membangun kesejahteraan yang tinggi bagi suatu bangsa tidaklah memerlukan waktu yang lama. Malaysia yang memiliki ciri-ciri sosial budaya mirip dengan kita, yang merdeka tahun 1957, sekarang telah menjadi negara dengan pendapatan/kapita/tahun rata-rata US$ 4000,00, hampir 7 kali kita.

Peningkatan kesejahteraan yang tinggi dan kemampuannya mengatasi krisis ekonomi ditunjukkan oleh kepemimpinan PM Mahathir Mohammad. Korea Selatan yang sistem ekonomi, politik, hukum, dan sosialnya hancur selama perang saudara tahun 1950–1953, hanya dalam waktu 30 tahun telah mampu menjadi bangsa yangs sejahtera, modern dan efisien, dan memperoleh kehormatan dunia dengan menyelenggarakan olimpiade.

Kemajuan Korsel yang pesat terutama selama kepemimpinan PM Park Chung Hee, bersama contoh kepemimpinan PM Lee Kuan Yew yang berhasil menjadikan Singapura negara yang sangat sejahtera, dengan pemerintahannya yang bersih serta efisien, juga RRC sejak kepemimpinan Deng Xiao Ping dan Ziang Jemin, meyakinkan saya bahwa kehadiran kepemimpinan nasional yang visioner, yang memberi keteladanan, yang mampu memobilisir potensi-potensi yang tersedia bagi kemakmuran rahyat, sangatlah dibutuhkan Indonesia pada waktu ini, untuk membangun kemajuan yang signifikan. Untuk itu, Pemilu 2004 mempunyai arti yang sangat strategis. (Bersambung) ?tsl/ht

*** TokohIndonesia.Com (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

 

 

05 | Filsafat Penanam Pohon Jati

M-TI: Pelajaran apa yang bisa Anda wariskan ke generasi selanjutnya?

SIS: Saya tidak ingin menggurui. Setiap generasi memiliki tantangan dan peluang perjuangannya masing-masing. Di tengah arus kuat globalisasi, tantangan di masa depan akan semakin berat. Untuk itu, kapan pun, di mana pun, jadi apa pun, dalam kondisi apa pun, kita harus tulus dan selalu berbuat sebaik-baiknya bukan hanya untuk kepentingan diri, keluarga dan kelompok, tetapi untuk sebesar-besarnya kesejahteraan dan kedamaian masyarakat, serta untuk generasi yang akan datang.

Setiap generasi perlu meniru filsafat penanam pohon jati, yang sadar bahwa umurnya tak akan cukup untuk menuai hasilnya, dan sadar bahwa anak cucunya yang akan menuai hasil dari yang dikerjakannya.

M-TI: Benang merah apa yang bisa Anda tarik dari berbagai pengalaman (up and down) itu agar menjadi sebuah modal kekuatan untuk bertarung dalam Pemilu 2004?

SIS: I’m not a dreamer (saya bukan pemimpi). 30 tahun lebih saya menjadi pengusaha, 10 tahun saya menjadi menteri, dan 20 tahun saya di MPR, telah membentuk saya menjadi seseorang yang selalu penuh perhitungan. Saya tidak akan bersedia dicalonkan menjadi Presiden bila saya tidak memiliki peluang.

Dalam perhitungan saya, kandidat paling populer tetap Ibu Megawati Soekarnoputeri karena beliau presiden sehingga paling dikenal rakyat. Beliau akan menang di putaran pertama, tetapi dengan suara sekitar 30-35 persen saja. Beliau bersama pemenang kedua akan dipilih kembali pada urutan kedua. Oleh karena itu, pada putaran pertama, sasaran saya cukup nomor dua saja. Hal itu dapat dicapai bila saya meraih 18-22 persen suara. Basis dukungan saya adalah petani. Petani di Indonesia jumlahnya 52 persen dari seluruh rakyat Indonesia. Pada putaran kedua, baru saya bertarung untuk bisa meraih suara lebih dari 50 persen.

M-TI: Bagaimana sesungguhnya konsep kebijakan Trilogi Percepatan Kemajuan Peradaban Bangsa yang akan menjadi program utama Anda pada Pemilu 2004?

SIS: Dalam rangka mencapai cita-cita luhur bangsa, perlu dilakukan upaya-upaya nyata untuk memajukan seluruh aspek perikehidupan bangsa melalui kegiatan pembangunan. Untuk mewujudkan visi Indonesia masa depan, ditetapkan tiga misi pokok pembangunan guna mencapai kemandirian bangsa melalui “Trilogi Percepatan Kemajuan Peradaban Bangsa”, yaitu:

Pertama, menciptakan ketertiban sosial, politik, ekonomi, dan keamanan melalui penegakkan hukum yang tegas, agar tercipta kondisi yang kondusif untuk membangun bangsa.

Kedua, pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang tidak bertumpu pada APBN tetapi pada kegiatan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan stimulus pasar dalam negeri dan kegiatan-kegiatan ekonomi modern non-pemerintah di bidang-bidang yang kita memiliki keunggulan komparatif, yaitu pertambangan, pertanian baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan dengan penekanan pada agroindustri, perikanan modern, kehutanan, pariwisata, dan lain-lain yang akan menciptakan lapangan kerja yang besar.

Ketiga, percepatan peningkatan kesejahteraan rakyat yang berpenghasilan rendah melalui pemberian berbagai fasilitas yang merangsang peningkatan kesejahteraannya guna mempercepat pemerataan kesejahteraan seluruh rakyat. Dengan peningkatan kesejahteraan rakyat, rakyat akan mampu memajukan kebudayaan dan peradabannya sebagai kebutuhan rohani/spiritualnya.

M-TI: Dari ketiga Trilogi Modernisasi itu, apa yang menjadi titik berat?

SIS: Titik berat program pembangunan bangsa melalui Percepatan Kemajuan Peradaban Bangsa 2004 ini, diletakkan pada bidang ekonomi sebagai penggerak utama pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan jasmani/materiil rakyat, sekaligus meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan rohani/spiritualnya.

Tema sentralnya adalah Membangun Kemandirian Bangsa dengan Semangat Modernisasi dan Globalisasi. Pilihan atas tema ini dilatarbelakangi oleh berbagai pertimbangan, terutama empat hal, yaitu cita-cita kemerdekaan bangsa kita, kondisi faktual yang kita hadapi, arah dan kecepatan dinamika perkembangan dunia, serta cita-cita ke depan yang ingin kita capai.

Menimbang keempat hal tersebut, membangun kemandirian adalah keharusan bagi bangsa ini. Hakikat bangsa yang merdeka adalah bangsa yang mandiri. Di masa lalu, Bung Karno pernah merumuskan cita-cita membangun bangsa yang mandiri dalam “Konsepsi Trisakti”, yaitu “berdaulat dalam bidang politik, berdikari dalam bidang ekonomi, dan berkepribadian dalam bidang budaya.

Dengan kemandirian itulah eksistensi bangsa dan kesejahteraan warga negara yang tinggi dapat dijamin pencapaiannya. Membangun Kemandirian Bangsa dengan Semangat Modernisasi dan Globalisasi juga memiliki arti meningkatkan integritas dan kapabilitas bangsa untuk dapat secara tepat menentukan pilihan dan mewujudkan cita-cita pembangunan negara bangsa modern yang bertumpu pada kemampuan sendiri, dengan membuka diri pada peranserta dunia internasional.

M-TI: Susunan kabinet seperti apa yang akan menopang program Percepatan Kemajuan Peradaban Bangsa itu?

SIS: Kepemimpinan seorang presiden hanya dapat berjalan efektif apabila mempunyai tim kabinet yang competence. Tim kabinet ini juga harus peka terhadap kondisi nasional yang ada, memiliki wawasaan kebangsaan yang teruji, dan memiliki integritas yang tinggi. Tim kabinet ini terdiri dari tokoh-tokoh profesional yang capable dengan dukungan dari partai-partai politik pendukung pemerintahan.

Melihat pentingnya memobilisir berbagai potensi bangsa dan negara yang tersedia bagi peningkatan kesejahteraan rakyat, maka tim kabinet perlu memiliki intrepreneurial dan managerial yang baik, disamping kemampuan administrasi negara.

Struktur kabinet pemerintahan yang akan saya bentuk apabila terpilih menjadi Presiden terdiri dari tiga Menteri Koordinator, 11 Menteri Negara, 22 Menteri yang memimpin departemen dan tiga jabatan setingkat Menteri. (Lihat Boks)

M-TI: Tanpa bermaksud bersikap pesimistis, masihkah ada masa depan yang gemilang bagi bangsa Indonesia, apa optimisme Anda mencapainya?

SIS: Bangsa dan negara kita memiliki banyak potensi untuk menjadi bangsa yang besar dan sejahtera. Bukti-bukti empirik dari banyak negara meyakinkan kita bahwa tidaklah lama waktu yang diperlukan untuk menjadi negara bangsa yang sejahtera. Hanya dalam waktu 30 tahun, Korea Selatan bangsa tradisional yang sistem ekonomi, politik, dan hukumnya runtuh akibat perang saudara di tahun 1950-1953, telah mampu menjadi negara modern yang sejahtera terutama sejak pemerintahan Presiden Park Chung Hee, dan telah memperoleh penghormatan dunia dengan menyelenggarakan Olimpiade.

Malaysia yang secara sosial dan budaya mirip kita, yang baru merdeka di tahun 1957, sekarang telah mampu menjadi bangsa dengan GNP/kapita/tahun 4000 dolar AS. Dan untuk lebih mengangkat prestise bangsanya di mata dunia internasional, Malaysia sedang mempersiapkan diri untuk menjadi penyelenggara Olimpiade di masa yang akan datang.

Negara-negara yang mampu dalam waktu singkat membangun kemajuan dan kemakmuran bagi warganya itu, beberapa di antaranya harus melalui keputusan politik yang mendasar, semisal RRC sejak kepemimpinan Deng Xiao Ping, Jiang Jemin.

