Menteri Kesehatan Delapan Kali, Penjabat Presiden Tujuh Kali

Johannes Leimena
 
0
165
Johannes Leimena
Dr. Johannes Leimena

Pahlawan Nasional dari Maluku | Dr. Johannes Leimena (1905-1977), mantan Wakil Perdana Menteri, Menteri Kesehatan dan Menteri Sosial RI, resmi diangkat sebagai pahlawan nasional Indonesia sejak tahun 2010. Berlatar belakang sebagai dokter, kariernya di dunia politik dan birokrasi sangat luar biasa. Dia berkali-kali menjabat Wakil Perdana Menteri dan menteri selama 21 tahun berturut-turut tanpa terputus di 18 kabinet yang berbeda, sejak Kabinet Sjahrir II (1946) sampai Kabinet Dwikora II (1966).

Pria kelahiran Ambon, Maluku, 6 Maret 1905 dan meninggal di Jakarta, 29 Maret 1977 pada umur 72 tahun ini, pernah menjabat Menteri Kesehatan sebanyak delapan kali, mulai dari tahun 1947 sampai 1956, kecuali antara 1953 sampai 1955 selama masa kabinet Ali pertama. Sebelumnya sejak tahun 1946 ia juga telah menjadi Menteri Muda dalam Kabinet Sjahrir kedua dan ketiga. Selain itu, ia pun dipercaya sebagai Penjabat Presiden sebanyak 7 kali antara 1961-1965.

Selama Perang Kemerdekaan Indonesia, tokoh penting Parkindo (Partai Kristen Indonesia) ini dianggap berjasa dalam perundingan-perundingan diplomatik antara Indonesia dan Belanda dari tahun 1946 sampai tercapainya KMB pada tahun 1949. Ia terlibat di perundingan Linggarjati, lalu menjadi ketua Komisi Militer dalam perundingan Renville dan di Konferensi Meja Bundar.

Selain itu, dia menjabat Menteri Muda Kesehatan pada Kabinet Sjahrir II (12 Maret 1946 – 2 Oktober 1946); Wakil Menteri Kesehatan pada Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 – 27 Juni 1947); Menteri Kesehatan pada Kabinet Amir Sjarifuddin I (3 Juli 1947 – 11 November 1947); dan Menteri Kesehatan pada Kabinet Amir Sjarifuddin II (11 November 1947 – 29 Januari 1948).

Kemudian, pada Kabinet Hatta I, dia juga dipercaya menjabat Menteri Kesehatan (29 Januari 1948 – 4 Agustus 1949); Menteri Negara pada Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 – 20 Desember 1949), dan kembali lagi menjadi Menteri Kesehatan pada Kabinet Republik Indonesia Serikat/RIS (20 Desember 1949 – 6 September 1950); Menteri Kesehatan pada Kabinet Natsir (6 September 1950 – 20 Maret 1951); Menteri Kesehatan pada Kabinet Sukiman-Suwirjo (27 April 1951 – 3 April 1952); Menteri Kesehatan pada Kabinet Wilopo (3 April 1952 – 30 Juli 1953); dan Menteri Kesehatan pada Kabinet Burhanuddin Harahap (12 Agustus 1955 – 24 Maret 1956).

Setelah itu, penyandang pangkat Laksamana Madya (Tituler) di TNI-AL, ini menjabat Menteri Sosial pada Kabinet Djuanda (9 April 1957 – 10 Juli 1959). Lalu, Menteri Distribusi pada Kabinet Kerja I (10 Juli 1959 – 18 Februari 1960).

Kemudian menjabat Wakil Menteri Utama merangkap Menteri Distribusi pada Kabinet Kerja II (18 Februari 1960 – 6 Maret 1962); Wakil Menteri Pertama I pada Kabinet Kerja III (6 Maret 1962 – 13 Desember 1963); Wakil Perdana Menteri II pada Kabinet Kerja IV (13 November 1963 – 27 Agustus 1964); Menteri Koordinator pada Kabinet Dwikora I (27 Agustus 1964 – 22 Februari 1966); Wakil Perdana Menteri II merangkap Menteri Koordinator, dan Menteri Perguruan Tinggi & Ilmu Pengetahuan pada Kabinet Dwikora II (24 Februari 1966 – 28 Maret 1966); dan Wakil Perdana Menteri untuk urusan Umum pada Kabinet Dwikora III (27 Maret 1966 – 25 Juli 1966).

Kemudian, pada zaman Orde Baru, dia menjabat Anggota Dewan Pertimbangan Agung sampai tahun 1973.

Saat bekerja sebagai dokter, Om Yo, panggilan akrab Johannes Leimena, pernah bertugas di CBZ Batavia (sekarang Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo), Rumah Sakit Zending Immanuel Bandung (1931-1941), Rumah Sakit Zending Bayu Asih di Purwakarta, dan sebuah Rumah Sakit di Tangerang. Ketika menjadi Menteri Kesehatan, Johannes Leimena (bersama Dr. Abdoel Patah) memperkenalkan Bandung Plan (1951), suatu konsep pengobatan modern agar bisa dinikmati oleh masyarakat luas, yang disusun berdasarkan pengalamannya melayani sebagai dokter di Bandung. Bandung Plan inilah yang menjadi cikal bakal dari Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) di masa kini.

Selain dikenal sebagai dokter dan aktif di pemerintahan, Johannes Leimena juga dikenal aktif berorganisasi. Dia pernah terlibat di Jong Ambon dan aktif dalam sebuah perkumpulan mahasiswa Kristen CSV (Christen Studenten Vareniging) yang menjadi cikal bakal GMKI (Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia). Johannes Leimena juga mempunyai peranan penting dalam pembentukan Dewan Gereja-gereja di Indonesia yang kini menjadi PGI (Persatuan Gereja-gereja di Indonesia).

Advertisement

Untuk mengenang jasa-jasanya, nama Johannes Leimena sudah digunakan untuk nama monumen, nama jalan, nama gedung, dan sebagainya. Misalnya, pada 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meresmikan Monumen Patung Pahlawan Nasional Dr. Johannes Leimena, yang terletak di pertigaan Durian Pakah-Poka-Laha, Ambon, Maluku.

Lalu pada 2019, dibuka Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr. J. Leimena, sebuah rumah sakit umum pusat kelas A yang terletak di Ambon, Maluku. Tidak ketinggalan pula, pada 2 Juni 2022, Rumah Sakit Immanuel Bandung dan Universitas Kristen Maranatha meresmikan Gedung Dr. Johannes Leimena, gedung yang akan digunakan sebagai pusat pendidikan dan penelitian oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran UK Maranatha. (TokohIndonesia.com/cid)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini