Lalu Mara Satriawangsa: Krisis Global, Respons Lokal
Wawancara Terbuka Presiden Prabowo dengan Tujuh Jurnalis

Lalu Mara Satriawangsa menyorot badai ekonomi global, Prabowo menawarkan kemandirian dan efisiensi anggaran. Tapi publik tahu, tantangan dunia tak bisa dihadapi hanya dengan semangat.
Dalam sesi ini, Lalu Mara Satriawangsa, Pemimpin Redaksi tvOne, mengangkat tema besar yang tengah bergulir di tingkat global: guncangan pasar akibat kebijakan proteksionisme Amerika Serikat di bawah Presiden Donald Trump. Ia tidak hanya bertanya soal strategi makro, tapi menantang Presiden Prabowo menjelaskan bagaimana pemerintah akan menjaga kestabilan ekonomi ketika pertumbuhan dikejar, sementara pasar modal, ekspor, dan industri padat karya berpotensi terpukul.
Lalu Mara Satriawangsa juga menyodorkan pertanyaan mendalam soal dilema klasik dalam kebijakan fiskal: bagaimana pemerintah bisa memangkas belanja negara tanpa menekan laju pertumbuhan ekonomi? Apakah efisiensi yang dikampanyekan akan menyentuh sektor yang tepat, atau justru mengorbankan hal-hal strategis?
Presiden Prabowo merespons dengan narasi yang menggabungkan optimisme nasionalisme dan realitas global. Ia menolak tunduk pada ketakutan pasar, menyatakan Indonesia punya fundamental ekonomi yang kuat, dan menyindir ketergantungan lama pada pasar Amerika. Ia menyampaikan pentingnya membuka pasar baru ke Afrika dan Asia, serta mengandalkan konsumsi dalam negeri yang digerakkan oleh daya beli rakyat miskin – terutama lewat program makan bergizi dan pembangunan sekolah berasrama.
Di hadapan krisis, Prabowo mengangkat semangat kemandirian. Ia menjelaskan bahwa pemangkasan belanja negara difokuskan pada pos tidak produktif, seperti perjalanan dinas dan seremoni yang boros, dan akan dialihkan ke pembangunan yang menyentuh langsung rakyat bawah. Ia menyampaikan keyakinan bahwa pertumbuhan bisa dikejar lewat strategi redistribusi yang lebih tepat sasaran.
📌 Disclaimer Redaksi
Wawancara ini merupakan bagian dari tayangan berdurasi panjang yang disiarkan di kanal YouTube Narasi Newsroom, berjudul “Presiden Prabowo Menjawab.” Total durasi wawancara mencapai 3 jam 26 menit, sehingga transkrip yang disajikan dalam tulisan ini merupakan versi yang telah ditata ulang agar lebih nyaman dibaca, tanpa mengubah substansi pernyataan.
Dalam proses penyuntingan, kalimat-kalimat panjang disusun ulang, pengulangan yang tidak esensial dihilangkan, serta tanda baca ditambahkan untuk memperjelas maksud. Namun, mengingat panjangnya durasi wawancara, tetap dimungkinkan ada bagian yang belum tertangkap secara utuh. Oleh karena itu, pembaca disarankan untuk menyimak langsung tayangan lengkapnya di kanal YouTube Narasi untuk memahami konteks secara menyeluruh.
Sesi 2 – Lalu Mara Satriawangsa: Tentang Guncangan Pasar, Ketergantungan Ekonomi, dan Solusi Berbasis Bangsa Sendiri
Lalu Mara Satriawangsa (Pemimpin Redaksi tvOne):
Terima kasih, Pak Presiden. Yang pertama, sebagai anak petani, saya menyampaikan terima kasih. Pupuk sekarang langsung ke Gabokan, Pak, dan Bulog di daerah saya di Lombok juga melakukan pembelian dengan harga sesuai: Rp6.500 untuk gabah kering panen.
Tapi bukan itu yang saya ingin tanyakan, Pak. Presiden, seperti kita tahu, di akhir-akhir ini – seperti Mbak Uni juga bilang tadi – bahwa kita dapat hadiah Lebaran dari Presiden Trump. Dan tentu, pada saat tanggal 8 nanti, saat pasar dibuka, akan terjadi guncangan. Seperti kita ketahui, bahwa instrumen pasar modal adalah salah satu alat untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8 persen. Pasar saham, pasar modal, dan pasar uang adalah instrumen penting untuk mendorong pertumbuhan. Langkah-langkah apa yang akan Bapak lakukan agar saat pasar terbuka nanti, situasi relatif tenang?
Presiden Prabowo:
Saya akan jawab pertanyaan Anda, saya pisahkan ya – antara program Presiden Trump yang pasang tarif hampir ke seluruh dunia, dan masalah pasar modal.
Pertama, soal pasar modal. Pasar saham itu dipengaruhi oleh mekanisme pasar. Kadang-kadang naik, kadang-kadang turun. Itu ada siklus. Orang yang masuk pasar saham itu cari untung secepat-cepatnya. Itu beda dengan investasi langsung, direct investment. Kalau investasi langsung, dia punya rencana: bikin pabrik, bahan bakunya nikel, batu bara, lalu ada distribusi, ada pemasaran. Dia pikirkan untungnya 5 tahun, 10 tahun, bahkan 30 tahun.
Fundamental kita kuat. Apa yang terjadi di pasar saham, kita tetap punya kekuatan. Tapi orang selalu heboh kalau pasar saham jatuh. Kalau pasar saham naik, diam saja. Waktu sempat turun beberapa hari lalu, langsung keluar: “Ekonomi Indonesia kacau, Prabowo gagal.” Tapi begitu naik lagi? Diam. Sekarang pasar saham di Amerika juga merah, turun jauh. Tapi menurut Trump, itu akan naik lagi nanti.
Saya tidak terlalu takut sama pasar modal. Indonesia punya kekuatan. Tapi kita sering diprogram untuk merasa rendah diri – seolah kita lemah, kalah, dijajah. Padahal, kita kuat. Utang kita, dibandingkan negara lain, termasuk terkecil. Inflasi kita termasuk yang terendah di dunia. Banyak negara ingin belajar dari kita. Inflasi Turki 44%, Argentina 117%. Kita stabil.
Kita harus akui, selama 30 tahun ini kita banyak blunder. Dan ini juga salah saya. Saya juga bagian dari elite. Saya bilang, “Hei para teknokrat, hei para profesor, kenapa tidak koreksi ketika terjadi penyimpangan?”
Presiden Prabowo:
Nah, soal Trump. Dampaknya mungkin akan berat. Industri yang kena: sepatu, tekstil, garment, dan furniture. Ini industri padat karya. Tapi kita harus cari jalan keluar, cari pasar baru. Kita ini terlalu manja – tergantung pada ekonomi Amerika. Kita murid yang paling setia: diajarkan free market, globalization, no borders. Kita ikut saja dari 1960-an sampai 1990-an. Sekarang kita harus dewasa. Saya sudah ingatkan sejak lama: Indonesia harus berdiri di atas kaki sendiri.
Tidak ada yang akan bantu kita. India, Vietnam, semua harus urus dirinya sendiri. Amerika mungkin memaksa negara lain untuk cari pilihan lain. Kanada bahkan bilang, “Kalau Amerika tidak mau pimpin, Kanada akan.” Ini terjadi pergeseran global. Saya juga akan ke Eropa awal Mei, ketemu PM Anwar Ibrahim. Menko Perekonomian Pak Airlangga juga baru dari Kuala Lumpur. Kami koordinasi terus.
Kita juga akan kirim Airlangga ke Washington. Kita punya jaringan di sana. Kita akan negosiasi. Tapi satu hal: Amerika punya hak membela kepentingan nasionalnya. Negara-negara yang surplus perdagangan ke AS sampai ratusan miliar dolar. Indonesia hanya surplus kecil: USD17-18 miliar. Tapi ya, pengusaha kita harus punya long-term planning, tidak boleh hanya tergantung pada satu pasar.
Kenapa kita tidak ke Afrika? Afrika adalah the new emerging market. Penduduknya besar, sumber daya banyak, butuh banyak hal. Contohnya: Indomie. Di Afrika, Indomie itu seperti spageti. Ada di Nigeria, Turki, Mesir. Kita harus berani buka pasar baru.
Presiden Prabowo :
Yang paling terdampak nanti memang industri sepatu dan garment. Tapi saya bertekad untuk mengurangi kemiskinan. Kalau orang miskin punya daya beli, maka pasar domestik kita akan hidup. Kita 300 juta orang – akan menyamai Amerika. Kalau anak-anak sekolah kita (60-70 juta anak) butuh sepatu, butuh pakaian, kita bisa serap produksi di dalam negeri.
Saya akan kumpulkan para pengusaha, tokoh industri. Kita cari jalan keluar bersama. Saya ingin mitigasi kesulitan yang muncul. Ini kesulitan global, bukan cuma Indonesia.
Dunia sedang bergeser, dan kita harus realistis. Amerika masih unggul di teknologi – mungkin di mobil, elektronik, HP. Tapi negara lain sudah mengejar. Ini akan menciptakan equilibrium baru. Saya prihatin, tapi kita harus hadapi.
Presiden Prabowo:
Saya percaya, seperti kata Mas Alvito tadi, dasar ekonomi kita kuat. Apa pun yang terjadi, kita akan bisa bertahan. Kita sudah hadapi banyak krisis: 1968, 1998, 2008, COVID-19. Kita bisa atasi. Kuncinya: kerukunan. Saya juga ingin berdialog dengan pihak-pihak yang merasa pesimis. Katanya Indonesia gelap. Ya mari kita kerja sama. Kalau Indonesia gelap, mari kita nyalakan lampu, bukan tinggalkan ruangan.
Saya kampanye ke desa-desa. Saya lihat anak-anak stunting. Ada anak 10 tahun, tapi badannya seperti umur 5 tahun. Ada anak yang tidak makan telur yang dibagikan, karena telurnya mau diberikan ke adiknya. Ada yang bilang, “Ibu saya enggak ada nasi di rumah.”
Saya tidak bisa terima itu. Saya patriot. Saya tidak ingin anak-anak Indonesia lapar. Saya akan kerja sekeras-kerasnya agar tidak ada orang lapar di negeri ini.
Lalu Mara Satriawangsa:
Pak Presiden, terima kasih. Bapak memulai pemerintahan dengan kebijakan efisiensi: realokasi belanja modal dan barang. Tapi belanja itu juga memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Bagaimana Bapak menjaga agar efisiensi tidak memperlambat pertumbuhan?
Presiden Prabowo Subianto:
Dengan realokasi memang bisa ada pelambatan sementara, tapi nanti akan kita kejar. Yang kita hemat itu yang pasti hangus oleh korupsi. Misalnya: perjalanan dinas ke luar negeri – kalau penting, silakan. Tapi studi banding yang tidak penting, kita hentikan. Hemat puluhan triliun.
Contoh: perjalanan dinas bisa hemat Rp22 triliun. Itu cukup untuk memperbaiki 19.000 sekolah. Tahun ini, kita akan bangun 200 sekolah rakyat berasrama dari SD sampai SMA, khusus untuk keluarga termiskin – desil 9 dan 10. Kita minta pemda sediakan tanah, pusat akan bangun. Anak-anak ini akan makan tiga kali sehari, dididik dalam lingkungan tertib, agar mereka percaya diri. Kita harus intervensi. Kita harus berani.
Daripada uang habis untuk seremoni ulang tahun kementerian atau kesatuan, lebih baik untuk rakyat. Saya senang sekarang banyak acara dihemat. Mindset ini harus berubah.
📌 Catatan Redaksi – Sesi 2 (Lalu Mara Satriawangsa)
Dalam sesi ini, Presiden Prabowo menampilkan keyakinan penuh pada kekuatan ekonomi nasional dan keberanian untuk memutus ketergantungan global, namun seperti disiratkan oleh Lalu Mara Satriawangsa, tantangan sejatinya bukan pada arah kebijakan, melainkan pada detail eksekusinya – bagaimana efisiensi benar-benar mengoreksi pemborosan tanpa memperlambat pembangunan, dan apakah birokrasi siap mengubah kebiasaan lama menjadi kerja nyata yang terukur. Di tengah gejolak global dan ancaman proteksionisme, keberanian fiskal yang ditunjukkan Presiden layak diapresiasi, tetapi akan diuji oleh konsistensi, kecepatan, dan kemampuannya menghasilkan dampak riil bagi rakyat bawah.
(Redaksi TokohIndonesia.com)