Contoh-contoh keberhasilan berbagai negara itu, meyakinkan kita kalau Indonesia ingin memperoleh kemajuan dan kesejahteraan yang tinggi dalam waktu yang relatif pendek, diperlukan hadirnya kepemimpinan yang unggul yang mampu mengelola perubahan sekaligus diterima rakyat. Pemimpin yang mampu memobilisir berbagai potensi yang tersedia dan menyusun program yang visioner yang tepat untuk masanya.

Pemimpin yang mampu melakukan langkah-langkah yang tepat dan konsisten di bawah kepemimpinan yang bukan hanya berwibawa, tetapi juga terpercaya, amanah. Serta didukung tumbuh berkembangnya kematangan dan kesiapan rakyat untuk maju dengan DPR yang mewakili aspirasi rakyat dan terpercaya mengawasi pemerintahan, karena pemerintahan dan kekuasaan tanpa pengawasan yang efektif cenderung akan menyimpang.

Kita dapat menggali sumber-sumber pertumbuhan ekonomi dengan mengandalkan berbagai potensi sumber daya alam yang kita miliki, serta kapasitas pasar domestik kita yang besar dan kegiatan ekonomi yang bersifat interdependensi antara usaha skala kecil dan menengah dengan usaha besar.

Melihat pentingnya penggalian potensi ekonomi Indonesia di darat dan di laut, maka pemerintahan yang akan datang perlu memiliki visi entrepreneurial, bukan hanya presidennya tapi juga anggota kabinetnya, di samping memiliki kemampuan administrasi negara (public administration).

Selain itu, Indonesia akan mengalami masa terbaik secara demographic pada tahun 2015 sampai dengan 2025, ketika rasio antara orang usia nonpro-duktif dan produktif cukup rendah. Sejak dini perlu dipersiapkan untuk menghasilkan kualitas SDM yang unggul, melalui pendidikan, kesehatan, dan peningkatan kualitas gizi.

Dengan melihat pada beberapa aspek penting bangsa kita, berupa besarnya jumlah penduduk, besarnya potensi sumber daya alam, luasnya daratan, luasnya lautan, dengan catatan kualitas sumber daya manusia, kondisi sosial politik, dan kondisi keamanan yang perlu diperbaiki, maka kita patut optimis bahwa masa depan negara kebangsaan Indonesia cerah.

M-TI: Atau, apakah sesungguhnya adalah Anda yang akan menjadi hero pada zamannya untuk meraih masa depan bangsa yang gemilang tersebut?

SIS: Saya tidak ingin menjadi seorang hero atau pahlawan. Saya hanya ingin berbuat baik untuk kepentingan rakyat banyak karena prinsip saya bahwa orang yang baik adalah orang yang memberikan manfaat kepada sebanyak-banyaknya orang dan lingkungannya.
Saya mengajak semua elemen bangsa untuk bersama-sama segera mempercepat masa transisi dengan melakukan rekonsiliasi yang adil terhadap semua pihak sehingga kita bisa efektif melaksanakan pembangunan. Sebagai bangsa yang paternalistik, masalah bangsa kita bisa menjadi sederhana jika hadir pemimpin yang dapat memberi ketauladanan, dan mampu memobilisir potensi yang ada, serta merumuskan langkah yang tepat.

M-TI: Anda telah cukup lama berkiprah di Republik ini, hasilnya telah banyak dirasakan oleh masyarakat banyak terutama kalangan petani-nelayan-buruh, masihkah itu kurang untuk memuaskan hati Anda? Belum saatnyakah untuk menikmati kehidupan bersama keluarga, isteri dan anak-cucu?

SIS: Sahabat saya Robby Djohan, mantan Dirut Garuda Indonesia dan Bank Mandiri pernah mengajukan pertanyaan yang sama. Juga isteri saya. Namun di usia saya yang telah menginjak 60 tahun ini dengan berbagai sumber daya yang saya miliki, saya merasa tidak bertanggung jawab bila saya enak-enak saja menikmati hidup meninggalkan negara bangsa ini dalam kondisinya sekarang yang masih dililit krisis multidimensi. Semoga Tuhan memberkati ijtihad saya ini.

M-TI: UU Pemilihan Umum Presiden membuat rambu-rambu kepada para calon, bagaimana Anda menyiasatinya?

SIS: UU Pemilu Presiden tersebut dibuat dalam kondisi tarik-menarik berbagai kekuatan politik yang sangat kuat di legislatif. UU tersebut merupakan hasil maksimal dari pergulatan politik yang ada dengan waktu yang relatif singkat. Namun demikian, saya merasa UU tersebut sudah ada kemajuan untuk memilih capres terbaik pada Pemilu 2004 yang akan datang. Sesuai dengan platform saya untuk membangun negara bangsa bersama seluruh rakyat secara konstitusional, berdasarkan hukum, dan demokratis; saya akan menaati UU tersebut sebaik-baiknya. ?tsl/ht

*** TokohIndonesia.Com (Ensiklopedi Tokoh Indonesia)

Tokoh Terkait: Siswono Yudo Husodo, | Kategori: Wawancara | Tags: HKTI, Petani

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini